Sejak pagi perasaan Diana mulai tak tenang, ia seperti orang kebingungan. Semua hal tentang Gilang dan Heni terus saja terpusat di kepalanya bagaikan benang kusut yang tak dapat diurai. Ia terus saja mondar-mandir di teras, memikirkan bagaimana cara mendapatkan petunjuk itu dan dari mana memulainya. “Kamu kenapa sih sayang kok gelisah gitu?” tanya ibunya yang baru saja tiba dari pasar bersama Bude Nur. “Udah laper apa mbak?” timpal Bude Nur sambil menenteng kantung belanjaan yang penuh dengan sayuran. “Ini loh tadi bude ada belikan jajanan pasar, kalau udah laper bude siapin sekarang.” “Enggak kok, bude. Aku enggak laper, cuma suntuk saja,” jawabnya berusaha mencari alasan yang tampak masuk akal. “Suntuk kenapa? Kamu udah enggak betah di rumah?” “Bukan enggak betah bu, tapi bany

