bc

the Fabelion

book_age12+
114
FOLLOW
1K
READ
adventure
revenge
space
tragedy
genius
ambitious
non-hunman lead
multiverse
dystopian
school
like
intro-logo
Blurb

"Peradaban manusia dalam keadaan terancam, Chloe," ujar Sharon.

Tak hanya kaget akan pernyataan itu, tapi Chloe juga hampir pingsan. Saking kagetnya mendengar suara Sharon. Anjing hadiah ulang tahunnya yang ke 5 sebelum Mamanya meninggal dunia. Dia yang sudah sangat dekat dengan Sharon pun merasa dirinya sudah gila. Karena dapat mendengar suara Sharon yang sangat mirip dengan logat manusia.

Perlahan Sharon pun menjelaskan jika dia baru saja diculik oleh Bangsa Fabelion. Sekumpulan anjing dari dunia lain yang memiliki kepintara setara dengan manusia. Sharon pun menjelaskan kalau Bangsa Fab yang dipimpin oleh Pho sedang merencanakan p*********n besar untuk membalas dendam dan merebut kekuasaan manusia di bumi.

Chloe pun tak mau tinggal diam. Bersama sahabatnya Damian Chloe mengusut siapa Bangsa Fabelion yang sebenarnya? Dan apa hubungannya dengan ilmuan Mouren yang hangus terbakar di dalam laboratorium pribadinya seratus sepuluh tahun yang lalu?

chap-preview
Free preview
Bab. 1 Jangan Lakukan Itu
Hidup Chloe Arabella memang tak semudah orang lain. Bagaimana tidak? Sejak sang Mommy meninggal dunia saat ia masih kecil. Ia harus merasakan artinya sebuah kehilangan yang sangat dalam. Chloe yang tidak punya kerabat lain selain Daddynya pun, sering ditinggal sendirian oleh sang Daddy untuk urusan pekerjaan. Untung saja gadis berusia delapan belas tahun itu memiliki anjing yang sangat setia bernama Sharon. Sharon adalah hadiah ulang tahun terakhir dari sang Mommy. Mereka bersama sejak Chloe berumur lima tahun. Tahun yang sama dengan kecelakaan yang menimpa Mommynya. Mata Chloe pun berair tiap kali mengingat kejadian itu. Sungguh, ia masih sangat ingat dengan ucapan terakhir Mommynya yang akan berangkat bekerja di salah satu bank swasta tiga belas tahun yang lalu. Flashback. "Chloe kamu baik-baik ya di rumah. Jangan bandel dan selalu nurut sama Bianca. Mengerti?" pesan Mommy Chloe saat itu sambil menggendong putri semata wayangnya sampai di dekat mobilnya. Sedangkan di belakangnya, Bianca sudah stand by untuk mengurusi semua keperluan Chloe setelah kedua orang tuanya pergi. "Nah, dengerin ya ucapan Mommy. Jangan sampai kamu lupa!" tambah Daddy Chloe yang sudah berdiri di samping mobil. "Iya, Daddy, Mommy. Aku tau itu kok. Dan aku pasti jadi anak yang penurut," balas Chloe dengan suaranya yang masih kecil. "Ya, sudah. Kau begitu kami pergi dulu ya. Ini Bi. Jagain dia baik-baik," pesan Mommy sambil menyerahkan tubuh Chloe kepada Bianca, sang penjaga anak berusia lima tahun itu. "Baik. Saya pasti akan menjaga Chloe baik-baik," balas Bianca sambil menerima tubuh Chloe. "Kalau begitu, cepat kita berangkat sekarang," ajak Daddy Chloe kemudian kedua orang itu masuk ke dalam mobil mereka. "Bye…. Bye….." Chloe pun ber dadah-dadah ria sambil melepas kepergian kedua orang tuanya. "Ayo, kita masuk. Saatnya kamu makan sekarang," ujar Bianca sambil membawa Chloe masuk ke dalam rumah. Chloe pun hanya menurut. Sebab, ia sudah kenal baik dengan Bianca semenjak dia masih bayi. Sejak dulu Bianca selalu merawat Chloe dengan baik. Makanya sampai saat ini Chloe pun terlihat sangat sayang dengannya. Begitu pun sebaliknya. Bianca pun menurunkan Chloe di salah satu sofa ruang keluarga. Ia pun segera menghidupkan sebuah tv LCD empat puluh satu inc agar Chloe tidak bosan dan meninggalkan tempat itu saat dia sedang mengambil makanan di belakang. "Chloe tunggu disini sebentar ya. Bi mau ambil makanan untuk kamu sarapan dulu," pamit Bianca kemudian berjalan ke arah dapur. Chloe pun hanya mengangguk dengan pandangan yang fokus menatap layar televisi. "Breaking News. Sebuah tabrakan telah terjadi tak jauh dari tempat pengisian Bensin otomatis di kota Aberdeen. Sisi kiri mobil yang ringsek tertabrak sebuah truk kontainer pun menewaskan seorang korban perempuan. Sedang satu korban yang lain masih hidup dan terus meminta bantuan," ujar seorang reporter yang tiba-tiba muncul di layar kaca. Saat tayangan sedang menggambarkan suasana evakuasi korban yang berjalan cukup dramatis itu, Bianca masuk ke dalam ruang keluarga dengan mangkok kecil berada di tangannya. Blak! Seketika mangkok itu terjatuh. Dan isinya pun langsung berhamburan di lantai. "Nyonya. Tuan. Tidak. Tidak mungkin," gumam Bianca tidak percaya. "Ada apa, Bi? Ada apa?" tanya Chloe kecil bingung melihat Bianca menangis sesegukan. Bianca pun menatap Chloe lalu ia segera membekap erat tubuh kecil anak majikannya itu. Kemudian setelah sampai di rumah sakit. Chloe pun diajak Bianca untuk menemui kedua orang tuanya. Termasuk juga sang Mommy yang meninggal di tempat kejadian. Dulu Chloe tidak mengerti apa itu mati dan bagaimana rasanya ditinggalkan orang yang kita sayang untuk selamanya. Sehingga Chloe pun tetap terlihat tenang dan tidak meneteskan air mata sama sekali. Beberapa bulan kemudian Bianca diberhentikan oleh Adam, Daddy Chloe. Sebab, gajinya sebagai manajer sebuah restoran cepat saji hanya cukup untuk memenuhi keperluan sehari-hari bersama Chloe. Dengan kata lain Adam sudah tidak bisa membayar jasa Bianca lagi. . Dug!!! Tiba-tiba lamunan Chloe dibuyarkan dengan sebuah ketukan benda keras di atas mejanya. Chloe pun langsung tersadar jika guru matematikanya sudah berdiri di samping meja belajarnya. "Jangan banyak melamun lagi. Cepat kerjakan soal yang saya tulis di papan tulis itu sekarang!!" titah guru killer itu dengan kata terakhir yang dieja dan ditekan cukup dalam. "Alah hukum saja, Bu. Dua tidak akan bisa," sindir Alice sambil tersenyum mengejek ke arah Chloe. Sedang Chloe tidak bisa membalas perlakuan itu. Ia hanya mampu menahan emosinya dalam hati. "Iya, benar. Benar," sahut anak-anak lain. Chloe pun menundukkan kepalanya dalam-dalam. Selalu saja begitu. Tiap kali ia bermasalah di sekolahan ini. Ia pasti mendapat bullyan dari teman-temannya. Padahal, Chloe tidak pernah melakukan hal-hal yang yang buruk terhadap mereka. Namun, entah mengapa mereka sangat membenci Chloe. "Diam!! Biarkan saya yang menentukan hukuman apa yang paling tepat untuk Chloe. Dan saya yakin mengerjakan soal di papan tulis bukan hal sulit kan, Chloe?" ujar sang guru sambil meletakkan sebuah spidol di atas meja Chloe. Melihat kejadian itu membuat nyali Chloe menciut seketika. Ia yang sedari tadi melamun, sungguh tidak mendengarkan sedikit pun materi yang disampaikan oleh gurunya di depan kelas. "Iy… iya, Bu," jawab Chloe lirih. Chloe pun segera beranjak dari duduknya. Lalu ia berjalan mendekati papan tulis. Lalu dengan kaki yang bergetar hebat Chloe pun berjalan mendekati papan tulis di depan kelas. Selangkah dua langkah kaki Chloe mendekati papan tulis itu. Hingga akhirnya ia pun sudah sampai tepat di depan soal yang ditulis dengan spidol yang sama dengan yang ia bawa. Chloe pun menelan ludahnya dengan susah payah melihat angka keriting di depannya itu. Perlahan namun pasti Chloe mengangkat tangan kanannya untuk segera ia menulis. Dan baru saja ia menempelkan ujung spidol ke atas permukaan papan tulis yang licin, bunyi kebanggan para siswa pun berdering kencang. Kring…. Kring…. Kring…. Bel pulang pun berdering. Huft. Akhirnya Chloe tak perlu mengerjakan tugas hukuman tadi. "Ya, sudah. Waktu sudah berakhir. Jadi, kalian boleh siap-siap untuk pulang," perintah Bu Guru sambil berjalan ke arah Chloe. Chloe pun memberikan spidol itu kepada gurunya, sebelum ia kembali duduk tadi. "Dan kembali ibu mengingatkan jika besok pagi kita ada acara berkemah di tengah hutan. Pastikan jika kalian tidak akan melupakan satu benda pun termasuk juga tanda pengenal. Mengerti?" tambah Bu Guru lagi. "Yes, Miss," balas anak-anak serempak. Kemudian mereka pun bergegas meninggalkan tempat itu. Begitu pula dengan Chloe. Setelah mencangklong tasnya ia segera beranjak dan meninggalkan mejanya itu. "Hei, cewek culun sini kamu," ujar Alice sambil menarik tangan Chloe dengan kasar. Ia pun segera membawa Chloe masuk ke bawah tangga bersama teman-temannya. "Lepasin! Lepasin! Apa yang kalian inginkan dari aku?" tanya Chloe dengan nada penuh ketakutan. Mau tidak mau ia pun hanya menurut saja saat badannya diseret Alice dan teman-temannya itu. "Dengerin baik-baik. Besok di acara kemping sekolah. Aku ingin kita satu kelompok. Apapun yang terjadi. Lalu aku dan teman-teman nggak mau ngerjain tugas yang akan dilakukan disana. Jadi, kamu harus ikhlas membagi nilai kamu sama kita-kita ngerti?!" ujar Alice dengan nada penuh penekanan. "Tap… tapi kan. Kelompok itu yang menentukan pihak sekolah besok," elak Chloe sambil membenarkan kaca mata tebal yang bertengger di atas hidungnya yang mancung. "Ya, kita tidak peduli. Yang jelas kita tidak mau satu kelompok dengan yang lain. Kita maunya sama kamu," kata Cynthia, teman Alice. Alice pun hanya tersenyum sekilas sambil melirik wajah Chloe yang semakin ketakutan. "Baiklah. Besok akan aku usahakan," jawab Chloe dengan nada bergetar. Walaupun dia sering dibully seperti ini oleh mereka, tapi tetap saja ia tidak berani melawan. "Oke. Sambil menunggu besok kami punya sesuatu untuk kamu," kata Alice dengan senyum yang menyebalkan. "Apa?!" tanya Chloe dengan cepat. Keningnya pun berkerut sempurna. Sementara firasatnya langsung terasa tidak enak. "Ini," ujar Alice sambil menunjukkan sebuah kecoa yang masih hidup berada di dalam plastik bening. Dia tau betul jika Chloe sangat membenci kecoa. Makanya, dia selalu menggunakan hewan ini untuk membully cewek paling culun di sekolahnya itu. "Jangan. Jangan. Jangan, Alice. Aku mohon," ucap Chloe sambil memepetkan badannya ke dinding. "Hahaha. Ini teman kesayangan kamu. Ayo, bilang hallo. Hahaha." Alice pun menempelkan plastik itu ke wajah Chloe. Tentu saja cewek non modis langsung menjerit-jerit. Namun, ia tidak bisa berlari karena kedua tangannya dipegang erat oleh kedua teman Alice agar tidak bisa pergi. "Alice jangan. Alice. Aku mohon!" teriak Chloe sambil meronta-ronta. Bukannya iba melihat keadaan Chloe, Alice dan kedua temannya justru tertawa lebih keras lagi. "Hahahahaaa." Tawa ketiga cewek itu bersama-sama, tapi ternyata mereka tidak puas sampai disitu. Alice pun mengangkat tinggi-tinggi plastik berisi kecoa di tangannya lalu perlahan ia membuka ikatan di ujung plastik itu. Mengetahui apa yang akan dilakukan Alice selanjutnya Chloe pun kembali meronta. Dengan sekuat tenaga ia berusaha melepaskan diri. Sayang, tenaganya lebih kecil daripada kedua teman Alice itu. Sehingga dia tidak bisa melepaskan tangannya dari kedua cengkraman cewek nakal itu. "Alice jangan…. Hiks. Aku mohon…. Hiks…. Hiks…. Jangaaan."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Kembalinya Sang Legenda

read
21.8K
bc

Time Travel Wedding

read
5.4K
bc

Romantic Ghost

read
162.5K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.5K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
9.0K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.9K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook