Juno baru saja selesai mengerjakan tugas-tugas sekolahnya saat ponselnya berdering terus menerus. Tanda notifikasi pesan yang dikirim bertubi-tubi.
Juno meraih ponsel tersebut dan membukanya. Hah, seperti biasa, banyak nomor tak dikenal yang masuk. Isinya? Tidak pernah jauh hanya berisi hal-hal yang menurut Juno tidak penting. Juno heran, padahal sudah berapa kali ia ganti nomor, tapi tetap saja banyak yang menghubunginya seperti ini.
Juno segera mencari kontak Yohan dan menekan ikon pesan.
Han. Ngasi nomr gw k org lg?
Sent.
Yah, Juno tahu betul, hanya Yohan yang berani memberikan nomornya. Untuk apa lagi kalau bukan untuk bernegosiasi menukarnya dengan kontak perempuan? Yohan being Yohan.
Tidak ada balasan.
Juno membisukan dering ponselnya. Tapi saat hendak menyimpan ponsel tersebut, satu notifikasi dari kontak yang Juno save masuk.
Rena.
Jun, udah tidur?
Juno mengurungkan niatnya menyimpan ponsel dan membalas pesan Rena.
Blm. Knp?
Ituloh... gimana ngomongnya ya?
Ngmong aja. Knp?
Besok bisa temenin aku gak?
Kmn?
Rumah sakit. Biasanya suka dianter Papa tapi katanya besok gak bisa.
Kakak km?
Besok dia kuliah sore.
Aku g janji tp y.
OKE. Makasi, Junooo. Hehe
Besok aku chat lagi, ya:)
G.night, Juno^^
Juno hanya membaca pesan Rena dan menyimpan ponselnya kemudian beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka dan kakinya sebelum tidur. Tapi tentu, hatinya sudah berbicara sendiri sejak tadi bahwa besok, dia harus ganti kartu ponselnya lagi.
***
Hana sudah standby di depan pintu rumahnya, bersiap untuk pergi sekolah. Tapi, tak kun berangkat. Ia malah terus menatap ponselnya padahal tidak ada notifikasi apapun.
Hari ini Hana tampil sedikit berbeda. Biasanya, Hana hanya mengucir rambutnya asal atau membiarkan rambutnya tergerai begitu saja saat berangkat sekolah. Tapi kali ini, Hana mengucir rambutnya dengan rapi, tak lupa juga ia memasangkan jepit kupu-kupu di sisinya.
"Na, kamu gak berangkat?" tegur Nina yang terheran-heran melihat anaknya masih berdiri di ambang pintu. Ia kira Hana sudah berangkat dari tadi.
"Belom, bentar lagi." Hana menoleh singkat dan kembali menatap ponselnya. Kali jari-jarinya bergerak membuka aplikasi chating dan mengunjungi chat room salah satu kontaknya.
Kak, berangkat barengnya jadi?
Sent.
Hana menghela napasnya pelan kemudian menempatkan jari tengah dan jari telunjuknya di sudut bibir yang berbeda, menariknya ke atas sehingga menimbulkan senyuman di bibir tipis yang barusan ia bubuhi liptint pink.
Hana tidak boleh kesal. Sebab apa? Sebab ia akan berangkat sekolah bareng Juno! Yap, semalam secara mengejutkan Hana mendapatkan pesan dari Juno yang mengajaknya pergi sekolah sama-sama. Bukankah itu suatu keajaiban? Tidak, itu anugerah.
Juno memang manis dengan caranya sendiri. Ketika berpapasan langsung, Juno terkesan datar, padahal sebenarnya dia sangat perhatian.
Semalam Hana menawarkan diri untuk ke rumah Juno lebih dulu, tapi Juno bilang dia akan jemput Hana langsung ke rumahnya. Bagaimana Hana tidak kesurupan kalau begitu?
Tapi yang jadi masalah sekarang... Hana sudah menunggu lama tapi belum ada balasan apapun dari Juno. Jika dalam kurun waktu lima menit ia belum berangkat, pasti alamat telat.
Kak, aku nungguin di depan rumah. Kalau ngga jadi, aku mau bareng kakak aku.
Sent.
Hana kembali menghela napas panjang setelah mengirim pesan itu. Ini, sih, sudah dipastikan dia bakalan telat. Tapi Juno? Juno lupa atau bagaimana?
Pupus sudah harapan Hana saat Yovie keluar dari rumah sedangkan Juno sama sekali belum membaca pesannya.
Senyum yang sejak tadi merekah, mulai luntur dari wajah Hana. Kecewa? Pasti. Tapi lebih dari itu, Hana bertanya-tanya, ke manakah Juno? Kenapa tidak menjemputnya dan tidak membalas pesannya juga. Apa Juno baik-baik saja? Atau, sesuatu terjadi pada Juno?
Dan pertanyaan itu sedikit terjawab, Juno baik-baik saja, bahkan ia ikut menghukum Hana yang telat:)
Alasan Juno ingkar janji? Hana belum tahu yang pasti, entah mengapa Hana marah pada dirinya sendiri. Hana merasa, ia mudah terpancing apalagi soal perasaan.
Hana lupa. Kemarin bahkan, Juno membiarkan Hana jalan kaki padahal sudah sore dan hendak hujan. Kenapa juga tiba-tiba Juno mengajaknya berangkat sekolah bersama? Mungkin Juno hanya ingin main-main karena Hana terlalu menampakkan perasaannya.
Beberapa detik lalu saat tatapan mereka bertemu pun, Juno hanya diam—terlihat tidak memiliki niat untuk berbicara dengannya. Lalu, apa yang Hana harapkan sekarang?
***
Hana merebahkan kepalanya di atas meja saat sampai kelas di mata pelajaran kedua. Seluruh tubuhnya lelah selama pelajaran pertama membersihkan lapangan utama yang luasnya bukan main. Hatinya lebih lelah lagi. Lelah berharap:)
Hana menoleh dan ternyata Yudha tak ada. Segera Hana mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada temannya tersebut.
Yud, udah makan?
Sent.
Yah, Hana tahu betul Yudha tidak suka makan sendirian. Itu sebabnya tempo lalu dia datang menemuinya dan mengajaknya makan. Tentu, selain dari itu Hana paham bahwa Yudha tengah bersedih dan membutuhkan seseorang.
Tak berselang lama, guru sejarah masuk. Dan ya... bisa ditebak, Hana tidak menyimak pelajaran sedikit pun pada akhirnya. Pikirannya berkelana ke mana-mana.
***