LIMA

1604 Words
Riski mengangkat jari telunjuknya ke atas mengaba-abakan semua orang yang berada di pihak kami untuk bersiap. "Feb, mungkin tradisi nya udah mau dimulai, kita semua gaada waktu buat lama-lama disini, jadi nanti gue sama Riski bakal bukain jalan dan kalian bertiga masuk aja duluan" Sahut Erlangga kepadaku dan Debang. Aku mengangguk, Riski menurunkan tangannya dan langsung berlari terlebih dahulu ke arah Aldi diikuti kerumunan yang kami bawa. Dengan wajah geram Aldi berteriak kepada para bawahannya untuk maju bersamaan ke arah kami, sebuah bentrokan besar terjadi di lorong ini, aku dan Debang mencari celah agar bisa melewati kerumunan itu dengan mudah. Aku melihat Riski dan Erlangga berhasil menumbangkan beberapa orang di bagian sayap kiri dengan teknik beladiri yang mereka kuasai, membuat Aldi dan para bawahannya kekurangan pasukan untuk menahanku dan juga Debang. Setelah kami berhasil melewati kerumunan itu, kami masih harus berlari sekitar 15 meter untuk sampai di depan pintu ruang olahraga dan akhirnya berhasil sampai tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga di bentrokan besar tadi. Namun perkiraan kami akan masuk ke dalam dengan mudah ternyata salah, dari balik pintu terlihat 2 orang murid yang baru saja keluar dari dalam, dan ternyata mereka lah yang bertugas untuk berjaga di depan pintu. Kami mengenali 2 orang itu, mereka adalah anggota Reza yang masuk kedalam daftar petinggi, Riki kelas 3 C, dia menempati posisi ke 3 dari 5 petinggi di geng Reza, dan Riko adiknya kelas 2 B, dia menempati posisi ke 4, walaupun dia masih berada di bangku kelas 2, kemampuan bertarungnya sudah bisa di setarakan dengan kami, oleh karena itu dia mampu membuat Reza tertarik menjadikannya petinggi paling muda di gengnya dengan posisi ke 4, dan yang kelima adalah Aldi, sebenarnya Aldi adalah mantan petinggi ke 5 dan sudah digantikan oleh Ferdi, namun setelah Ferdi dikalahkan dengan satu serangan oleh Reno di kantin kemarin, hari ini dia absen sakit dan tidak hadir, oleh karena itu petinggi kelima kembali dipegang oleh Aldi. Dua orang yang berada didepan kami juga termasuk murid yang ditakuti murid lain di sekolah ini, kemampuan bertarung mereka tidak bisa di remehkan, apalagi disaat mereka sedang bersama, karena mereka sering disebut dengan julukan 'Two Desolator' yang bisa menjatuhkan 10 orang sekaligus dengan mudah. Abang menggulung lengan bajunya sedikit dan menaruh tangannya di pundak Ade. "Ini bagian kite De!" Sahut Abang. Ade mengangguk dan ikut menaruh tangannya di pundakku. "Biar kita yang nahan mereka Feb, disaat ada celah, lo masuk duluan ya" Ucap Ade disertai senyuman lebar. Aku memahaminya dan menyerahkan two desolator kepada mereka berdua, bukannya aku tidak memikirkan Debang, melainkan aku tau betul skill yang mereka punya tidak mungkin bisa dikalahkan dengan mudah oleh dua berandal itu. Abang berlari terlebih dahulu dan Ade mengikutinya dari belakang, dengan postur tubuh Abang yang cukup besar, membuat Ade terlihat seperti sedang bersembunyi di belakangnya. Namun itulah teknik favorit mereka, Abang akan menjadi tameng sedangkan Ade menjadi pedangnya, saat mereka sudah mengeluarkan teknik itu, aku yakin mereka bisa menumbangkan siapa saja. Two desolator yang melihat Debang melakukan serangan pertama langsung bersiap memasang posisi bertahan mereka, mereka berdua hanya berdiri samping-sampingan dengan selisih jarak setengah meter. "Tunggu, teknik bertahan ini? Apa mereka sudah tau tentang serangan pengalih Debang?" Aku berbicara dalam hati melihat Riki Riko seperti berhasil membaca serangan Debang dan terlihat membuat posisi bertahan yang sempurna. Abang berlari hingga tepat berada di depan Riki Riko dan langsung melancarkan pukulan dua tangan ke arah wajah mereka berdua, namun Riki Riko berhasil menahan kedua tangan Abang dengan mudah, Riki yang berada di sebelah kiri Abang menahan tangan kiri Abang dengan tangan kirinya juga, sedangkan Riko menahan tangan kanan Abang dengan tangan kanannya hingga berhasil mengunci pergerakan Abang. "Segini doang?" Sahut Riki dengan senyum meremehkan. Namun saat mereka merasa sudah menang dengan menahan tangan Abang, disitu lah tugas Abang sebagai tameng telah selesai, dengan posisi tubuh Abang yang sedang di tahan, Ade yang berlari di belakangnya sedikit membuat pundak Abang menjadi tumpuan dengan menginjakkan kakinya lalu melakukan lompatan spektakuler. "Jangan seneng dulu lo bayi tabung!" Jawab Ade yang sudah berada di udara, ia menghempas tendangan sepak pojoknya ke arah wajah Riki, Ade mengayunkan kaki kanannya dengan sekuat tenaga, namun kejadian yang tidak kami duga terjadi. Dengan tangan kanan Riki yang masih bebas, Riki langsung menepis tendangan kaki kanan Ade dan menghentikan pergerakannya sesaat, tanpa pikir panjang, dengan kaki kanan yang masih terkunci, Ade memutar badannya kemudian menghempas kaki kirinya ke arah wajah Riko, namun dengan posisi bertahan yang sama seperti Riki, ia juga berhasil mengunci pergerakan kaki Ade dan membuat Debang terlempar dengan mudah secara bersamaan. Aku sangat kaget sekaligus takjub melihat kehebatan Riki Riko, 2 murid yang disebut sebagai two desolator ini mampu menghentikan serangan pengalih dari Debang yang harusnya teknik andalan itu mampu menjatuhkan siapapun dalam sekejap, namun kenyataan nya tidak berlaku untuk Riki dan Riko. "Jadi kaya gini kekuatan petinggi no 3 dan 4 di geng Reza" Gumamku dalam hati. Ade Abang kembali berdiri seraya membersihkan seragam mereka yang terkena debu di lantai. "De, Bang! Lo berdua gapapa!?" Tanyaku kepada mereka berdua. "Sorry Feb kalo kita sampe bikin lu khawatir, ga gue sangka kalo Two Desolator ternyata sehebat itu, ohiya Feb, rencana kita yang tadi masih berlaku kan? Biar gue sama Ade coba sekali lagi ya?" Aku hanya tersenyum kemudian mengangguk mendengar perkataan Abang, aku masih bersiap di bagian belakang dan menunggu mereka berdua berhasil memberiku celah agar dapat melewati pintu itu. "Siap De?" Tanya Abang. Ade hanya mengangguk dan langsung berlari, Riko mencoba mengarahkan tendangan side kick ke arah kepala Ade yang sedang berlari namun Ade berhasil menahan tendangannya. Riki yang mendapatkan kesempatan untuk melakukan serangan pada Ade langsung bergerak dan mengayunkan pukulan tepat ke arah wajah Ade, Riki memakan umpan yang diberikan Ade, tujuan Ade melakukan serangan bukanlah untuk menjatuhkan Riko yang lebih lemah dari Riki melainkan mendapatkan perhatian dari Riki dan membuat posisi bertahannya menjadi terbuka. Abang yang menyadari kelengahan Riki, berlari sekuat tenaga kemudian melompat ke arah Riki dan menangkapnya, setelah tubuh Riki jatuh tertimpa Abang, Abang melakukan teknik kuncian untuk menahan Riki selama mungkin dan memberi celah agar aku bisa masuk kedalam. "Sekarang Feb!" Teriak Abang. Aku berlari ke arah pintu namun Riko mencoba mengejarku, saat dia berjarak satu meter di sebelahku, Ade melompat ke arah kakinya dan membuatnya terjatuh hingga akhirnya aku berhasil masuk ke dalam ruang olahraga. *** (20 menit sebelumnya) *Reno's POV Sudah hampir 5 menit aku berada di ruang olah raga yang cukup gelap ini, namun aku tidak merasakan keberadaan sesorang disini dan memutuskan untuk kembali. "Maaf gue udah buat lo nunggu, tamu spesial!" Suara seseorang mengejutkanku, aku melihat ke sekeliling deretan bangku penonton yang mengitari lapangan ini, dari tribun bangku paling atas bayangan seseorang di kegelapan terlihat. Tak lama setelah suara itu terdengar seluruh lampu yang ada diruangan ini menyala satu persatu dan menampakan isinya, terlihat seorang murid berambut jambul dengan badan yang berisi dan mengenakan kacamata berdiri di atas tribun diiringi 2 orang murid berbadan tinggi yang berada disisinya. "Kenalin, nama gue Reza! Gue orang yang ngundang lo kesini, dan dua orang yang ada di sebelah gue adalah tangan kanan terpercaya di organisasi gue!" Sahut pria itu panjang lebar. "Gausah basa-basi, apa tujuan lo ngundang gue kesini?" Tanyaku mempercepat. "Gue suka gaya lo anak baru, kalo gitu kasi gue waktu buat ngejelasin. Ini Azka, dia petinggi di geng gue dengan status peringkat nomor 2, dan yang ini wakil gue Sandi, dia termasuk petinggi juga dengan status peringkat nomor 1, sekarang gue kasih pilihan buat lo untuk milih mau lawan siapa, orang yang lu lawan dan berhasil lu kalahin bakal digantiin posisinya sama lo, udah cukup jelas?" "Apa maksud semua ini? kedatangan ku ke sini hanya untuk hal yang tidak penting seperti ini, lebih baik aku kembali ke kelas" Gumamku dalam hati. Aku mengabaikan pertanyaan Reza lalu berbalik badan dan berjalan ke arah pintu keluar. "Oh jadi lo mau kabur? Lo mau sia-siain kesempatan buat gabung di organisasi gue? Gapapa, tapi jangan harap Febi dan kawan-kawan nya gue lepas gitu aja" "Maksud lo apa? Apa hubungannya gue sama Febi dan teman-temannya?" Tanyaku bingung. "Lo gatau kalo mereka lagi nyoba nyelamatin lo dari tradisi ini? Bawahan gue bilang kalo Febi lagi berdiri di balik pintu itu sendirian, dia ngejar lo sampe lorong dan di cegat sama bawahan gue yang berjumlah 30 orang lebih, dan lo tau ga apa yang akan terjadi sama dia kalo lo ninggalin pintu itu? Anak buah gue akan nangkep dia dan ngeroyok dia sampe dia minta ampun! Gue ralat, sampe dia sama sekali gabisa ngomong ampun" Ucapnya seperti psychopath yang tidak punya perasaan. "Haha trik murahan! mana mungkin orang be*o kaya Febi bela-belain nyelamatin orang yang ga dia kenal, apalagi sampe bikin dia berpotensi babak belur" Maaf saja apabila aku harus mengeluarkan kalimat kasar ini, namun kenyataan nya aku akan tetap merasa bersalah apabila dia benar-benar melakukan apa yang dikatakan Reza. "Semua keputusan ada di tangan lo, tapi setelah penolakan awal lo buat gabung ke geng gue lo pikir lo bakal dengan mudahnya ngelewatin pintu itu? Gimana kalo gue ngasih keringanan buat lo, kalo lo bersedia ngelanjutin tradisi ini, gue akan nangkep Febi dan nahan dia tanpa ngelukain dia sedikitpun, gimana? Kalo lo masih ga nerima ini, kita akan balik ke perjanjian sebelum nya" Sahut Reza dengan senyum yang menyeringai. Mendengar itu aku sedikit gemetar untuk menolak tawarannya, dan mungkin aku harus melakukannya, ini semua berkat si Febi dan kawan-kawan bodohnya yang membuat ku tidak memiliki pilihan. Dan mungkin juga setelah ini mereka tidak akan mengganggu ketenangan ku lagi, si Reza biadab, dan si bodoh Febi yang sok memikirkan perasaan orang. "Oke oke! Gue Terima tawaran lo, jadi tradisi apa yang harus di lakuin?" "Nah gitu dong! Hehehe, waktunya pertunjukan! PPDBB its begin!" ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD