87. Kehilangan Satu Kesempatan

1058 Words
Pada saat Jenderal Elmios memerintahkan semua prajurit elit yang berada di bawah kepemimpinannnya untuk menyelamatkan beberapa Klan Iblis, tiba-tiba mereka mendapat sebuah surat dari Klan Manusia. Berisikan sebuah permintaan perdamaian yang membawa beberapa tawanan dari Klan Iblis. Sontak hal tersebut membuat Jenderal Elmios benar-benar merasa bersalah. Seharusnya mereka dengan cepat menyelamatkan dan tidak menganggap ringan Klan Manusia yang sangat licik. “Ini benar-benar licik, Jenderal!” sentak seorang komandan prajurit berwajah sangar. “Tenang, jangan ada yang merasa emosi dulu,” ucap Jenderal Elmios berusaha bersikap tenang agar tidak ada lagi prajurit bawahannya yang merasa sedikit tertekan akibat situasi. “Lantas, apa yang harus kita lakukan?” tanya komandan prajurit muda yang gagah. “Aku pikir lebih baik mengatakan semua ini pada Dewa Neox, karena menyangkut perdamaian kedua belah pihak,” jawab Jenderal Elmios menatap satu per satu komandan yang berada di bawah kekuasaannya, Ia memang tidak bisa memutuskan seorang diri tentang pesan dari Klan Manusia. “Baiklah. Kalau begitu, Jenderal Elmios, kau harus segera memberitahu Dewa agar kita bisa melakukan persiapan,” usul seorang komandan prajurit yang berwajah tampan dan manis. Entah kenapa lelaki itu tidak bisa dibedakan antara perempuan dan laki-laki. Karena memiliki wajah yang cantik, namun tetap terlihat tampan. Mendengar usulan itu, Jenderal Elmios pun bergegas untuk naik ke langit. Sebab, ia memimpin pasukan elit melakukan penyisiran terhadap beberapa titik bumi. Tentu saja saat sedang target balas dendam sekaligus menyelamatkan beberapa Klan Iblis yang terjebak. Setelah siap dengan pedang dan jubah putih miliknya, Jenderal Elmios pun menatap satu per satu komandan yang akan ia tinggalkan. Tentu saja berat hari tetap harus ia laksanakan. Jika tidak, akan ada banyak korban dari Klan Iblis terhadap kekejaman yang dilakukan oleh manusia licik. Sementara itu, di sisi lain terlihat sekelompok manusia bertelinga panjang yang biasa disebut dengan iblis. Mereka sedang memasak dengan kepulan asap begitu banyak dan beraroma manis. “Zefra, apa kau sudah selesai membakar ayamnya?” tanya seorang wanita paruh baya yang berbeda dari mereka semua. “Aku sudah selesai memanggangnya, Nenek,” jawab seorang remaja laki-laki yang tersenyum lebar sembari membawa sebuah bebek dengan kulit kecokekatan manis. “Baiklah. Letakkan di sana dan bantu Ibumu untuk membawa semua kue itu ke dalam,” titah Nenek Gu menunjuk seorang wanita dewasa yang tengah sibuk menata banyak sekali kue pada rantang makanan berbahan kayu elegan. Tepat di hari Gu Sheng Jun menemukan mereka, lelaki itu memang memutuskan untuk membawa semua Klan Iblis yang masih tersisa tinggal di kediaman. Membuat mereka tinggal bersama dengan Nenek Gu. Salah satu alasannya hanya agar mereka bisa memulihkan tenaga dan pergi ke tempat yang seharusnya berada. Tentu saja menetap di sini tidak akan bisa menyelamatkan begitu saja. Walaupun dapat dipercaya orang-orang kediaman tidak akan berkhianat. “Nenek Gu, Elmer sudah membersihkan semua sayuran,” ucap seorang anak perempuan kecil yang datang berlari lucu bersama seorang remaja perempuan tidak kalah cantik. Nenek Gu yang tengah sibuk mengaduk sup langsung menoleh, lalu memberikan adukan sayur sop tersebut pada seorang wanita cantik. Kemudian, Nenek Gu berlutut untuk melihat hasil yang telah dikerjakan oleh Elmer. “Wah, kau sangat baik, Elmer!” puji Nenek Gu tersenyum lebar. Sedangkan seorang remaja perempuan yang berada di belakang anak kecil itu pun meletakkan sekeranjang sayuran bersih hasil cucian dari mereka berdua. Ia tampak melirik adiknya yang membanggakan diri. “Elmer memang benar-benar baik, Nenek. Sampai aku dilupakan olehnya hanya karena ingin mendapat pujian darimu,” sindir Aetna mendesis pelan. Sedangkan Nenek Gu hanya tertawa pelan. Memang terkadang kakak beradik menggemaskan itu sering tidak akur. Meskipun begitu, mereka berdua tetap saling melengkapi. “Sudah tidak apa-apa,” pungkas Nenek Gu tersenyum hangat. “Kalau begitu, kalian berdua bisa bermain di taman. Tapi, ingat jangan sampai mengeluarkan suara terlalu banyak.” “Karena masih banyak prajurit yang berpatroli,” potong Aetna dan Elmer secara bersamaan. Sontak gelak tawa terdengar dari mereka berdua membuat suasana dapur kembali hidup. Tentu saja berkat kehadiran anak kecil yang mampu mencairkan situasi canggung berlangsung selama beberapa hari. “Pergilah!” titah Nenek Gu tersenyum geli. Ketika Elmer memutuskan untuk bermain, lain halnya dengan Aetna yang melangkah menghampiri Zefra. Seorang remaja laki-laki yang sibuk membantu ibunya memasukkan banyak sekali jenis kue untuk diberikan kepada Gu Sheng Jun. Memang selama beberapa hari ini, selain mengirimkan banyak makanan pada pengungsi. Mereka juga terkadang mengirim pada Gu Sheng Jun yang sibuk di istana. Tentu saja lelaki dewasa itu tahu kalau yang membuat banyak makanan ini bukanlah Nenek Gu, melainkan Klan Iblis hasil penyelematan dirinya. Suasana yang awalnya berbeda itu semakin membaik dengan Klan Iblis diperlakukan selayaknya oleh Nenek Gu. Bahkan mereka mendapatkan banyak sekali kamar bersih yang berada di sisi belakang. Meminimalisir jika terjadinya penggeledahan secara mendadak oleh prajurit istana. Namun, mereka semua tidak ada yang menyadari bahwa akan kedatangan dua pemuda mengunjungi kediamannya sendiri. Xuan Yi dan Chang Qi memang meminta izin pada Komandan Hwang untuk dirinya kembali ke kediaman. Menjenguk keadaan Nenek Gu yang tinggal sendirian. Sejenak Xuan Yi dan Chang Qi yang sudah sampai di depan pintu kediaman pun terdiam sesaat. Ia tidak melihat kehadiran prajurit berjaga di sini membuat perasaan bingung sekaligus penasaran menyelimuti benaknya. “Mengapa semua di depan ini tidak ada yang menjaga?” tanya Xuan Yi pada Chang Qi. “Sepertinya, Nyonya Besar Gu sedang tidak ada di kediaman,” jawab pemuda yang menjadi penjaga itu santai. “Kalau tidak ada di sini, tidak mungkin Nenekku pergi ke tempat lain. Karena di kediaman sedang tidak ada siapa pun dan untuk pergi ke pengungsian rasanya cukup mustahil,” celoteh Xuan Yi dengan kerutan di dahi mulusnya. “Jangan berprasangka dulu, lebih baik kita masuk untuk mengetahui lebih jelasnya,” sanggah Chang Qi menggeleng pelan, lalu membuka pintu kediaman yang menampilkan banyak sekali prajurit melangkah untuk berpatroli. Semua prajurit itu tampak menoleh menatap Tuan Muda Gu yang datang bersama penjaganya. Tidak sedikit dari mereka memberikan hormat dan dibalas dengan anggukan oleh Xuan Yi. Namun, saat salah satu dayang melangkah sembari membawa banyak sekali jenis kue di tangannya, Xuan Yi pun menjadi penasaran. Padahal di depan ia sama sekali tidak melihat kuda yang terikat ataupun tamu datang. Karena tidak merasakan hawa asing di dalam. “Di mana Nenekku?” tanya Xuan Yi menghadang dayang tersebut. “Tuan Muda Gu, selamat datang kembali,” sapa dayang tersebut membungkuk hormat, lalu kembali berkata, “Nyonya Besar sedang ada di dapur. Tapi, sepertinya Tuan Muda tidak bisa ke sana.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD