37. Latihan Memanah

1007 Words
Pelatihan memanah pun cukup Xuan Yi kuasai selama beberapa saat saja. Sebab, ia sudah bisa mengendalikan setiap panah energi ciptaannya untuk membidik benda mati maupun hidup. Mungkin bisa dikatakan hal ini berkat kemampuan kultivasi yang di atas rata-rata murid lain. Meskipun tidak sedikit murid Akademi Tangyi ada yang merasa iri akan kebolehannya, tetapi Xuan Yi sama sekali tidak merasa sombong. Ia tetap mengajarkan kemampuannya pada siapa pun, termasuk Shen Jia yang sudah berkali-kali melakukan kesalahan dalam membidik. “Aiya, Jai’er, kau tidak perlu memegangnya terlalu kuat,” ucap Xuan Yi mengusap wajahnya sedikit kesal ketika melihat Shen Jia benar-benar sangat kaku. Bahkan tubuh gadis itu terlihat seperti patung yang berdiri tegak tak bergerak. “Ini sangat sulit, Xuan Yi! Aku benar-benar tidak bisa melakukannya,” keluh Shen Jia mengendurkan kembali busur panah tersebut, lalu menghela napas kesal melihat tindakannya sedari tadi terus saja salah. Tidak ingin Shen Jia terus melakukan kesalahan, Xuan Yi pun langsung memegang pundak gadis itu dari belakang. Kemudian, mengarahkan busur panah tersebut dengan menarik karet yang melintang membentuk busur derajat. “Kau pegang ujung ini,” ucap Xuan Yi memegang pangkal lengkungan yang menjadi titik pusat panah. “Lalu, tarik secara perlahan tanpa membuat bagian depan bergoyang. Jangan lupakan kalau memanah butuh keseimbangan. Sehingga kau sama sekali tidak boleh gemetar atau gugup. Karena akan mempengaruhi hasil yang kau tembakkan.” Xuan Yi menarik karet pegas yang lumayan berat dengan bawahnya ada tangan Shen Jia. Tanpa sadar keduanya terlihat begitu dekat membuat beberapa murid Akademi Tangyi melihat hal tersebut merasa begitu cemburu. Sebab, Xuan Yi benar-benar sangat perhatian dengan teman sekamarnya. Sejenak keduanya pun membidik titik pusat yang sudah ditandai dengan titik-titik berwarna hitam dengan berlatarkan orang-orangan kayu. Salah satu mata Xuan Yi tampak terpejam seiring dengan busur panah tersebut mengetat membuat Shen Jia meringis pelan. Merasakan bahwa benda yang sedang berada di tangannya ini tidaklah sembarangan. Tepat pada hitungan detik, panah energi berwarna merah itu pun menembus pada orang-orangan kayu hingga hancur berantakan membuat salah satu guru yang mengajarkan latihan memanah itu tampak sangat takjub melihat betapa berbakatnya Xuan Yi dalam hal apa pun. Sedangkan Shen Jia yang melihat hasilnya benar-benar di luar dugaan pun langsung berteriak kesenangan sembari melompat-lompat ringan. Tentu saja ia merasa sangat bahagia ketika pelatihan dari Xuan Yi membuat dirinya menghasilkan panahan yang begitu tepat pada titik kordinat sasarannya. “Xuan Yi, apa kau melihat itu? Aku bisa!” pekik Shen Jia kesenangan membuat Xuan Yi tertawa pelan. “Iya, aku melihatnya. Sekarang coba kau lakukan hal tadi sendirian,” balas Xuan Yi membuat gadis cantik yang berada di hadapannya seketika terdiam membeku. “Tidak bisakah kau menghiburku sebentar? Aku benar-benar merasa sangat frustasi saat harus melakukan ini,” keluh Shen Jia berusaha memasang ekspresi memelasnya. “Tidak bisa. Kau harus segera mempelajarinya sendiri, Jia’er. Kalau tidak, kemampuanmu yang tadi akan segera menghilang,” tolak Xuan Yi menggeleng keras. Akhirnya, mau tak mau Shen Jia pun kembali melakukan hal yang baru saja ia pelajari bersama Xuan Yi. Tentu saja jantungnya berdetak begitu keras saat di mana ia benar-benar harus melepaskan panah berwarna biru sesuai dengan kemampuan kultivasinya yang diwariskan oleh sang ayah. Sontak tindakan tersebut mengundang banyak tatapan mata yang terlihat penasaran akan kemampuan Shen Jia diajarkan langsung oleh Xuan Yi. Meskipun keduanya dekat, tetapi beberapa kali Xuan Yi memang melakukan hal yang sama pada murid perempuan lain. Sehingga rumor yang mengatakan bahwa Shen Jia dan Xuan Yi mempunyai hubungan rasanya tidaklah masuk akal. Walaupun keduanya dekat, tetapi untuk memiliki hubungan lebih Xuan Yi jelas bukan tipikal seorang pemuda yang memanfaatkan situasi untuk kepentingannya sendiri, termasuk dalam memanfaatkan keterkenalannya Shen Jia. “Tunggu apa lagi? Ayo, cepat lepaskan!” celetuk Xuan Yi melihat Shen Jia tidak kunjung melepaskah panahannya. “Sebentar, Xuan Yi. Apa kau tidak melihat jiwa profesionalku butuh waktu untuk berkonsentrasi,” bakas Shen Jia tanpa menoleh sedikit pun. Kemudian, dalam hitungan detik panah berwarna biru yang terlihat indah itu pun melesat kuat tepat mengenai sebuah orang-orangan dari kayu. Tepat melakukan hal tersebut Shen Jia terlihat menahan napasnya sampai panah tersebut benar-benar mengenai bidik sasarannya hingga hancur berkeping-keping. Suara tepuk tangan riuh itu pun menghiasi suasana yang awalnya terasa sangat tegang. Mengingat Xuan Yi dan Shen Jia benar-benar bisa dikatakan sebagai pasangan fenomenal yang mampu melakukan hal apa pun dengan bekerja sama. Sebab, memang keduanya memiliki bakat dan kemampuan masing-masing. Sehingga bisa saling menguntungkan ketika dalam kesulitan. Walaupun bisa dikatakan Xuan Yi tidak memiliki kekurangan apa pun, kecuali hatinya yang mudah sekali tersinggung. Xuan Yi benar seorang pemuda, tetapi hatinya benar-benar lembut dan polos seperti perempuan. Membuat Chang Qi semakin mencemaskan pemuda tersebut. Meskipun usianya sudah tidak jauh berbeda, tetapi bisa dikatakan bahwa Xuan Yi memiliki sifat lembut yang tidak bisa ditiru oleh siapa pun. “Kau lihat, Xuan Yi!? Aku benar-benar mengenainya sama seperti yang kau lakukan tadi?” seru Shen Jia menunjuk orang-orangan kayu yang hancur berkeping-keping. Xuan Yi mengangguk singkat, lalu memberikan pujian cukup manis, “Kau bekerja dengan sangat baik, Jia’er. Tingkatkan kembali pemahamanmu dalam memanah. Karena kau benar-benar sangat lemah dalam bidang tersebut.” “Tentu saja, Xuan Yi. Aku akan membuktikan padamu bahwa ini benar-benar mudah. Meskipun aku sendiri tidak yakin akan terus mengenainya tepat sasaran,” balas Shen Jia meringis pelan. Terkadang ia memang begitu pesimis ketika menginginkan sebuah target yang mengalahkan banyak orang. Sebab, ia hanya tidak ingin banyak orang-orang yang merasa iri dan melakukan hal tidak diinginkan. “Baiklah. Kalau begitu, kau tentukan waktu menonton agar tidak terlarut. Sebab, Xuaming Shifu sudah memberikan arahan pada anak-anak Akademi Tangyi untuk segera membersihkan tubuh,” pungkas Xuan Yi melenggang pergi dengan santainya meninggalkan teman kamar yang sudah tidak berada di sana. “Aku akan selesai ketika menguasai dengan baik!” balas Shen Jia setengah berteriak, lalu kembali melakukan hal yang sama untuk berulang kalinya. Tentu saja ia tidak ingin berpuas diri ketika selesai menguasai memanah hanya satu kali. Sebab, masih ada Xuan Yi yang harus ia kalahkan agar bisa bersinar di balik pemuda itu. Karena memang tidak mudah mengalahkan Xuan Yi. Harus banyak berlatih.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD