bc

Love You, No Debat!!!

book_age18+
235
FOLLOW
1.1K
READ
spy/agent
dominant
independent
mafia
tragedy
detective
male lead
city
crime
gorgeous
like
intro-logo
Blurb

*** Jangan lupa baca Meet You, Soul Mate dulu. Sebelum baca ini kak!!!

Keluar dari penjara tak serta-merta membuat hidup Mulin bahagia. Meskipun keluarga Abimana menerimanya dengan tangan terbuka. Namun, tidak bagi para tamu undangan di pesta pernikahan Daffa dan Kinan yang sengaja diselenggarakan untuk menyambut kepulangannya. Hitman Abraham, salah satu rekan bisnis Daffa yang begitu mengolok-oloknya di acara itu hingga membuat gaduh. Tak hanya Hitman, ternyata keluarga Anita pun tak menerima Mulin untuk menjadi bagian dari keluarganya.  

Mulin yang merasa tidak punya tempat lagi diantara mereka pun akhirnya memutuskan untuk pergi. Hingga tak sengaja ia bertemu Faizal Arkani. Seorang Agen rahasia yang menawarkannya untuk bergabung. Awalnya Mulin menolak, tapi setelah ia tahu target utama Faizal adalah Hitman Abraham yang ingin menghancurkan perusahaan besar Abimana. Tanpa pikir panjang Mulin pun menyetujuinya. Faizal pun memberi identitas baru untuk Mulin. Namun, siapa sangka identitas baru itu membuat Mulin terperangkap dalam kisah cinta segitiga. Antara Mulin, Anita dan istri si pemilik identitas.

Mampukah Mulin menjalankan misinya? Dan siapakah wanita yang akhirnya ia pilih?

chap-preview
Free preview
Bab. 1 Hari Pembebasan Mulin
Huft. Akhirnya Mulin bisa bernafas lega, setelah dua tahun mendekam di balik jeruji besi. Untung saja Abimana tidak terlalu membesar-besarkan kasusnya. Sehingga ia hanya mendapat hukuman dua tahun di penjara. Saat ini Mulin yang sedang didampingi oleh seorang petugas rutan, berjalan santai menuju lobby. Di sana Abimana, Kinan dan Daffa sudah menunggunya segera mengajak Mulin pulang. Melihat Mulin datang bibir Abimana pun mengembangkan sebuah senyuman. Ia merasa sangat senang sekarang. Setelah lama menunggu untuk bisa berkumpul dengan anak-anaknya kembali. Akhirnya momen itu datang juga. "Mul….Mullin! An… annakku," ucap Abimana dengan susah payah. Ia juga berusaha merentangkan kedua tangannya selebar yang ia bisa. Lelaki yang sudah memakai kaos yang sama dengan baju awal dia masuk ke tempat ini pun langsung berhambur ke pelukan Abimana. "Papa," balas Mulin sambil menenggelamkan wajahnya di pelukan sang Papa yang hanya bisa duduk di atas kursi roda. Melihat momen mengharukan itu. Daffa pun berjalan lebih dekat. "Semua sudah berakhir, Daffi. Kita harap mulai hari ini. Kita semua bisa menjadi keluarga yang seutuhnya," kata Daffa sambil memegang pundak Mulin. Lelaki yang memiliki wajah yang sama persis meskipun kini terlihat kusam dan tak terawat itu pun menoleh. Ketika ia menatap Daffa. Mulin melepas pelukannya dan perlahan mengangkat badannya hingga berdiri di depan sang kakak. "Maafin semua yang dulu pernah gue lakuin," ujar Mulin kemudian ia gantian memeluk tubuh Daffa dengan erat. Tak terasa air matanya pun meleleh mengingat semua hal buruk yang pernah ia lakukan kepada Daffa. Tanpa ragu Daffa pun membalas pelukan sang adik kembarannya. Bahkan, ia menepuk-nepuknya beberapa kali. "Nggak masalah. Semua yang berlalu biarlah berlalu. Anggap aja itu awal perkenalan kita agar bisa menjadi lebih dekat lagi," kata Daffa. Tak lama Mulin melepas pelukannya. "Makasih ya." "Sama-sama." Kini pandangan Mulin berpindah pada sosok Kinan. Dimana wanita itu juga pernah ia manfaatkan hanya untuk pelampiasan nafsu dan mengambil sebagian harta milik orang tuanya. "Hai, Ki," panggil Mulin pada sosok wanita yang kini terlihat elegan dengan busana formal yang melekat di badannya. "Hai, Mas Mulin," balas Kinan dengan senyum yang terus terpancar dari wajahnya. "Ehms…. Aku… aku juga mau minta maaf sama kamu. Karena aku_" "Hust. Sudahlah, Mas. Yang sudah berlalu biarlah berlalu. Mari sekarang kita bersama-sama menjadi pribadi yang lebih baik," kata Kinan. "Iya, benar. Kamu benar, Ki." Mulin tersenyum kecut sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ya, sudah. Kalau begitu, mari kita pulang! Orang-orang rumah sudah membuatkan makanan spesial untuk menyambut kedatangan kamu," kata Daffa. Dengan tangan yang merangkul pundak Kinan. Meskipun ia tau Kinan sekarang sudah begitu mencintainya, tapi entah mengapa hatinya tetap tak rela ia dekat-dekat dengan Mulin yang notabene pernah menjadi suami sirinya. Kinan pun mengangguk mantap. Kemudian Kinan mewakili Daffa dan Abimana yang menjemput Mulin. Berpamitan dengan para petugas rutan yang selama ini sudah menjaga Mulin dengan baik. Setelah itu, Daffa segera mendorong kursi roda sang Papa sedangkan Kinan dan Mulin berjalan di sebelahnya. Mereka berjalan beriringan menuju parkiran. Setelah sampai di dekat mobil. Mereka segera masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat itu tanpa membuang banyak waktu lagi. Beberapa saat kemudian mobil Daffa sudah sampai di depan rumah mewahnya. Dengan bantuan Wira dan teman-teman Daffa. Abimana kembali mendapatkan rumah yang ia bangun dengan kerja kerasnya. Meskipun uang yang mereka minta tiga kali lipat dari harga saat Mulin menjualnya dulu. Tak hanya rumah perusahaan Mega Abimana juga sudah berada di tangan Daffa lagi. Sebab, di tangan orang lain perusahaan ini tak mampu berkembang. Bahkan hampir kolaps. Sehingga, dengan mudah Daffa membeli lima puluh satu persen sahamnya. Dan secara otomatis perusahaan akan kembali berada di bawah tangannya lagi. Chit!!! Mobil pun berhenti tepat di depan rumah mewah itu. Di depan pintu Wira, Anjani dan kedua orangtuanya sudah berdiri menunggu. Satu per satu orang-orang itu keluar dari dalam mobil. Daffa yang saat itu keluar dari pintu samping dabin kemudi langsung berlari ke arah pintu di bagasi belakang untuk mengambil kursi roda. Ia juga berusaha membantu Abimana keluar dari dalam mobil itu. Sedang Kinan yang berada di belakang Abimana menutup pintu hingga mengeluarkan bunyi 'Blak'. Mulin yang sudah keluar juga, dengan canggung berjalan ke arah Daffa dan Kinan. Ia tak hanya merasa asing disini, tapi juga merasa sangat bersalah akan apa yang ia lakukan dua tahun yang lalu. "Yuk! Kita masuk," ajak Daffa sambil merangkul pundak Mulin agar segera mengikutinya masuk ke dalam. Ia tau langkah Mulin pasti terasa berat. Sebab, ia akan berbaur dengan orang-orang yang dulu dianggap musuhnya. Sedangkan di sampingnya, Kinan mendorong kursi roda Abimana masuk ke arah yang sama. "Selamat datang di rumah, Tuan Muda Daffi," sambut Pak Kus dan Bu Jum bersamaan. Mulin pun tersenyum canggung ke arah mereka. Ia tidak pernah diperlakukan seperti itu. Apalagi saat masih mendekam di dalam penjara. Hampir semua napi di sana memusuhinya. "Terima kasih," sahut Mulin lirih. "Selamat datang di rumah, Daffi. Inilah tempat tinggal kamu yang sebenarnya," kata Wira. Meskipun dalam hati masih ada yang membuatnya janggal karena teringat kejadian itu. Namun, Wira sadar. Jika Mulin melakukannya bukan atas keinginannya sendiri. Melainkan atas perintah Nenek Desi yang memendam rasa dendam yang besar pada Abimana. "Terima kasih," ulang Mulin masih dengan nada yang sama. "Mari kita masuk! Nanti hidangannya keburu dingin," ajak Bu Tum lalu berjalan masuk dengan diikuti oleh orang-orang itu. *********************** Beberapa hari kemudian, orang-orang yang ada di rumah Abimana disibukkan dengan berbagai persiapan pernikahan Daffa dan Kinan. Mereka berdua memang sengaja mengadakan pernikahan setelah Mulin keluar dari penjara. Sekaligus merayakan kepulangan Mulin tentunya. Makanya, mulai hari ini para ART yang diketuai Bu Jum tengah menyiapkan berbagai macam hidangan mulai dari makanan besar sampai makanan ringan beserta dessert dan juga minuman. Sementara di taman depan rumah para wedding organizer tengah sibuk menyiapkan dekorasi pelaminan yang sangat mewah dan elegan. Ketika orang-orang tengah menyiapkan pesta pernikahan yang mewah untuk Kinanthi. Kembang Desa yang kini sudah terbiasa dengan kehidupan kota itu malah sedang asyik menikmati perawatan kecantikan kulit tubuh dan wajahnya bersama Anjani. Mereka berdua pun mengikuti setiap treatment yang diarahkan oleh dua orang ahli kecantikan yang sengaja didatangkan langsung dari salah satu salon kecantikan terbaik di kota Metropolitan ini. Mulai dari masker, massage, facial, manicure dan pedicure, sampai perawatan bibir. "Perawatannya sudah selesai, Kak. Silahkan jika ingin melihat hasilnya," ujar salah satu terapis yang sudah menyelesaikan tugasnya pada tubuh Anjani. Ia pun menyodorkan sebuah cermin yang langsung diraih oleh Nyonya Wira itu. "Terima kasih," balas Anjani. "Perawatan Kakak juga sudah selesai. Silahkan jika ingin melihat hasilnya." Terapis yang lain pun ikut memberikan sebuah cermin ke arah Kinan. "Terima kasih ya, Mbak," ujar Kinan sambil meraih cermin itu. "Wah. Kamu kelihatan tambah cantik. Aku yakin besok pasti Daffa akan pangling," puji Anjani serius. "Ah. Mbak Anjani bisa saja. Mbak Anjani juga kelihatan cantik banget kok. Wira pasti semakin cinta sama Mbak Anjani," balas Kinan dengan senyum yang terus memancar. Sejak Wira resmi keluar dari profesinya sebagai asisten pribadi Daffa. Kinan dan semua ART di rumah Daffa memang dilarang memanggil Wira dengan sebutan Bos Kedua. Sebab, Wira merasa ia bukan lagi menjadi bawahan Daffa seperti dulu. Meskipun, ia masih tetap menjalin silaturahmi yang erat dengan keluarga Abimana. "Hahaha. Kamu memang pintar memuji orang lain ya, Ki," timpal Anjani sambil terus tersenyum senang. "Kami senang, bila kalian puas dengan layanan dari salon kecantikan Syakila Beauty. Kalau begitu. Kami permisi dulu, Kak. Semoga lain waktu kakak-kakak masih bersedia menggunakan jasa kami lagi," ujar salah satu terapis berpamitan. "Iya, Mbak. Kami sangat puas. Pasti lain kali kami panggil kalian lagi," sahut Kinan. "Terima kasih, Kak. Kami permisi dulu. Selamat sore," ulang si terapis. "Selamat sore," balas Kinan dan Anjani bersamaan. Kedua orang itu pun beranjak dari duduknya. Lalu berjalan melintasi kamar Kinan yang luas. Setelah mereka membuka pintu, tiba-tiba terlihat sosok Daffa yang sudah berdiri di depan pintu. "Sudah selesai? Apa saya sudah boleh masuk?" tanya Daffa cepat. "Sudah, Pak. Bapak juga sudah boleh masuk. Kami permisi dulu. Selamat sore," balas si terapis yang terdengar sampai ke telinga Anjani dan Kinan di dalam kamar. "Eh, denger deh. Itu suara Daffa, kan?" "Iya, Mbak. Itu suaranya Mas Daffa. Mungkin dia mau masuk. Biarkan saya yang temui dia." "Eits. Tunggu-tunggu!" cegah Anjani sambil menahan Kinan agar tidak langsung pergi. "Kamu nggak boleh ketemu Daffa dulu. Biar besok jadi surprise untuk dia. Biar aku saja yang temuin," tambah Anjani sambil beranjak. "Oh, gitu ya, Mbak." "Iya. Biar besok dia ternganga liat wajah cantik kamu. Jadi, cepat! Kamu masuk ke dalam toilet!" perintah Anjani. Kinan pun segera melakukan apa yang Anjani perintahkan. Sedangkan kemudian Anjani bergegas mendekati pintu kamar. Saat Daffa baru saja melewati pintu masuk Anjani langsung menghadangnya. "Mau ngapain loe? Loe lupa kalau kalian lagi dipingit dan nggak boleh saling ketemu?" berondong Anjani. "Ck. Nggak usah percaya takhayul deh. Lagian kita kan serumah. Nggak kemana-mana juga. Jadi, ngapain harus dipingit segala," balas Daffa kekeh. Ia pun melanjutkan langkahnya melewati Anjani. Namun, belum sempat berhasil melewati Anjani. Istri sahabatnya itu langsung menahan badan Daffa kembali. "Eits. Nggak boleh. Pokoknya sebelum hari H loe dan Kinan nggak boleh ketemu dulu. Mengerti?!" "Ah. Apaan sih? Gue cuma mau ketemu sama Kinan sebentar kok." "Nggak boleh. Pokoknya kalau nggak boleh ya nggak boleh. Ini juga buat kebaikan loe tau?!" "Eh. Eh. Eh. Ada apa ini ribut-ribut?" tanya Wira yang tiba-tiba datang. Ia pun langsung memeluk pundak sang istri dengan erat. "Ngapain sih kalian ribut di sini?" "Ini nih teman kamu. Udah ngebet banget mau ketemu Kinan. Udah dibilangin kalian lagi dipingit juga, nggak percaya," jelas Anjani. "Udahlah, Daf. Ini kan cuma malem ini doang loe nggak ketemu Kinan. Lagian besok dia usah jadi istri elo, kan? Jadi, nggak usah lebay deh." Daffa tak langsung menjawab. Ia malah menghela nafas panjang lalu ia hembuskan dengan kesal. "Sekarang loe bisa bilang gue lebay. Loe nggak ingat saat kalian mau nikah. Terus kalian dipingit. Gimana uring-uringannya elo yang terus-terusan gangguin gue? Hmmbb…." Wira langsung membekap mulut Daffa sebelum ia membongkar aibnya dulu. "Beneran? Jadi, dulu kamu gitu saat kita dipingit?" tanya Anjani sambil tersenyum malu. "Hehe. Sedikit sih?" balas Wira malu-malu. "Jadi, sekarang jangan biarkan Daffa bertemu dengan Kinan. Biar dia gantian merasakan apa yang dulu kita rasakan." "Benar banget. Udah ya loe keluar dari kamar ini sekarang." "Eh. Tapi, gue cuma mau ketemu sebentar doang," elak Daffa. "Nggak boleh!" ucap sepasang pasutri muda itu sambil menahan badan Daffa yang hendak menerobos masuk. "Hahaha. Sekarang loe rasain kan? Apa yang gue rasain dulu? Hahaha." Wira tertawa lepas sambil mendorong tubuh sahabat sejak kecilnya itu keluar. Tanpa mereka sadari di balik tembok tak jauh dari kamar Kinan itu Mulin terus mengawasi tingkah mereka sambil tersenyum manis. 'Selamat ya, Ki. Akhirnya kamu menemukan lelaki yang benar-benar mencintai kamu. Bukan seorang pecundang seperti aku,' batin Mulin tanpa mengalihkan perhatiannya. Tak lama kemudian ia membalikkan badannya untuk kembali ke dalam kamar. Namun, saat badannya sudah berhasil memutar seratus delapan puluh derajat. Mendadak ia berhadapan dengan Sari. "Eh. Kamu tuh ya! Ngagetin aja deh," kata Mulin sambil terlonjak kaget. ART yang usianya paling muda itu pun tak langsung membalas. Ia malah melipat kedua tangannya di depan d**a. Matanya pun terus menatap Mulin penuh curiga. "Sedang apa Tuan Muda Daffi ngintipin kamar Kinanthi?" tanya Sari ketus. "Ehms…. Siapa juga yang ngintip. Gue cuma lewat kok," balas Mulin seraya berlalu. "Ish. Mencurigakan," gumam Sari lirih. Namun, ternyata masih terdengar di telinga Mulin. Mulin pun menghentikan langkahnya seketika. 'Sepertinya nggak semua orang di rumah ini bisa menerima kehadiran gue,' ujar Mulin dalam hati.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
625.6K
bc

PLAYDATE

read
118.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook