bc

My Happy Ending

book_age12+
1.9K
FOLLOW
6.5K
READ
family
billionairess
drama
sweet
humorous
ambitious
campus
secrets
friends
gorgeous
like
intro-logo
Blurb

Jiwa menyukai kakak tingkatnya. Sama seperti hal nya mahasiswa baru lainnya. Jiwa berusaha menaklukkan hati seniornya.

Lucas terlalu dingin dan cuek, tapi perlahan menyukai sikap lugu Jiwa.

Es kelapa dan nasi kuning adalah kebiasaan Jiwa membawakan Lucas sarapan. Sederhana memang tapi mampu meluluhkan hati Lucas.

Jiwa menyerah, usahanya sia sia namun Lucas malah menyukainya.

Cinta datang terlambat

Sepertinya benar. Lucas harus kehilangan seseorang lagi sedangkan Jiwa harus mengikhlaskan seseorang yang bahkan belum sempat dia miliki.

Jiwa pergi, meninggalkan Lucas seorang diri dan luka yang lebih banyak lagi.

chap-preview
Free preview
Part 1
Part 1 “Hormattttt…grak”             “Pfft”             “Hey, stop it” Gadis ini berusaha menahan ketawanya, bagaimana tidak, suara pemimpin upacara begitu berlebihan ditambah suaranya yang nyaring tapi sedikit membuat sakit kuping, membuat gadis itu ingin tertawa terbahak.             “Shht…eh eh, itu siapa sih” bisiknya. Gadis yang merasa ditanya langsung menoleh, mencari tokoh yang dibicarakan teman barunya itu.             “Oh, itu senior kita” Gadis ini merasa tidak puas dengan jawwabany temannya, memutar bola mata malah dan mendengus.             “Iya tau Anabele, maksud aku dia dari jurusan apa”             “Berhenti manggil aku Anabele, nama aku Ana tanpa bele”             “Dia senior jurusan arsitektur, satu fakultas sama kita tapi jangan berharap kamu sering ketemu dia, katanya sih dia senior popular dan paling banyakkk fansnya”sambung Ana.             “Ohhhhh” Upacara bendera berakhir tepat pukul sepuluh pagi, mahasiswa sudah mulai berhamburan dan memilih pergi ke kantin untuk sekedar membeli minum, sedangkan dua gadis ini memilih untuk duduk dipinggir taman kampus dengan topi yang dikibas kibas.             “Jangan bilang kamu naksir sama dia?”             “Jiwa!”             “Apasih”             “Aku lagi ngomong sama kamu, malah kamu bengong gitu” Gadis bernama Jiwa ini memilih untuk diam sebelum akhirnya dia menunjuk seseorang.             “Lihat tuh kharismanya…beuhhh mantep banget, siapa yang ga naksir sama senior jenis dia”             “Jenis? Dia manusia kali” Ana tidak menyangka, di hari pertama ospeknya dia harus bertemu dengan Jiwa. Gadis petakilan dengan banyak tingkah memalukan, tanpa rasa malu. Menjadi makasiswa di fakultas Teknik membuat Jiwa bersyukur, banyak senior dan teman sebayanya yang tampan, lumayan membuatnya terkesima setiap hari.             “Mending cari yang lain aja Jiwa, dia susah, banyak yang naksir”             “Hal yang disuka harus diperjuangin dong An” Ana memilih menyerah, teman yang baru dia temui tiga hari ini memang selalu membuatnya takjub, bagaimana mungkin ada seorang gadis dengan banyak tingkah, tanpa rasa malu, dan bahkan dihari pra-ospek omelan senior tidak membuatnya takut.             “Ya ya perjuangin aja Ji, kalo udah dapet kenalin aku sama temen-temennya ya, lumayan cogan semua tuh” Ospek dan pengenalan kampus yang memakan waktu kurang lebih satu minggu cukup menguras tenaga mahasiswa, ditambah banyaknya tugas yang harus mereka kerjakan, haru mereka cari, dan dihari ospek ditambah permainan yang terkadang tidak masuk akal. Tapi hal ini malah membuat gadis 18 tahun ini menyerah, inilah hal yang dia tunggu selama ini. Menjalani pengenalan kampus, ospek dan kegiatan lainnya, sebelum akhirnya perkuliahan normal. Jiwa yang memilih untuk merantau, berkuliah di luar kota jauh dari keluarganya, hidup mandiri, mengelolah keuangan sendiri, ditambah teman teman baru yang tidak dia kenal sebelumnya, menjadi suatu hal yang dia tunggu tunggu. Membayangkan kehidupan kampus yang begitu sempurna, ditambah drama drama kampus bak sinetron, cinta lokasi, friend zone, mengagumi senior, dibenci senior dan dosen, semua hal itu akan segera Jiwa rasakan.             “Semuanya berkumpul di aula sekarang juga” Suara dari pengeras suara membuat semua mahasiswa buru buru memasuki aula, tidak ingin kembali di omel oleh panitia. Jiwa yang duduk bersebelahan dengan Ana dan teman teman lainnya yang masih belum dia kenal. Melihat gadis disebelahnya yang begitu menor menurutnya, dengan tampilan yang begitu mencolok, pakaian yang sedikit ketat, riasan wajah yang terlihat jelas, dan jangan lupa rok diatas lutut itu.             “Pasti cewek sebelah suka godain panitia, sampe tampilan dia kaya gitu ga kena hukum” bisik Jiwa. Mendengar bisikan Jiwa, Ana langsung melihat gadis sebelah Jiwa, dilihatnya dari atas sampai bawah yang sontak membuatnya heran.             “Bener juga, udah kek apa aja. Bisa bisanya ga kena hukum panitia, pasti gatel” Ruangan didalam aula seketika hening, dilihatnya dari pintu masuk seorang laki laki lengkap dengan jas almamater kampus, celana kain, jam tangan hitam, rambut yang rapi, mata yang tajam, kaos putih kepanitiaan, dan sepatu Convers yang begitu pas di kaki. Laki laki yang berjalan dengan gagah diikuti yang lainnya, begitu terlihat gagah. Sedangkan gadis disebelah Jiwa sudah kegatelan seperti cacing kepanasan, melihat itu Jiwa sedikit ilfil.             “Kakak Lucas” Teriakan mahasiswi yang begitu memenuhi aula, melihat pesona laki laki yang hanya berjalan lalu duduk didepan. Tidak banyak tingkah, tidak banyak hal yang lakukan, namun mampu membuat para mahasiswa kegirangan.             “An, saingan aku satu kampus”             “Bukan satu kampus lagi, tapi satu U-NI-VER-SI-TAS” Mendengar Ana membuat Jiwa kesal, bagaimana mungkin temannya itu member tekanan tiap kata Universitas, seharusnya Ana mendukung Jiwa bukan malah membuat nyalinya menciut.             “Dukung kek, katanya minta dikenalin sama temen temennya”             “Bukan ga ngedukung ya Ji, tapi lebih sadar diri. Apalah daya yang hanya sebuah remahan kentang, apalagi ntar jadi musuh masiswi satu Universitas, cepet meninggal aku kayanya” Jiwa tidak mengenal siapapun disini, teman teman satu sekolahnya dulu memilih untuk berkuliah di kota yang sama atau memilih bekerja, bukan mengurangi keinginan untuk merantau, hal itu justru membuatnya bersemangat. Ya, anak perempuan satu satunya dari empat bersaudara membuat Jiwa sedikit memaksa. Permintaannya untuk merantau tidak serta merta membuat orang tuanya menyetujui secara langsung, ditambah kakak laki lakinya yang dengan semangat menolak juga.             “Kamu anak perempuan yakin mau ngerantau ke ibu kota? Sendirian?”             “Pak, Jiwa udah gede udah delapan belas tahun, ayolah pak buk masa Jiwa disini lagi”             “Yo kamu ndak sayang sama ibuk bapak, sama abang abang mu kok sampe ndak betah disini”             “Nggak gitu buk, cuman kan Jiwa butuh suasana baru” Entah itu sudah berapa kali bujukan yang dilakukan Jiwa, setiap hari hanya diwarnai dengan bujukan keluarganya untuk menyetujui keinginannya.             “Dek, kehidupan ibu kota keras loh dari pada ibu tiri” Abang abangnya tidak membantunya sama sekali, ditambah abang pertamanya, Erwin. Dari awal keinginan Jiwa untuk merantau langsung ditolak mentah mentah, ditambah omelan tak berujung.             “Bang, ga usah lebay deh. Jiwa bisa jaga diri kok” Masih teringat bagaimana perjuangan Jiwa sampai akhirnya keluarganya menyerah, memilih untuk mengabulkan permintaannya dari pada setiap hari yang didengar adalah rengekan.             “Woi malah ngelamun” Hari ini adalah hari terakhir ospek, yang berarti seminggu lagi perkuliahan dimulai. Energy terakhir Jiwa sudah akan habis, tidak tau lagi dia harus bagaiaman mengetahui nanti malam akan ada kemping untuk penutupan ospek.             “Capek An”             “Iya sih lumayan, mana seminggu lagi udah kuliah, kenapa bentar banget ngasih jeda, btw gimana?” Ana ingat, kemarin Jiwa sempat bertemu dengan senior yang ditaksirnya di lobi universitas. Pertemuan yang tidak disengaja, menunggu Ana yang meminjam motornya membuat Jiwa sendirian di lobi kampus, mahasiswa lain sudah meninggalkan kampus sejak sejam yang lalu. Tapi beruntung, Jiwa malah bertemu dengan Lucas, senior yang dia sukai.             “Mampus ada kak Lucas” Baru beberapa detik mengeluarkan handphone untuk memberi kabar temannya, Lucas lebih dulu pergi. Tanpa bertanya apapun pada Jiwa. Sedikit membuat Jiwa kesal, di lobi tidak ada seorang pun dan hanya mereka berdua, melirik saja tidak.             “Dia langsung pergi”             “Serius?” Jiwwa hanya mengangguk, laki laki super dingin itu bukan hanya sulit ditaklukkan karena banyak yang naksir, tapi juga karena sifatnya yang begitu cuek dan angkuh.             “Kan aku dah bilang, dia sulit ditaklukin Ji”             “Kalo gitu aku seringin ketemu dia” Ana tidak habis pikir dengan perjuangan temannya itu, benar memang segala hal harus diperjuangkan tapi menurut Ana, Jiwa begitu berlebihan.             “Bukankah cinta datang karena terbiasa?”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

DIA UNTUK KAMU

read
39.9K
bc

Love Match

read
180.2K
bc

Skylove

read
115.1K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
53.9K
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
80.1K
bc

The Perfect You

read
297.7K
bc

Stuck With You

read
75.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook