9. Derral

1800 Words
                Rover Syafima baru saja terparkir di gedung parkir di tower C. Syafima sudah sampai sejak sepuluh menit yang lalu. Derral meminta Syafima untuk langsung naik ke unit apartnya setelah menunggu lima menit untuk resepsionis mengkonfirmasi id cardnya. Syafima diminta untuk masuk ke unit apart Derral. Begitu sampai di lantai 11 Syafima langsung mencari unit apart lelaki tampan itu. Ia kemudian berhenti pada sebuah pintu yang menunjukkan nomor unit yang sudah di infokan oleh Derral sebelumnya. Ia menekan bel dan kemudian lelaki tampan yang ia ingin temui, muncul di balik pintu dan memberikan senyum manisnya. Selama beberapa detik Syafima cukup terpesona dengan senyuman manisnya. “Hai!” sapa Derral begitu melihat Syafima di pintu apartemennya dan maju untuk cupika cupiki pada Syafima.  “Hai!” Syafima tersenyum setelah menerima cupika cupiki Derral untuk pertama kalinya.                  Derral mempersilahkannya masuk. Syafima menurutinya. Ia mengedarkan pandangannya pada setiap sudut apartemen yang dimasukinya. Apart itu memiliki tiga kamar tidur yang kelihatannya cukup luas antara satu dengan yang lainnya. Dapur yang cukup luas dan tertata sangat rapi, ruang keluarga yang tak kalah rapinya. Yang menarik adalah Syafima langsung mengamati foto keluarga Derral yang digantung di dinding ruang keluarga yang menyatu dengan ruang tv. Kelihatannya Derral memiliki keluarga yang sangat harmonis, terlihat dari foto yang tegantung disana. Kedua orangtuanya dan juga ia memiliki sodari perempuan yang sepertinya usianya lebih muda dari pada Syafima.                  Di balkonnya terlihat masih ada beberapa pekerja dekorasi yang sedang menghias meja panjang yang nampaknya akan dijadikan tempat mereka untuk berkumpul sambil makan siang. Dekorasinya begitu indah menurutnya, karna ada banyak bunga dan Syafima langsung membayangkan jika bisa makan berdua saja dengan Derral di sana pasti akan sangat romantis.                 Ia menggelengkan kepalanya buru-buru mengusir lamunannya yang iya - iya itu. Derral menatap wanita itu dan tanpa sengaja mendekatkan dirinya pada Syafima. Syafima membulatkan matanya karna melihat Derral begitu dekat dengannya. Wanita cantik itu kemudian melempar pandangannya ke arah lain. “Kamu cantik, Dokter Syafima!” puji Derral begitu pandangan mata mereka bertumbuk satu sama lainnya.                 Syafima tersipu malu dan terlihat ada semburat merah di pipinya. Derral tau, jika Syafima menyukai bunga. Ia kemudian meminta bunga ekstra pada tim dekor untuk ia berikan pada Syafima. Ia memang sengaja mengatur kedatangan Syafima lebih cepat agar bisa mengobrol sebentar dengannya. “Panggil saja aku Syafima,” pintanya.   “Baiklah Syafima, dan Ini untukmu.” Derral memberikan serangkaian bunga mawar merah dan bunga lily pink yang terlihat sangat cantik itu. “Terimakasih, aku tidak tau jika kamu akan memberikan semua tamumu rangkaian bunga. Kamu perhatian sekali Dokter Derral!”                 Derral tersenyum lalu, “Ini khusus aku pesankan untukmu, Syafima. Dan panggil aku Derral saja.” “Aku lupa. Oh benarkah? Aku merasa spesial sekali.” Katanya menyunggingkan senyuman. “Kamu memang spesial.” Tatapnya dalam.                 Pandangan mereka kembali bertumbuk dengan jarak yang semakin dekat. Karna Syafima mengumpulkan kewarasannya akhirnya ia berdehem dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.   “Sepertinya aku terlalu cepat sampai ya,” ucap Syafima ketika menyadari belum ada orang yang ia kenal di sana. “Tidak masalah, bukannya lebih baik seperti itu? jadi kita bisa saling mengenal.” Derral menjauh dan mengambilkannya segelas soda. “Terima kasih.” Katanya singkat setelah menerima gelas soda yang begitu dingin.   / / / / / /                   Seseorang membunyikan bel dan Derral yakin itu tamunya yang lain. Petugas dekorasi baru saja menyelesaikan dekorasinya dan segera berpamitan pergi pada Derral. Laki – laki itu tersenyum dan mengucapkan terimakasih pada mereka yang telah membantu. Derral juga sudah mempersilahkan ibu Nadya untuk duduk yang baru saja sampai dan sekarang tengah berbincang dengan Syafima. Lalu, beberapa teman yang lain ikutan hadir di sana, termasuk dokter Dean beserta istrinya yang bernama Kiara, dokter Dave dan juga beberapa dokter lainnya. Tapi sayangnya dokter Nycta tidak bisa datang karna sedang ada acara dengan keluarganya.                 Begitu melihat semuanya sudah berkumpul Derral langsung mempersilahkan untuk menikmati hidangan santap siang mereka yang sudah di siapkan di meja panjang di balkon apartemennya. Semilir angin bertiup sehingga membuat suasana semakin akrab. Mereka juga saling mengobrol satu sama lainnya dan mengenal. Derral juga bisa melihat senyuman Syafima begitu cantik dan berkali-kali wanita itu menorehkan senyuman di bibir ranumnya.                 Dave sepertinya mengerti tatapan penuh cinta yang ditunjukkan Derral pada Syafima. Dave dan Derral nampaknya sedang melakukan perang untuk menarik perhatian Syafima. Sedangkan yang lainnya termasuk Dean dan juga ibu Nadya mengerti dengan segala perhatian dua laki – laki tampan itu pada Syafima. Syafima memang mudah bergaul dan sangat ramah dan baik. Semua orang menyukainya, tanpa terkecuali dua laki – laki tampan itu. “Selamat ya, aku dengar Dokter Dean sebentar lagi akan memiliki anak lagi ya?” tanya Derral mengkonfirmasi. “Terima kasih Dokter Derral.  Ya, memang benar. Kami akan memiliki anak lagi.” Jawab Dean tersenyum dan menatap istrinya yang duduk di sebelahnya.                 Bahkan lelaki itu terus merangkul istrinya dan mereka berdua tampak begitu serasi. “Mau cewe atau cowo?” tanya Syafima ikut nimbrung dengan pembicaraan ini. “Apapun, Sya. Kami akan terima, laki – laki ataupun perempuan yang penting dia sehat. Karna kami sangat menginginkannya sejak lama.” Jawab Kiara, istri dokter Dean sambil mengelus lengan berotot milik suaminya. Tak lupa ia juga mengulas senyuman. “Wahhh … kalian romantis sekali. Aku jadi iri.” Syafima memuji mereka. “Iya, tatapan mereka berdua tuh selalu penuh dengan cinta.” Kata Dave menimpali. “Terima kasih.” Kiara tersenyum ramah, sedikit tersipu malu. “Lalu, bagaimana dengan Dokter Syafima? Ibu belum mendengar lagi kabar percintaanmu.” Ibu Nadya buka suara. Ia sepertinya sengaja ingin membantu kedua orang pria tampan itu untuk mendekatinya. “Hahaha … apa yang ingin ibu tau. Ini kan tentang hari penyambutan Dokter Derral. Kenapa menanyakan tentang aku?” “Ibu yakin Derral dan yang lainnya juga ingin tau dan tidak keberatan. Kita di sini kan semua berteman jadi apa salahnya berbagi tentang kehidupan percintaan kita. Ibupun mau menceritakannya jika kalian ingin mendengarnya. Kenapa harus sungkan.” Sambil tersenym, “ehmm … sebenarnya ada yang diam – diam mengagumimu loh, Sya!” lalu menyesap teh hangat yang baru saja dihidangkan oleh asistennya. “Siapa Bu?” tanya Syafima penasaran dan langsung menghadap ke ibu Nadya yang duduk di sebelahnya. “Ada … nanti juga kamu akan tau sendiri.” Katanya mengedikkan bahunya dan melempar senyuman ke arah Derral yang duduk tepat di depan Syafima. “Wah … sepertinya sebentar lagi Dokter Syafima akan punya kekasih. Wuhuuuu!” ledek Dean pada juniornya itu. “Loh, memangnya Dokter Syafima belum punya kekasih?” tanya Derral penasaran setelah meletakkan gelas yang tadinya berisi air putih yang baru dihabiskannya.                 Dean dan ibu Nadya saling melemparkan pandangan tentang pembicaraan mereka untuk menjodohkan dengan Derral sepertinya akan berhasil. Lelaki itu tampak begitu penasaran. Syafima tak langsung menjawab. “Ayo, Sya. Dijawab dong. Itu Dokter Derral bertanya loh!” ibu Nadya menyenggol pelan bahu Syafima dan tersenyum menggoda. “Hah … ehmm … aku …” tiba – tiba saja menjadi gugup dengan tatapan Derral yang begitu penasaran dan menuntut jawaban. “Aku apa, Dokter Syafima?” tanya Dean memancing juniornya itu untuk segera menjawab rasa penasaran kedua temannya yang mengagumi Syafima. “Belum ada, Dok.” Jawab Syafima malu – malu sambil membalas tatapan Derral yang masih belum beralih ke arah lain dan menantikan jawaban dari wanita di hadapannya itu. “Lalu, laki – laki yang menjemputmu waktu itu? bukankah itu kekasihmu?” Dean mulai bertanya lagi.                 Dave dan Derral yang duduk bersebelahan menatap wanita itu dengan penuh intens. Syafima yang merasakan hal itu, membuatnya semakin grogi. “Dia hanya sahabatku. Ya, walaupun dia itu mantanku. Tapi kami bersahabat sekarang. Aku masih belum punya pacar.” Jawabnya penuh penegasan walaupun agak sedikit terbata – bata.                 Derral dan Dave langsung lega mendengar jawaban Syafima. Dean dan yang lainnya langsung tertawa mendengar jawaban dari Syafima. Dan tak lupa menertawai kedua pria tampan yang menanti jawaban dari Syafima dengan wajah penasaran mereka yang sangat terlihat jelas.   / / / / / /                   Teman – teman yang lain sudah pulang setelah lelah bercanda dan menikmati kebersamaan mereka hari itu. Mereka akhirnya pukul sekitar pukul lima sore tadi. Tadinya Syafima juga sudah berpamitan dengan yang lainnya dan turun ke lobby bersama. Namun ternyata, begitu ia ingin menghubungi Ravindra untuk menanyakan ia sudah di rumah atau belum. Ia tidak menemukan ponselnya. Hingga akhirnya, Syafima berpamitan dengan yang lain dan kembali lagi ke atas untuk mengambil ponselnya. Dave menawarkannya untuk mengantar Syafima kembali ke atas. Tapi wanita itu menolaknya dan malah pergi seorang diri untuk mengambil ponselnya yang tertinggal. Begitu sampai di depan unit apart Derral, Syafima menekan bel dan menunggunya untuk membukakan pintu.                 Tak lama, Derral membukakan pintu dan tersenyum kala melihat wanita yang dikaguminya itu kembali lagi ke unit apartnya. Derral sedang sendirian sebelum Syafima datang, ia memutuskan untuk meminum wine sambil menikmati sore harinya di balkon apart. Terlihat Derral memegang gelas berkaki ramping yang masih ada sedikit cairan berwarna kuning pucat itu di dalam gelas tadi. Begitu melihat Syafima datang, ia langsung mempersilhakan wanita itu masuk ke dalam. “Sorry, ponselku ketinggalan.” Kata Syafima tersenyum sambil memperlihatkan deretan giginya yang rapi dan putih. Ia juga menyelipkan rambutnya di belakang telinga karna ada terpaan angin dari balkon Derral yang masih belum di tutup. “Oh, dimana?” tanya Derral. “Entahlah, aku lupa. Boleh aku mencarinya?” tanya Syafima. “Silahkan,”                 Sayangnya ponselnya hanya diaktifkan mode silent. Jadi itu cukup membuat mereka berdua mencari kesana kemari. Derral kemudian membantunya sambil terus menelpon nomor ponselnya. Dan ya, ternyata ponselnya ada disudut ruangan di balkon dan berada di bawah tumpukan bunga yang tadi Derral berikan untuknya yang juga tertinggal di sana. Derral kemudian mematikan sambungan telponnya dan tidak sengaja melihat tampilan lock screen Syafima ternyata foto bersama dengan Ravindra. Ia tersenyum dan memanggil Syafima yang ternyata yang baru saja keluar dari toilet dan mencarinya di sana, karna ia sempat pergi ke sana tadi sebelum acara makan – makan tadi berlangsung. “Syafima!” panggil Derral sambil melangkah masuk ke dalam ruang keluarga. “Ya!” jawab Syafima singkat. “Ini kan?” tanyanya sambil memberikan ponsel nya pada Syafima. “Iya, terima kasih Derral.”                 Mereka berdua hanya saling menatap sampai beberapa detik kemudian Syafima tersadar dan membuang pandangannya ke arah lain. “Kalau begitu aku pamit dulu ya.” Syafima kemudian mengambil tasnya yang ia letakkan di sofa ruang keluarga.                 Melihat itu, Derral sepertinya masih belum ingin berpisah dengan wanita itu. “Syafima!” panggil Derral kemudian menarik lembut tangan Syafima.                 Syafima terkejut dan sedikit melebarkan matanya begitu merasakan tangannya disentuh oleh Derral. “Sorry,” Derral kemudian melepaskan tangannya dan meminta maaf. “Tidak apa – apa. Ada apa Derral?” “Sya, jika tidak keberatan. Apa kamu masih punya waktu? Aku ingin mengajakmu mengobrol.”                 Syafima melihat jam tangan yang melingkar di tangannya. “Boleh,” katanya sambil tersenyum.   / / / / / /    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD