13

2177 Words

"Tuan Aydin, sudah! Cukup!" Seakan telinga Aydin benar-benar tuli sekarang, tangannya membabi-buta memberi pelajaran pada dua pria yang benar-benar terbaring tak berdaya di atas lantai kayu yang kotor. Dalam ruangan pengap, dan dengan darah kental yang menetes dari hidung dan bibir yang terluka parah. "Tuan Aydin!" Aydin baru memberikan pukulan terakhir pada pipi kanan pria muda yang ia taksir berusia sekitar dua puluh satu sampai dua puluh dua. Wajahnya babak belur, penuh dengan lebam dan luka nyaris seperti sayatan. Rupanya, Aydin tidak memberi ampun pada siapa saja yang berani mengusiknya. Saat dia menarik napas, menggigit bibir mendapati mimpi buruk itu terus menggerayangi malamnya tanpa ampun, kaki Aydin yang bebas masih menendang perut keduanya hingga tidak lagi sanggup bergerak

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD