bc

Laura's Mission

book_age16+
94
FOLLOW
1K
READ
stalker
manipulative
badboy
goodgirl
student
mystery
bully
highschool
school
like
intro-logo
Blurb

Laura adalah gadis pindahan yang kini bersekolah di Hario's High School. Gadis itu cantik, putih, langsing, dan berambut coklat gelap, hanya satu kurangnya, dia pendek dan sedikit cerewet sih.

Kepindahan Laura mempertemukan dia dengan penghuni ajaib dari sekolah barunya. Salah satunya adalah Liam, laki-laki yang rumornya menjadi pembunuh keluarganya. Dia jarang bicara, bahkan tidak memiliki teman. Dia terlalu dingin, semua orang takut dan banyak yang menganggap Liam tidak ada untuk menetralisir rasa takut mereka.

Sayangnya, Laura yang diberi peringatan oleh Selly untuk tidak mendekat justru penasaran. Dan dari cerita-cerita itu Laura memiliki misi khusus. Mendekati Liam. Dan berakhir dirinya berurusan dengan gang Dominus.

chap-preview
Free preview
Akar Dari Ide Buruk
Hari pertama masuk yang tidak begitu mengecewakan bagi Laura, gadis yang kini menikmati angin lembut di depan kelasnya. Rambut coklat tuanya bergerak sesuai dengan arah angin, anak-anak rambutnya sesekali menyentuh pipi dan juga dahinya. Laura, murid baru di Hario's High School, anak kelas 11 IPA 2 yang kini sedang asik melihat anak-anak kelasnya bermain bola. Di sebelahnya ada Selly, teman sebangkunya. Mereka memang sengaja duduk di sana atas saran Selly yang katanya ingin menunjukkan Laura tentang siapa saja murid andalan Hario's High School. Terkesan lucu, apalagi di sekolah Laura dulu tidak ada yang namanya most wanted, siswa-siswi di sana cenderung biasa saja, itu menurut Laura. Dasarnya, anak-anak sekolahnya dulu tidak sehisteris anak Hario's. Contohnya seperti sekarang, mereka para gadis sibuk menjerit begitu enam orang masuk ke arena lapangan. Cukup ganteng memang, Laura mengakui itu, tapi tidak membuat mulut Laura ingin menjerit seperti gadis-gadis itu. Ah, bahkan sebenarnya Selly juga menjerit. "Yang baru masuk itu Dominus, anggota-nya ada tujuh dulu, sekarang tinggal enam. Yang paling depan, bajunya rapi itu ketua OSIS, namanya Gama. Yang di belakangnya pake baju keluar dan bawa s**u kotak itu Haidar. Yang di sebelah Haidar namanya Frans. Belakang Frans–" "Cukup, Selly, itu nggak penting," potong Laura cepat. Selly terbelalak tidak percaya menatap teman sebangkunya. Sumpah? Baru kali ini ada yang bilang Dominus itu tidak penting. "Lo buta, heh? Mereka ganteng dan keren. Laura, lo nggak waras? Lo yakin nggak tertarik sama Gama atau Dharma?" Mata Laura menyipit sekarang, gadis itu menatap enam orang yang Selly sebut sebagai Dominus dengan saksama. Mereka berenam bergabung di lapangan, membentuk satu regu dan melawan tim dari kelasnya. Anak perempuan yang tadinya mendukung kelasnya langsung bergeser dan mendukung Dominus. "Gama tadi yang mana? Dharma, siapa tu?" Selly tepuk jidat, dia benar-benar tidak menyangka Laura tidak mengingat sosok Gama yang jelas sekali Selly sebut untuk pertama kalinya. "Gama itu–" "Bentar," cegah Laura. Dia menatap Selly dengan senyum lebar sekarang. Otaknya justru memikirkan kenapa dari tujuh jadi enam, bukan tentang anggota mereka yang katanya ganteng. "Kenapa anggota mereka dari tujuh jadi enam?" Selly yang tadinya masam berubah semangat, dia memang akan menggebu jika menceritakan tentang Dominus. Tidak ada yang tidak suka dengan enam orang itu. Ganteng, pintar, tinggi, dan proposional. Mereka tidak aneh-aneh apalagi tawuran, yang membuat mereka buruk hanya satu, menjauhi anggota mereka dulu dan membuat satu sekolah tidak ada yang akan berteman dengannya. "Ceritanya mereka pecah karena ... kasus pembunuhan." Laura mengangguk. "Terus?" "Lo nggak ngeri?" heran Selly, seperti gadis itu berekspektasi tinggi tentang ekspresi yang akan Laura keluarkan. "Namanya Liam, dulu dia juga anggota Dominus. Liam anak kelas kita kok, tapi nggak ada yang mau deket sama dia." "Kenapa?" "Karena dia pembunuh. Tiga anggota keluarganya mati mengenaskan, yang selamat cuma dia." Alis Laura terangkat tinggi. "Bagian pembunuhnya di mana, weh? Bisa aja itu karena rampok." Selly segera membungkam mulut Laura. Dia tampak was-was dan menatap lapangan, anak-anak masih seru dan tidak menyadari obrolan mereka. "Jangan keras-keras, Dominus nggak suka ada yang ngomongin Liam." Laura pun mengangguk tanda mengerti. Selly akhirnya melanjutkan ceritanya. "Bagian yang bikin semua orang heran adalah Liam duduk di dekat jasad ketiganya dalam diam. Dia nggak nangis ataupun menjerit, bajunya bahkan kena darah. Tapi anehnya, sidik jari pembunuh di tubuh korban nggak ditemukan." Tangan Selly segera dihempas, Laura ingin berbicara sekarang. Banyak tanya yang dia susun di otaknya. Apalagi tentang Liam si pembunuh? "Terus di mana letak Liam ngebunuh? Sidik jari nggak ada?" "Makanya, kita semua yakin itu Liam. Dia yang nggak nangis bahkan sampe pemakaman selesai jelas banget menambah keyakinan. Karena berita itu pula, anak-anak nggak ada yang mau deket dia." "Gue jadi penasaran." Selly jelas langsung menggeleng. Dia tidak setuju jika Laura sampai penasaran begini! "Pokoknya jangan deketin Liam. Bahaya, lo bisa dibunuh, Ra!" Sayangnya, ancaman Selly Laura abaikan. Gadis itu justru sibuk menatap anak-anak Dominus dengan senyum tipisnya. Dari cerita Selly sangat jelas tidak ada bukti nyata jika Liam bersalah. Kalau begini ceritanya, Laura harus mencari tahu kebenarannya. Benarkah Liam si pembunuh? Laura's mission, mendekati Liam dan mencari tahu kebenaran. *•*•*•*•*• Berdasarkan informasi yang Selly ucapkan, Liam itu anak kelasnya, katanya dia duduk di pojok belakang kelas sebelah kiri. Mata Laura jelas mencoba mencuri pandang di sela-sela guru yang sedang menjelaskan. Mulutnya cukup ingin menjerit begitu tahu seperti apa rupa laki-laki bernama Liam itu. Ganteng! Putih! Tinggi! Rambutnya cukup lebat dan sepertinya jarang dicukur. Fix, daripada anak Dominus yang lain, Laura jelas lebih terpesona dengan bekas anggota mereka. Ini tidak salah lagi, misinya tidak hanya mendekati Liam karena kebenaran, tapi juga karena Liam yang nyatanya sangat-sangat memikat! *•*•*•*•*•* Bel pulang sekolah baru saja berbunyi. Seluruh penjuru kelas bersorak gembira karena akhirnya waktu pulang telah tiba. Mereka membereskan barang-barang dengan cepat karena ingin segera keluar dari kelas ini. "Bareng ke depannya?" Laura menggeleng, matanya kembali melirik Liam yang kini terlihat menelungkupkan kepalanya. "Kenapa?" Laura kembali menatap Selly, bibirnya tersenyum senatural mungkin di hadapan gadis ini. "Mau ke perpus pijem buku buat pelajaran besok." "Kalau gitu gue duluan ya!" Untungnya Selly mengerti. Laura kembali duduk setelah kepergian Selly, dia diam memperhatikan Liam yang masih dalam posisi yang sama. Begitu anak kelasnya sudah keluar semua, Laura bergegas menggendong tasnya dan menghampiri meja Liam. "Hai!" sapanya ramah. Namun, tidak ada sahutan sedikit pun dari sosok Liam di depannya. Dengan berani, Laura mendudukkan diri di sebelah Liam, lebih tepatnya pada kursi kosong yang tidak pernah terjamah. "Gue Laura, anak baru di sini. Kita belum kenalan. Lo Liam?" Masih sama. Laki-laki itu tetap menelungkupkan kepala tanpa ada gerakan sekecil apapun. Laura benar-benar kesal sekarang, gadis itu menggembungkan pipinya sambil meniup-niup pono tipis di dahinya. "Gue sengaja pulang terakhir karena mau kenalan. Lo beneran nggak mau kenalan sama gue?" "Gue cantik tauk, meski pendek sih. Tapi gue itu manis, gue pengen kenal sama lo." Brak. Liam berdiri dengan kasar, kursinya bahkan sampai jatuh mengenaskan mencium lantai. Tentu Laura terkejut, apalagi suara yang ditimbulkannya cukup nyari di telinga. Belum sempat Laura kembali bicara, Liam justru sudah meninggalkan Laura dengan tas yang digendong disalah satu pundaknya. Secepat mungkin Laura menyejajarkan langkahnya dengan Liam. "Lo ganteng, masa nggak mau kenalan sama gue?" Tidak masalah, Laura kembali didiamkan tidak papa. Gadis itu bahkan terus membujuk Liam sampai di parkiran motor. Dan sepertinya usaha Laura berhasil karena kini Liam menatapnya. Dengan begitu pede dia kembali menyodorkan tangannya. "Gue Laura." Sialnya, bukan uluran tangan yang dia dapat, melainkan aksi Liam yang memakai helm, kemudian menstater motornya dan meninggalkan Laura di sana. "Anjir, diajak kenalan aja sombong amat!" makinya. "Gue sumpahin lo suka gue besok!" *•*•*•*•*•*

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.5K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.6K
bc

DENTA

read
17.1K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.8K
bc

Head Over Heels

read
15.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook