Langkah kakiku mendadak terhenti saat melihat Nabila berjalan di lorong kampus. Mataku celingukan mencari tempat persembunyian. Derap langkah semakin mendekat membuatku gelagapan hingga bersembunyi di belakang bunga hias di dekat pintu. Menutup wajah dengan daun kecil. “Udah gak usah sembunyi. Udah gue lihat kok.” Aku menggigit bibir bawah terpaksa harus menegakkan tubuhku menatap wajah Nabila. Moodku sudah dihancurkan sejak semalam dia memamerkan garis dua di test pack. Aku menggerutu sebal tapi apa boleh buat, kaki Zayyan masih belum sembuh. Aku heran juga, memangnya buat anak itu pakai kaki apa? Bukannya pakai anu-anu? “Kalau tujuan lo mau pamerin kecebong dalam perut lo, gue gak mau denger.” Aku berucap dengan nada ketus. Mataku melirik perut yang tertutup dengan blouse cokelat, pe

