88. Pengungsi Mengundang Syok

1053 Words
“Ka ... kalian siapa?” Seorang pemuda tampan itu tampak sangat terkejut melihat beberapa kumpulan orang asing berada di dalam kediamannya tengah berlarian, ralat lebih tepatnya bermain. Sedangkan Chang Qi yang melihat hal tersebut berekspresi datar, tetapi tidak menutup kemungkinan pemuda itu juga terkejut. Sedangkan mereka yang melihat dua orang asing berdiri tepat di hadapannya pun ikut terkejut. Dua orang anak kecil itu menegakkan tubuhnya kaku sembari menatap Xuan Yi penuh pengawasan. Seakan mereka berdua terintimidasi akan kedatangan pemuda tersebut. Namun, sebelum hal itu terjadi tiba-tiba ada seorang dayang yang menghentikan mereka semua ketika hendak berkelahi. Tentu saja Xuan Yi bukan berkelahi, ia hanya benar-benar syok melihat Klan Iblis berada di kediamannya sendiri. Ketika semua orang sibuk mencari. “Anak-anak, itu Tuan Muda Gu, jangan kalian jahati!” seru seorang dayang berlari tergopoh-gopoh melihat mereka berdua. Xuan Yi memiringkan kepalanya bingung. “Mengapa dua anak kecil ini ada di kediaman?” “Tuan Muda Gu, maafkan mereka berdua. Sebenarnya, datang ke sini atas perintah Jenderal Gu yang tidak ingin terjadi sesuatu,” balas dayang tersebut menunduk menyesal. “Di mana Nenekku sekarang?” tanya Xuan Yi menggebu-gebu. Ia harus menanyakan semuanya pada sang nenek. Jika tidak ingin mati dalam rasa penasaran. “Mari ikuti dayang, Tuan Muda Gu,” pinta dayang tersebut mempersilakan untuk Xuan Yi mengikuti dirinya dari belakang. Tanpa mengindahkan dua anak kecil yang menatapnya dengan tidak suka, Xuan Yi pun melenggang lebih dulu daripada Chang Qi. Ia memang terlalu bingung untuk mencerna perkataan dayang yang kini berada di depannya. Karena semua ini berkaitan dengan sang ayah membuat Xuan Yi benar-benar harus meminta penjelasan agar tidak salah menangkap sesuatu. Sebab, tidak mudah menyembunyikan Klan Iblis di dalam kediaman. Mengingat betapa sibuknya prajurit berlatih hanya untuk mencari sisa-sisa dari Klan Iblis yang menghilang akibat pemberontakan. Sesampainnya di dapur tempat Nenek Gu berada, Xuan Yi pun tanpa pikir panjang langsung berlari ketika melihat siluet sang nenek yang tengah bercengkrama bersama beberapa wanita Klan Iblis lainnya. Mereka terlihat sangat akur membuat pemuda itu kebingungan menghadapi situasi yang terjadi. “Nenek!!!” seru Xuan Yi berteriak seperti biasa sembari berlari menghampiri wanita paruh baya tersebut. Mendengar suara cucunya yang sangat dikenali, Nenek Gu pun menoleh dan sedikit terkejut melihat Xuan Yi berlari menghampirinya. Kemudian, tanpa ragu Xuan Yi langsung memeluk wanita paruh baya itu dengan erat. “Kau kembali, Xuan Yi?” tanya Nenek Gu terkejut, tetapi tidak urung ia membalas pelukan cucunya tak kalah erat. Karena beliau juga merasakan hal yang sama. “Baru saja aku kembali, Nenek. Tapi, mengapa banyak sekali ‘mereka’ di sini?” jawab Xuan Yi tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. Nenek Gu terdiam sesaat, tetapi tidak urung beliau berkata, “Sebenarnya, Nenek juga tidak tahu. Semua ini Ayahmu yang membawanya untuk diungsikan. Agar mereka terhindar dari beberapa prajurit tanpa belas kasihan menyiksa mereka semua, dan menganggap kehadiran mereka hanyalah membawa petaka. Padahal sama sekali tidak.” “Lantas, mereka semua di sini untuk apa?” tanya Xuan Yi lagi. “Mereka belum bisa kembali sampai portal jalan masuk dan keluar itu terbuka lebar, Xuan Yi. Karena energi mereka semua terbatas dan tidak bisa sampai dengan semestinya ke sana,” jawab Nenek Gu menghela napas panjang. Chang Qi yang tanpa sengaja melihat remaja perempuan tengah sibuk menata kue pun mengangguk beberapa kali. Ia sempat memergoki dayang yang bertemu tadi membawa kue-kue tersebut. Menandakan seluruh penghuni kediaman ini mengetahui keberadaan mereka. “Oh, baiklah. Aku hanya terkejut ketika melihat dua anak kecil yang berlarian di depan. Aku pikir tempat ini sudah dikuasai oleh mereka,” ucap Xuan Yi jujur. “Tentu saja tidak. Apa kau lupa Keluarga Gu adalah praktisi kultivasi terhormat yang memiliki banyak sekali keamanan di kediaman?” sanggah Nenek Gu cepat sembari tertawa pelan membuat Xuan Yi mengangguk mengerti. “Aku hanya berasumsi, Nenek. Karena kediaman ini benar-benar terlihat kosong dengan dua prajurit di depan menghilang secara misterius,” balas Xuan Yi mengerucutkan bibirnya manja. “Sebenarnya, dua prajurit di depan sudah Nenek perintahkan untuk masuk. Karena Nenek takut mereka melaporkan hal ini pada prajurit istana yang berpatroli.” Nenek Gu menjawab semua keterkejutan Xuan Yi dan Chang Qi tadi. Ketika mereka berdua terkejut tidak melihat dua prajurit yang biasa menjaga pintu masuk kediaman. Akan tetapi, di tengah asyiknya mereka berdua berbincang. Salah satu remaja laki-laki bertelinga panjang itu tampak mendekati Xuan Yi dengan ekspresi penasaran sekaligus bertanya-tanya. Sebab, wajahnya terlihat sangat mirip dengan seseorang yang ia kenali. Tentu saja tatapan itu menarik perhatian Nenek Gu yang sibuk memperhatikan cucu kesayangannya. Karena setelah lama sekali berdiam diri di Akademi Tangyi, baru kali ini Xuan Yi benar-benar kembali tanpa perwakilan Chang Qi. Sehingga rasanya cukup menyenangkan. “Zefra, apa yang kau lihat?” tanya Nenek Gu tersenyum tipis. Ia tahu pasti remaja tampan itu merasa sangat penasaran melihat Xuan Yi. “Nenek, apa aku tidak diperkenalkan dengan cucu kesayanganmu?” sindir Zefra yang terdengar menggelitik. Memang dibandingkan Aetna, remaja tampan itu lebih ramah. “Zefra, perkenalkan ini cucu Nenek bernama Gu Xuan Yi,” ucap Nenek Gu menuruti permintaan dari remaja tampan yang ada di hadapannya. “Xuan Yi, ini Zefra. Salah satu pengungsi dari Klan Iblis. Kau jangan merasa terkejut, ya. Dia memang sangat ramah.” Tanpa pikir panjang, Zefra pun tersenyum lebar sembari mengulurkan tangannya berniat untuk bersalaman pada Xuan Yi. Yang tentunya langsung dibalas oleh pemuda itu. Meskipun usia mereka terpaut sangat jauh, tetapi Xuan Yi yakin bahwa Zefra bisa berteman dengan dirinya. “Kau sangat mirip dengan seseorang,” ucap Zefra mengejutkan pemuda di hadapannya. “Siapa itu?” “Entahlah, mungkin hanya perasaanku saja,” elak Zefra yang enggan memberi tahu, tetapi hal tersebut kelas mengundang rasa penasaran Xuan Yi. “Katakan saja. Aku malah akan sangat kesal kalau kau meninggalkanku sebuah ucapan yang bisa membuat kepala berpikir keras,” desak Xuan Yi terdengar tidak suka. Sontak Zefra yang merasa bersalah pun menatap pemuda tersebut meringis pelan. “Sebenarnya, ini hanya perasaanku saja. Kau mirip dengan seorang Dewi Ruang dan Waktu yang berada di negeri kami.” Seorang remaja perempuan tampan mendekat ketika Zefra mengatakan hal tersebut. ia datang sembari membawa rantang berisikan kue yang sudah selesai ditata rapi untuk cemilan para pengungsi di padang rumput. “Maksudmu Dewi Renisia?” sahut Aetna mengernyit beberapa saat. “Iya, benar,” balas Zefra tersenyum lebar menatap wajah Xuan Yi yang berubah menjadi terkejut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD