"Ren, mending pegangannya biasa aja. Takut kejadian kayak kemaren-kemaren!" ucap Juno sedikit keras. Sementara perempuan di belakangnya mendesah pelan dan menegakkan tubuh, tetapi tangannya masih memeluk pinggang Juno.
"Maaf, aku beneran lemas, Jun." Rena berujar tak enak.
Tak ada jawaban dari Juno sampai pada akhirnya motor berhenti di depan rumah sakit. Juno melepas helm dan membenarkan posisi tasnya sebelum turun. Baru saja Juno melangkah, sebuah motor ikut parkir di sisi motornya. Yang membuat Juno bergeming, Hana ada di sana. Di belakang pengendara motor yang ternyata adik kelasnya juga. Ah, maksud Juno, itu laki-laki yang tadi menyampirkan kemeja di bahu Hana.
Untuk apa mereka ke rumah sakit?
Tapi persetan dengan itu, mata Juno kini tertuju pada Wajah Hana yang basah. Juno yakin hujan tidak begitu lebat, bahkan hanya buliran air halus. Mana mungkin wajah Hana bisa basah dan juga merah seperti itu.
"Jun, ayo!" Suara Rena membuyarkan lamunan Juno. Tepat ketika Juno hendak berjalan, Hana melihatnya. Tatapan mereka bertemu dan dapat Juno lihat bahwa mata Hana juga memerah, terlihat sembab dan sendu.
Dia nangis?
Rena menarik tangan Juno, sehingga mau tak mau ia berjalan tersandung-sandung.
Ah, Juno. Entah kenapa sangat sulit mengalihkan perhatiannya dari sosok Hana. Tatapan datar tadi siang saja masih membekas di ingatan Juno, sekarang sisa-sisa tangis perempuan itu lebih membuatnya frustasi.
Ada apa dengannya? Kenapa Hana mendominasi pikirannya akhir-akhir ini?
***
"Kita bagaikan satu biduk dengan dua pengayuh. Ketika aku mengayuh mundur, kau mengayuh maju. Ketika aku mengayuh maju, kau mengayuh mundur. Pada akhirnya, kita hanya terdiam di satu titik, oleng, dan karam tak berbekas."
_______________
Hari yang amat membosankan. Hana hanya duduk, rebahan, buka twitter, buka ig, balas-balasin base, tutup lagi. Buka youtube, nonton Web Drama, nyamil, tidur. Benar-benar akhir pekan yang mubazir.
Baru selesai mandi, Hana menemukan ponselnya yang teronggok menyedihkan di atas nakas. Tanpa notifikasi pesan, atau pun panggilan. Miris, ya? Iya, miris banget jadi jomlo yang masih berharap ke cowok orang. Tapi, bukankah Hana sendiri yang memblokir nomor Juno hari itu? Ya, hari setelah ia melihat Juno dan Rena. Baginya saat itu, harapannya sudah pupus. Ia sudah tak ingin berharap apa-apa lagi dari perasannya. Jadi sekarang kenapa masih saja mengharapkan pesan dari Juno? b**o.
Itu semua tidak akan ada lagi.
Hana merebahkan diri di atas ranjang. Membuka chat group dan menggeleng pelan melihat rentetan chat dari teman-teman terbobrok dunia akhiratnya.
Sarangek Club
(5 Anggota)
Dolpindodit:
GAES, TAU GAK?
RESPON DONG OY!
WOY! PADA IDUP KAGAK?
LO PADA DICULIK DEDEMIT APA YA!?
Prikiesa:
Lagi mati suri.
Dolpindodit:
E ANJ—
Prikiesa:
Anak kecil dilarang ngegas ya, b*****t!
Hancherry:
Suka gak bismillah dulu ya kalian kalo ngomong!
Diktadik:
Bontot, apaan? Lo berapa hari gak sekolah, tanpa kabar pula, dateng-dateng ngerusuh di grup!
Hancherry:
Iya. Lo kali Dolpin yang diculik dedemit.
Dolpindodit:
Astaghfirullah, mengapa kakak-kakak ini jahat padaku?:(
Yudhayud:
A to the lay: lebay.
Hancherry:
Alay, Yud:')))
Yudhayud:
Suka-suka gue. Jari jari gue yang ngetik:)
Hancherry:
Ya allah ya gusti ya malik ya kudus ya salam, untung temen:')
Prikiesa:
Gak sekalian aja sebutin ke-99-nya, Na?
Hancherry:
Esa aja yang lanjutin. Esa kan pinter:)
Dolpindodit:
GAES, gue tuh ngechat karena mau bilang sesuatu.
Yudhayud:
Apa?
Diktadik:
(2)
Hancherry:
(57)
Prikiesa:
(69)
Diktadik:
Bngst ih, Kak Esa:')
Dolpindodit:
MASA TADI GUE LIAT @/prikiesa DI DEPAN HOTEL ASTER SAMA CEWEK. TERUS CEWEKNYA NANGIS GITU TAU GAK?
Diktadik:
Apa? Gimana?
Yudhayud:
Sa, lo gak ngapa-ngapain anak orang, kan?
Hancherry:
Esa'-'
Esa, kok, jahad?
Diktadik:
Woy, oknum prikiesa! Keluar lu! Kita butuh konfirmasi ini!
Prikiesa:
Bentaran dong, t*i. Ini ngetiknya panjang!
Diktadik:
BURUAN!
Prikiesa:
Begini, ya, keset masjid.
Kenapa gue di depan hotel? Jawabannya karena cewek itu dari luar kota. Dia gak punya keluarga di sini, makanya nginep di hotel. Kan gak lucu kalau nginep di rumah gue. Terus gue nemuin dia juga di luar, gak di kamar hotel. Maaf, ganteng-ganteng dan seksi-seksi juga, gue masih bermartabat. Mana mungkinlah gue ngerusak anak gadis orang. (Kalau grepe-grepe dikit mah gak apa-apa.) Eh
Dolpindodit:
*Grepe-grepe dikit mah gak apa-apa*
BNGST!
Hancherry:
Terus dia ngapain ke sini? Cuma nyamperin lo doang? Kenapa enggak elo yang nyamperin dia? Cewek lo, kan?
Prikiesa:
Nggak, Na. Udah putus.
Yudhayud:
Lah, terus?
Dia nangis. Apa jangan-jangan....
Prikiesa:
Ya, itu mah alasan pribadi. Gue gak mau jelasin. Kepo amat kalian. BYE.
Dolpindodit:
HEH! JELASIN DONG INI!
Diktadik:
Iya kita kepo, bruh!
Hancherry:
Biarkan Esa dengan kesendiriannya'-'
Yudhayud:
Iya, kayak yang gatau Esa aja. Emang baru sekali ya ngeliat Esa bikin cewek nangis?
Diktadik:
Iya, sih.
Dolpinhdodit:
IYA JUGA
_________
"Main hape terus!"
Hana seketika membalikkan tubuhnya, meski masih dalam posisi rebahan. Kemudian menemukan Nina yang berjalan mendekat ke arahnya. "Ya ampun, baru berapa menit juga," balas Hana, kemudian kembali menatap ponselnya.
"Bangun! Bangun!" Nina memukul-mukul b****g Hana keras.
"Mama!" pekik Hana sebal, sambil beringsut menghindari mamanya.
"Ganti baju, cepetan! Dandan, jangan malu-maluin!"
"Nggak ah. Mager. Lagian mau ke mana coba?"
Hana meraih selimut merah mudanya dan masuk ke dalam sana, tak mengindahkan sama sekali perkataan Nina. Lagi pula, mamanya mau ke mana ngajak keluar sore-sore? Biasanya juga nyubuh, maksa Hana buat menemaninya ke pasar.
"Kamu lupa? Hari ini ada janji makan malam sama keluarga Tante Sela?"
"Hah?" Seketika Hana bergeming. Iya ya, Hana lupa bahwa beberapa hari lalu mamanya bilang bahwa ada acara makan malam, sekaligus penyambutan keluarga Tante Sela jadi tetangga mamanya. Padahal waktu itu Hana sangat antusias, mengingat ia berencana mau modus. Tapi sekarang justru Hana malah malas pergi.
"Hana gak ikut, boleh gak?" tanya Hana ragu.
"Ikut!"
"Ma," Hana memelas. "Banyak PR, Hana mau ngerjain PR aja di rumah, ya?"
"Banyak PR apanya? Dari tadi Mama lihatin cuma main hape terus. Ikut pokoknya, gak mau tahu!"
"Mama!"
"Ikut! Sekalian kamu sama Juno ngobrol, biar lebih deket. Mama sama Tante Sela udah bicara perihal nilai kamu yang selalu pas-pasan. Katanya Juno bisa bantuin kamu."
"Ma, gak gini juga caranya!"
"Terus gimana?"
"Tahu ah! Pokoknya Hana gak ikut!" Hana menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Masa bodoh dengan teriakkan-teriakkan mamanya.
Kenapa harus Juno? Apa mamanya tidak tahu kalau Hana sedang mati-matian untuk move on? Ya, istilahnya belajar melepas sebelum memiliki.
Ah, entahlah. Memikirkan ia akan bertemu dengan Juno setelah berhari-hari berusaha melupakan, rasanya sangat mengerikan. Apalagi, untuk belajar dengannya. Tidak, Hana tidak mau!
Tidak mau kalau pada akhirnya hanya menciptakan kisah tanpa kasih. Atau merasakan kasih tanpa kisah. Itu sangat menyedihkan.
***