Part 2

1066 Words
Part 2  “Bukankah cinta datang karena terbiasa?” Ana tidak bisa berkomentar apapun, perjuangan temannya begitu patut diancungi jempol. Bukan tidak mau Jiwa memiliki hubungan dengan seniornya, hanya saja dia takut gadis gadis lain mencoba untuk menghancurkan mereka.             “Ntar malem coba aja langsung ngobrol sama dia, kan udah malam oenutupan udah ga ada pembeda senior dan maba (mahasiswa baru)”             “Boleh juga sih, tapi kan susah juga buat ketemu dia, yang ada keduluan cewek lain”             “Bawain aja makanan kesukaannya” Temannya satu ini benar benar sudah seperti detektiv, belum masuk perkuliahan saja Ana sudah tau gossip apa yang ada di kampus ini.             “Ngelamar jadi FBI deh pasti keterima”             “Ngaco, manusia kek aku nih langka loh”             “Jadi apa”             “Apaan” Oh iya satu lagi, jangan lupa kalau Ana sedikit telat mikir dan loadingnya kelamaan.             “Aduh” Jitakan meluncur mulus di dahi Ana, bagaimana tidak, Jiwa sudah terlanjur sebal dengan temannya itu.             “Makanan kesukaan kak Lucas apaan Anabele cibala bala”             “Ohhh hehe, dia suka es kelapa, semua jenis jamur, dan cumi” Jiwa melongo sesaat, tidak bukan ini yang dia bayangkan. Jiwa sudah membayangkan kesukaan senior yang dikaguminya itu seperti sapi lada hitam, tempura, sushi, cappuccino, dan lainnya.             “Masakin aja, kan kamu jago masak Ji”             “Stop, tunggu dulu, itu yakin kesukaan dia?”             “Aneh kan, aku awalnya juga mikir sesuatu yang high class gtu, makanan kelas atas lah secara dia orangnya keliatan tajir, tapi kesukaannya malah sesuatu yang bisa dibilang semua orang kalangan kayak kita suka”             “Aku beliin aja deh”             “Lah, sesuatu yang dibuat dengan tangan sendiri lebih romantis kali Ji, kamu kan jago masak”             “Bukan masalah jago atau enggak An, cumannn…kesukaan kak Lucas adalah hal yang aku ga suka” Kini berganti Ana yang melongo. Sepertinya temannya ini memaksa takdir, bagaimana tidak hal umum seperti makanan kesukaan saja malah berbanding terbalik.             “Alergi?”             “Enggak An, aku ga suka semua jenis jamur, es kelapa dan cumi”             “JIWA!!! Itu adalah makanan paling enak, apalagi es kelapa adalah minuman paling seger sedunia” Jiwa memilih berdiri, dia malas beradu argument dengan orang yang menyukai es kelapa. Ini sudah pertanyaan seribu sekian yang terdengar ditelinganya.             “Rasanya aneh, dah ah pulang aja yuk, aku mau beres beres buat ntar kemping” Semua persiapan sudah Jiwa selesaikan, barang bawaannya tidak banyak toh cuman satu malam saja, hal yang tidak boleh tertinggal mungkin adalah senter. Jiwa tidak bisa berada di ruang gelap tanpa cahaya sedikitpun.             “Apa yang cocok ma” Sekarang adalah bagian sulit, mencoba masak makanan yang dia tidak sukai, meminta resep dari mamanya mungkin ide yang tidak buruk.             “Kamu kan jago masak Jiwa”             “Kan Jiwa ga suka jamur sama cumi, masak aja ga pernah”             “Resepnya kaya kamu masak ayam atau udang cuman kan tinggal kamu ganti cumi aja” Entah ini sudah rengekan keberapa dan mendengar suara mamanya dari telepon sedikit membuat Jiwa gemas.             “Trus ntar rasanya?”             “Astaga Jiwa, ngapain kamu masak jamur dan cumi, masak aja yang lain. Kok ya kamu aneh aneh sih” Oke, Jiwa menyerah, sepertinya Jiwa memilih untuk membeli hidangan saja dari pada terus berdebat dengan mamanya untuk membantunya memasakan cumi. Bukan tidak mau tapi lebih tepatnya mamanya banyak kerjaan yang harus segera diselesaikan ditambah Jiwa susah mengerti. Maklum cathering harian sedikit memberi banyak beban pekerjaan.             “Cumi sambel ijo satu, jamur krispi satu sama es kelapa ya mbak”             “Iya bu” Taraa, akhirnya Jiwa sudah mendapatkan apa yang dia inginkan dan sekarang saatnya dia segera berangkat kekampus.             “Gimana udah bawa”             “Nih” Jiwa memamerkan bungkusan plastik dalam tasnya, memperlihatkan hidangan yang cukup menggugah selera.             “Bagus bagus, yuk deh masuk bus” Perjalanan menuju lokasi kemping lumayan jauh, ditambah jalan yang sedikit melonjak naik membuat perjalanan bertambah lama.             “Dipuncak ya?”             “Kayanya sih Ji, mana aku cuman bawa jaket satu lagi”             “Kan panitia udah ngasih tau buat bawa jaket yang banyak Ana, ish” Ana dan Jiwa tertidur dalam perjalanan. Bus mereka berhenti setelah berjalan kurang lebih 4 jam.             “Wahh dinginnya” Teman temannya yang lain langsung membuka tas masing masing dan membalut tubuh mereka dengan jaket tebal. Udara puncak memang terasa sejuk dan dingin ditambah sekarang sudah memasuki musim hujan.             “Silahkan bangun tenda sesuai dengan kelompok masing masing” Suara panitia langsung membuyarkan mahasiswa. Sayangnya, Ana dan Jiwa tidak dalam satu kelompok yang sama.                        “Eh btw gue udah bawain kak Lucas makanan kesukaannya loh” Jiwa menoleh, melihat siapa yang berbicara seperti itu. Benar saja itu Tania. Gadis yang tergila gila dengan kak Lucas, mungkin bisa dibilang dia juga berusaha keras untuk mendapatkan hati laki laki kutub utara itu.             “Tania emang paling cocok sama kak Lucas” Jiwa memutar bola matanya sinis, Tania dan teman temannya memang salah satu geng anak yang sok popular, dengan dandanan menor dan pakaian yang serba mencolok. Jangan lupakan saat masa ospek Jiwa dan Ana membicarakan mereka berdua.             “Gue pasti bisa dapetin kak Lucas” Entah kesialan apa Jiwa bisa satu kelompok dengan gadis gadis ganjen ini. Mendirikan tenda sudah selesai, mereka berbagi tugas bagian menghidupkan api unggun, memasak dan mencari ranting ranting pohon.             “Jadi kapan mau dikasih Ji” Jam bebas adalah jam yang paling Jiwa sukai, dia bisa bertemu dengan Ana dan membicarakan kekesalannya satu kelompok dengan Tania.             “Ntar malem apa ya”             “Sekarang aja kasih, ntar kebanyakan yang ngasih kamu malah ketinggalan” Benar juga, mahasiswa yang mencoba mendekati kak Lucas tidak sedikit.             “Okeoke, aku siapin dulu, semangat masakanya doain aku sukses ya” Ana melihat Jiwa yang berlari kecil kesenangan, dia berharap perjuangan temannya itu lancar walaupun rasa takutnya tetap ada.             “Ini buat kakak” Disinilah Jiwa, berdiri disebelah Lucas dengan tangan menggenggam erat makanan yang dia berikan pada Lucas. Sedikit memejamkan mata untuk mengurangi rasa groginya ditambah kini dia melihat senior yang lain mengejeknya.             “Eh Lucas nambah fans nih kayanya” Celetukan temannya membuat pipi Jiwa semakin merona malu, bagaimana tidak kini dia menjadi tokoh utama dalam ejekan teman teman Lucas.             “Terima dong kak” Jiwa sedikit kesal, tangannya sudah mulai lelah menahan kotak makan yang walaupun tidak berat tapi sedikit membuat pegal, sedangkan yang dia ajak bicara malah diam tanpa melirik sedikit pun. “Saya udah makan”             “Yahhh Lucas bikin kecewa deh” Jiwa kesal, dia tidak peduli Lucas sudah makankah, dia sibuk kah, sudah mandi kah, setidaknya dia harus menghargai pemberian Jiwa.             “Kamu Jiwa kan?” tanya salah satu teman Lucas.             “Iya kak saya Jiwa”             “Kamu bawain apa buat Lucas?”             “Cumi, jamur, es kelapa” celetuk yang lain, dan Jiwa mengangguk.             “Lucas besok pasti masuk rumah sakit karena diabetes kebanyakan minum es kepala dan kolestrol naik makan cumi” Benar saja, entah ini sudah makanan keberapa yang diterima Lucas.             “Kamu bawa menu apa Jiwa?”             “Cumi sambel ijo, jamur krispi sama es kelapa” Lucas yang awalnya menulis sesuatu dibukunya terhenti sejenak, melihat gadis yang kini berdiri disebelahnya dengan percaya diri san sisa pipi merah merona.             “Kamu kurang detail mencari kesukaan saya”  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD