36. Perkataan Menohok

1000 Words
Setelah beberapa hari menunggu pengumuman, akhirnya pagi ini murid Akademi Tangyi terlihat sedang berkumpul di halaman yang biasa digunakan untuk pelatihan kultivasi. Dengan semua anak muridnya menggunakan seragam merah keperakkan yang tampak serempak. Xuan Yi berada di barisan paling depan dengan di belakangnya terlihat Xiao Pingjing, lalu ada Chang Qi yang selalu setia berada di barisan ketiga. Sedangkan Shen Jia berada tepat di samping Chang Qi dengan di depannya ada Han Yuri yang sesekali melirik ke arah sampingnya, yaitu Xiao Pingjing. Sementara itu, di depan ruang guru dengan anak tangga menghiasi di bawahnya terlihat seorang lelaki paruh baya tengah sibuk berbisik-bisik membuat beberapa murid tampak sangat penasaran dengan kumpulan hari ini yang begitu cepar. Bisa dikatakan mereka tepat saja selesai mandi pagi dan hendak sarapan, tetapi panggilan dari lonceng membuat semua murid Akademi Tangyi mengurungkan niatnya untuk melenggang ke ruang makan. “Shifu, apa yang ingin kau bicarakan sampai mengumpulkan kita semua di sini? Bukankah pertandingan masih ada satu hari lagi?” tanya salah satu siswa laki-laki mengernyit kesal. Awalnya guru tersebut mendadak ragu, tetapi akhirnya mau tak mau ia pun berdeham pelan. Kemudian, seorang lelaki paruh baya yang selama ini tidak pernah diketahui sebagai kakek dari Xuan Yi pun melenggang pergi. Sedangkan Xuan Yi sendiri merasa tidak nyaman. Ia berada di sini bukan untuk mendapatkan perhatian lebih, melainkan belajar di mana anggota keluarganya tidak melakukan pembelajaran. Sampai akhirnya ia menyesal telah berada di sini yang jelas-jelas Kakek Gu mengajarkan ilmu kultivasi. “Begini, para jajaran guru sudah sepakat untuk apa pun hasil dari pertandingan kemarin akan diterima dengan lapang da*da. Karena Kompetisi Bela Diri Tahunan sudah diberhentikan. Salah satu murid dari akademi lain terlibat pertempuran sehingga mengakibatkan rusaknya kepercayaan Yang Mulia untuk tetap melanjutkan acara tersebut,” ucap Guru Xuaming dengan helaan napas kecewa yang begitu terlihat. Sontak hal tersebut mengundang keterkejutan yang benar-benar menghiasi wajah Xuan Yi. Apalagi ia memenangkan pertandingan itu bersama dengan Xiao Pingjing. Sehingga rasanya sedikit aneh kalau kemenangan diraih secara serobot oleh Akademi Tangyi. “Lantas, yang akan diumumkan menjadi pemenang siapa? Kita mempunyai dua pemenang, Shifu. Apa nanti akan ada seleksi lagi?” tanya Han Yuri mengernyitkan keningnya bingung. Guru Xuaming tersenyum tipis. “Tidak ada. Tapi, nanti Yang Mulia sendiri menilainya saat melakukan pengamatan selama dua hari datang ke kompetisi. Beliau sudah memiliki kandidat pemenang yang pas untuk mendapat hadiah istimewa. Sebelum itu, kalian semua sudah bisa kembali belajar seperti biasa.” Sontak hal tersebut membuat sorakan kekecewaan terdengar jelas. Murid Akademi Tangyi memang jarang sekali menyukai hal-hal yang membuatnya terkadang merasa kesulitan. Apalagi saat ini mereka sudah hampir dua bulan dan segera melakukan beberapa ujian bela diri maupun tertulis. “Kapan pengumumannya keluar, Shifu?” tanya Xuan Yi mengangkat tangannya. “Tidak ada yang tahu. Karena keputusan ini baru saja diberitahukan oleh Yang Mulia semalam ketika mengadakan pertemuan darurat di dalam kuil,” jawab Guru Xuaming jujur. Sedangkan Chang Qi yang berada di belakang terus saja mendengarkan dengan sesekali mengangguk pelan. Ia terlihat begitu memperhatikan tanpa berniat menyela sedikit pun. Sebab, semua yang dikatakan oleh guru sudah ia ketahui sejak semalan. Karena memang dirinya sempat memergoki beberapa guru yang berbincang cukup keras mengenai keputusan sepihak tersebut. Entah apa yang sebenarnya terjadi, tidak ada yang tahu. Yang Mulia benar-benar mengambil resiko cukup besar dengan menghentikan kompetisi. “Baiklah. Kalau sudah tidak ada yang ditanyakan, kalian semua bisa kembali melakukan aktivitas masing-masing. Sebelum tepat matahari menyingsing akan diadakan pelatihan memanah,” pungkas Guru Xuaming membuat semua yang ada di sana langsung membubarkan diri masing-masing. Tentu saja tiga serangkai yang berada di barisan sama itu pun memubarkan diri secara bersamaan, lalu melenggang pergi menuruni tangga satu per satu untuk kembali ke dapur menuntaskan keinginan sarapan pagi. Sedangkan Shen Jia dan Han Yuri terlihat mengekori dua pemuda tersebut. Membuat beberapa murid laki-laki yang memperhatikan keduanya mendengkus kesal. Memang sudah banyak sekali yang mengetahui kebenaran bahwa Xuan Yi adalah anak dari Gu Sheng Jun sekaligus cucu Master Kultivasi Gu. “Lihatlah, gayanya yang sombong itu benar-benar membuatku muak,” sinis salah satu murid laki-laki tersebut sedikit keras. Sontak hal tersebut membuat Xuan Yi mendengarnya dan langsung menghentikan langkah. Lalu, berbalik menatap dua murid laki-laki yang terlihat tidak suka. Namun, Chang Qi sudah lebih dulu maju menghadapi dua pemuda itu sembari menarik pakaian kesal. Ia terlihat menatap tajam pada siapa pun yang berani mengata-ngatai majikannya. “Apa yang kau katakan? Coba ulangi!” ucap Chang Qi tajam. “Lepaskan!” sentak pemuda itu berusaha melepaskan tangan Chang Qi yang begitu erat menarik pakaiannya. Xuan Yi menyadari bahwa Chang Qi tampak sangat emosi pun langsung berusaha untuk melepaskan tarikannya yang begitu kuat. “Sudah, Chang Qi. Abaikan saja.” “Itu kau sadar diri sebagai murid yang tidak bisa melakukan apa pun, tapi bergaya seakan mampu melakukan semuanya,” sahut salah satu pemuda tersebut dengan tertawa sinis. Xiao Pingjing yang tidak ingin tinggal diam pun langsung melayangkan tonjokan tepat mengarah pada rahang tegas nan tajam tersebut. “Cepat, katakan lagi! Jangan bungkam lagi layaknya pengecut!” bentak Xiao Pingjing berapi-api. Sedangkan Xuan Yi sudah tidak bisa melakukan peleraian pun langsung menggeram kesal, lalu berseru, “Hentikan!!! Apa kalian tidak mendengarkanku? Aku bilang hentikan! Jangan ada yang melayangkan pukulan lagi.” Sontak hal tersebut membuat Chang Qi dan Xiao Pingjing mendengkus kesal. Akan tetapi, tak urung keduanya mengikuti permintaan Xuan Yi. Karena tepat setelah berseru kesal, keduanya langsung melayangkan tatapan tajam dengan jarak membentang luas. Setelah dirasa cukup kondusif, Xuan Yi pun menghela napas panjang. “Kalau kau tidak menyukaiku silakan bicara tepat di hadapanku. Jangan bersembunyi layaknya pengecut. Karena aku tidak mempermasalahkan siapa pun yang menyukai atau tidak menyukaiku. Itu semua hak kalian. Tapi, aku minta jangan pernah menghasut semua orang untuk tidak menyukaiku. Karena itu sama saja kau menebarkan kebencian terhadap orang lain." Tepat mengatakan hal tersebut, Xuan Yi pun melenggang pergi dengan santai membuat Chang Qi dan Xiao Pingjing yang awalnya emosi pun mendadak reda. Keduanya langsung menyusul tanpa memedulikan kembali pada dua laki-laki yang kini terdiam skakmatt mendengar ungkapan Xuan Yi benar-benar menohok.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD