38. Akan Selalu Ada

1117 Words
Dalam menyelesaikan pelatihan memanah tadi, Xuan Yi langsung melenggang santai menuju danau buatan yang sudah dipenuhi oleh banyak murid laki-laki shirtless. Membuat pandangan Xian Yi mengitari sekeliling danau dengan bosan. Tidak sedikit pandangan murid laki-laki di sana mengarah pada Xuan Yi dan Chang Qi yang baru saja datang. Keduanya memang tidak dapat dipungkiri bahwa mengalihkan banyak pandangan yang awalnya sibuk pada urusannya masing-masing. “Lihatlah, wajah-wajah sombong itu seakan dia paling pintar di sini,” sindir salah satu murid laki-laki di sana bersama tiga orang temannya. “Namanya juga cucu dari Keluarga Gu. Tapi, apa kau tahu bahwa dia sedari dulu tidak pernah belajar bela diri?” sahut salah seorang dari mereka. “Benarkah?” tanya seorang pemuda yang melirik Xuan Yi. “Tentu saja. Bahkan berita itu sudah tersebar begitu luas sehingga tidak sedikit orang terkejut mengetahui bahwa dia masuk ke Akademi Tangyi dengan mudah,” jawab seorang pemuda yang menjadi pemicu sindiran tersebut. ”Aku menjadi curiga kalau Xuan Yi masuk berkat akses Master Kultivasi Gu,” sinis salah seorang pemuda yang kini menatap Xuan Yi terang-terangan. Sontak hal tersebut membuat Chang Qi semakin tidak sabar. Ketiganya seakan tidak berdosa ketika mengatakan banyak hal tanpa memikirkan betul atau tidaknya semua yang dikatakan tadi. “Mulut diciptakan di depan bukan untuk berbicara di belakang,” sindir Chang Qi tajam. Namun, ketiganya tampak mengabaikan begitu saja membuat Xuan Yi melihat hal tersebut merasa kesal sekaligus remeh. Ia tidak tahu bahwa murid laki-laki kebanyakan yang ada di sini hanya bisa menyindir. “Sudah, Chang Qi. Abaikan saja mereka,” sanggah Xuan Yi menggeleng pelan. Sejujurnya situasi seperti ini memang tidak bisa dihindari. Apalagi dirinya yang dikenal sebagai anti bela diri jelas menimbulkan banyak tanda tanya besar. Meskipun mereka semua menyaksikan proses penerimaan yang sama sekali tidak menandakan kecurangan. Bahwa Xuan Yi benar-benar melakukannya secara sportif dan tidak melakukan akses belakang. Walaupun tidak dapat dipungkiri dirinya bisa melakukan hal tersebut. Akan tetapi, rasanya tetap saja berbeda ketika ia masuk dengan proses hasil sendiri daripada melalui akses Kakek Gu. “Tidakkah kalian sadar kalau Xuan Yi itu mengharumkan Akademi Tangyi? Seharusnya kalian semua itu sadar diri bahwa Xuan Yi memang tidak bisa bela diri, tapi pembuktian kemarin sudah cukup jelas kalau dia lebih berbakat daripada kalian yang sudah belajar sejak lama,” sahut Xiao Pingjing yang datang tepat dari belakang Xuan Yi. Pemuda tampan tengah membawa baskom berwarna emas itu pun menatap ketiganya dengan santai, lalu kembali berkata, “Jangan pernah mengejek seseorang kalau kalian sendiri belum mampu melakukan hal tersebut. Aku hanya tidak ingin kalau salah satu murid yang ada di sini begitu sombong. Padahal tidak ada apa-apanya dibandingkan Xuan Yi.” Perkataan Xiao Pingjing yang begitu lantang itu pun membuat keadaan mendadak sepi. Tidak ada yang berani berbicara ketika seorang pemuda terhormat mengatakan hal begitu menohok. “Jadi, jangan pernah meremehkan seorang pemuda yang kalian ejek tidak bisa bela diri. Kalau memang kalian bisa lebih daripada Xuan Yi. Maka, buktikanlah jangan hanya berbicara seolah-olah kalian semua terbaik,” sambung Xiao Pingjing mendesis sinis, lalu merangkul Xuan Yi. Tentu saja ia begitu muak dengan orang-orang yang sudah menganggap Xuan Yi sebelah mata. Padahal pemuda tersebut sangatlah berbakat dan tidak dapat pungkiri bahwa Xuan Yi berkembang begitu pesat mengalahkan banyak murid yang sudah mempelajarinya sejak lama. Setelah dirasa cukup jauh, Xiao Pingjing pun melepaskan rangkulannya. Kemudian, menggerutu, “Dasar murid menyebalkan. Dia berkata seperti murid paling pintar saja. Padahal aku yang tidak bisa mengalahkanmu sadar diri. Sedangkan dia tidak bisa melakukan apa pun malah berkata seakan paling benar. Aku sedikit tidak menyangka kalau kau benar-benar diremehkan orang lain. Setelah pencapaianmu kemarin.” “Sudahlah, lupakan saja. Aku tidak akan mengambil pusing dengan masalah yang terus saja seperti ini. Karena mau bagaimanapun juga aku memang akan selalu dianggap tidak bisa melakukan apa pun,” balas Xuan Yi menghela napas panjang. “Tidak bisa, Xuan Yi! Kebolehanmu harus tetap dihargai. Meskipun mereka benar-benar menyebalkan ketika mengatakan hal yang tidak bisa mereka lakukan seorang diri,” tolak Xiao Pingjing menggeleng keras. “Aku rasa ...,” sela Chang Qi terdiam sejenak. “apa yang dikatakan Tuan Muda Xiao benar. Sepertinya kau harus lebih memperhatikan bakatmu sendiri, Tuan Muda. Karena tidak mudah mengalahkan Akademi Dangyi, dan Jenderal Besar Gu pun mengakui hal tersebut.” “Ayahku?” beo Xuan Yi dengan ingatan yang langsung mengarah pada kejadian beberapa hari lalu. “Iya, benar. Aku melihat dengan jelas bagaimana ekspresi Jenderal Gu ketika melihatmu benar-benar mengalahkan murid andalan sekaligus terpintar di sana,” sahut Xiao Pingjing mengangguk semangat. Xuan Yi terdiam mencerna perkataan Xiao Pingjing yang terdengar sedikit aneh. Memang rasanya seperti ada sesuatu menarik-nari di perutnya. Akan tetapi, langsung tergantikan oleh rasa sakit hati ketika mengingat kembali perkataan sang ayah yang begitu menusuk. Sebenarnya, ia masih sangat kecewa pada Gu Sheng Jun yang terus saja melarang dirinya untuk melakukan hal-hal berhubungan dengan bela diri. Tanpa berniat memberi tahu alasan pasti tentang mengapa tidak boleh melakukan hal tersebut. Padahal wajar saja jika dirinya belajar bela diri. Sebab, tidak ada satu pemuda mana pun yang tidak bisa melakukan hal tersebut. Karena memang sudah menjadi sangat wajar dan tidak ada lagi perbedaaan. “Aku tidak tahu,” gumam Xuan Yi tersenyum kecut. Sekarang ia sedang tidak ingin bereaksi apa pun mengenai kebolehan sang ayah yang begitu mendukung dirinya untuk tetap menjadi pribadi polos. Tidak mampu melakukan bela diri sehingga sulit rasanya untuk melindungi diri sendiri. “Xuan Yi, kenapa kau mendadak seperti itu?” tanya Xiao Pingjing yang menyadari perbedaan dari sahabatnya. “Ayahku masih saja melarang agar tidak mempelajari apa pun,” jawab Xuan Yi jujur membuat Chang Qi yang mendengar hal tersebut menghela napas panjang. Sejujurnya,Chang Qi memang mendengar hal tersebut sekaligus diperingatkan agar selalu menghalangi Xuan Yi ketika ingin mempelajari sesuatu. Akan tetapi, siapa pun pasti akan sadar bahwa bakat pemuda itu benar-benar diturunkan dari orang tuanya. Sehingga mau sekeras apa pun Gu Sheng Jun melarang Xuan Yi, tetap saja pemuda itu akan berlatih secara diam-diam maupun terbuka. Karena ketika Xuan Yi berada di Akademi Tangyi, jelas sudah tidak ada yang bisa melarangnya lagi. Sebab, kali ini akan berurusan dengan jajaran guru yang akan mendukung Xuan Yi menjadi pribadi lebih baik lagi. Meskipun pertentangan tidak dapat dihindarkan. Apalagi sampai dilewatkan. “Tidak apa-apa, Xuan Yi. Kau masih memilikiku dan Chang Qi yang akan selalu mendukung semua keputusanmu. Jangan pernah merasa sendiri,” ucap Xiao Pingjing menepuk bahu Xuan Yi sedikit keras, lalu mendudukkan diri di sakah satu batu buatan yang sengaja ditaruh untuk mempermudah para murid melakukan aktivitas di air. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkataan Xiao Pingjing membuat hati Xuan Yi menghangat. Membuat pemuda itu tanpa sadar tersenyum lebar dan ikut duduk tepat di samping pemuda tersebut. Melakukan aktivitas sorenya, yaitu membersihkan tubuh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD