89. Kehangatan Yang Sempat Hilang

1039 Words
“Salam hormat pada Dewa Neox.” Seorang jenderal gagah berani itu tampak meletakkan tangan kanannya di pundak sembari setengah berlutut menghadap sang dewa yang selama ini diagungkan akan pemerintahannya. “Apa ini, Jenderal Elmios?” tanya Dewa Neox menatap gulungan yang ada di tangannya terikat rapat. “Perjanjian perdamaian yang diajukan oleh Klan Manusia, Dewa. Mereka menyandra banyak sekali tawanan dari bangsa kita membuat aku tidak bisa melakukan apa pun, selain meminta keputusan dirimu,” jawab Jenderal Elmios dengan nada yang sedikit tidak enak hati. Ia memang jarang sekali mengecewakan Dewa Neox. Apalagi sampai meminta keputusan seperti ini membuat kekhawatiran akan muncul di benak seorang lelaki paruh baya yang memikul banyak tanggung jawab. Bisa ia lihat dari tatapannya yang menjadi sendu. Sejenak Dewa Neox membuka pesan tersebut dengan tangannya sendiri. Walaupun ada seorang penasihat di sampingnya yang menawarkan diri, tetapi Dewa Neox tetap bersikeras untuk melihat apa yang sedang ditawarkan oleh para manusia licik tersebut. Dalam sekejap Dewa Neox mengetatkan rahangnya tidak percaya setelah membaca perjanjian perdamaian yang telah diajukan tadi. Jujur saja Dewa Neox tampak syok sekaligus tidak percaya membuat Jenderal Elmios yang telah membaca surat tersebut lebih dahulu menghela napas panjang. “Benar-benar tidak tahu diuntung!” umpat Dewa Neox sembari membanting surat pejanjian itu di atas meja dengan marah. Sontak semua dayang, prajurit, penasihat, dan Jenderal Elmios pun bersujud. Mereka tampak menghormati kemarahan Dewa Neox sehingga tidak ada yang berani menatapnya. “Dewa Neox jangan marah,” ucap penasihat negara tersebut dengan tetap pada posisinya. “Bangkitlah!” titah Dewa Neox menghela napas panjang. Kemudian, para bawahan untuk menjaga pemerintahan Alam Neox itu pun secara perlahan bangkit sembari menatap raut wajah Dewa Neox yang terlihat berpikir keras. Tentu saja memutuskan untuk berdamai bukanlah hal mudah. Apalagi mereka sebagai bangsa dan klan yang terusir dari tempatnya sendiri. Memang memaafkan tidak semudah ketika melakukan kesalahan. Tidak mungkin akan ada rasa perasaan lepas yang mengikat benaknya selama ini. “Apa yang kau pikirkan Jenderal Elmios?” tanya Dewa Neox menatap seorang lelaki gagah yang sudah mendapat kepercayaannya sejak lama. “Aku tidak bisa menyarankan apa pun, Dewa Neox. Karena situasi di bawah benar-benar sedang tidak bisa ditaksir,” jawab Jenderal Elmios jujur. “Baiklah. Kalau begitu, aku akan mengadakan rapat pemerintah hari ini. sepertinya situasi seperti ini memerlukan banyak pertimbangan yang sesuai dengan keadaan agar tidak memperburuk,” putus Dewa Neox mengangguk mantap. Setelah mendengar hal tersebut, Jenderal Elmios pun mengangguk beberapa kali dan memutuskan untuk undur diri dari sana. Tentu saja tujuannya untuk kembali ke tempat pelatihan para prajurit perang yang sudah berlatih cukup lama. Tanpa menggunakan kendaraan apa pun lagi, Jenderal Elmios mengepakkan sayapnya tepat di depan istana membuat lelaki tampan nan gagah itu terbang mengikuti arah angin. Di bawahnya terlihat beberapa anak kecil yang berlarian. Tidak sedikit dari mereka melambaikan tangannya ke arah Jenderal Elmios yang melakukan perjalanan menuju tempat pelatihan. Sudah lama sekali ia tidak menggunakan sayapnya sehingga terlihat sangat gagah dengan jubah putihnya yang beterbangan. Sesampainya di tempat pelatihan, Jenderal Elmios mendaratkan tubuhnya dengan mencondongkan kepalanya seperti berenang gaya bebas, tetapi tangannya terlihat membentang lebar. “Selamat datang, Jenderal Gu,” sapa dua prajurit penjaga di depan gerbang sembari meletakkan tangan kanannya di bahu, lalu membungkuk singkat. Jenderal Elmios mengangguk singkat dan tetap melenggang santai memasuki sebuah tempat pelatihan yang mendominasi berwarna putih. Salah satu dari mereka terlihat sibuk memantau keadaan. “Bagaimana perkembangan yang sudah dicapai oleh semua prajurit?” tanya Jenderal Elmios pada seorang komandan gagah. “Lebih dari cukup, Jenderal. Karena semua prajurit sudah bisa melakukan peperangan,” jawab komandan tersebut mengangguk mantap. “Apa situasi mendadak berubah sampai kita berperang sebelum waktu yang ditentukan?”  “Untuk sekarang aku tidak bisa mengatakan apa pun, selain menunggu keputusan dari Dewa,” ucap Jenderal Elmios menghela napas panjang. “Tolong bawa aku ke tempat pelatihan kalian!” Komandan muda tersebut mengangguk pelan, lalu mempersilakan untuk Jenderal Elmios mengepakkan sayapnya menuju tempat yang sudah menjadi pelatihan bagi Klan Iblis melakukan formasi militer. Tentu saja jarak antara tempat pelatihan dan pemukiman sangat jauh. Salah satu kebijakan Dewa Neox agar warga biasa yang tidak mengikuti kemiliteran tidak merasa terganggu akan suara-suara dari dentuman kecil hasil pelatihan. “Ini beberapa arena yang biasa dilakukan oleh beberapa prajurit bertarung untuk mengukur kekuatan, tetapi sekarang mereka sedang melakukan pencarian di Hutan Ilusi,” celetuk komandan muda tersebut menunjuk tempat yang tidak asing bagi Jenderal Elmios. “Metode pelatihan terbaru sudah diterapkan sejak kau diutus turun ke bumi, Jenderal. Walaupun terkadang Dewa sering datang ke sini membantu pengukuran ilmu kultivasi,” sambung komandan muda tersebut. “Apa selama ini kau merasa kesulitan?” tanya Jenderal Elmios penasaran menatap seorang lelaki muda yang jarang sekali ia lihat mengeluh. Mungkin bisa dikatakan komandan yang baru saja diangkat itu telah menjadi lebih dewasa daripada usia yang seharusnya. “Mungkin pada awalnya saja aku merasa sangat terbebani dengan semua tanggung jawab yang diberikan oleh Dewa. Akan tetapi, lama kelamaan aku sadar bahwa semua ini diberikan Dewa karena merasa aku mampu melakukannya. Maka dari itu, aku berusaha untuk tetap tegar melakukan hal di luar kemampuanku sendiri. Walaupun masih ada beberapa prajurit yang meremehkanku, tetapi tidak menutup kemungkinan masih ada prajurit mendukung,” jawab komandan muda tersebut dengan tulus. “Tidak apa-apa. Orang baik akan selalu dikelilingi oleh orang baik pula. Jadi, jangan merasa sendiri dan tetap mengatakan apa pun yang mengganjal padaku. Karena kau masih memiliki orang-orang yang siap mendukung kapanpun,” ucap Jenderal Elmios menepuk pundak komandan muda tersebut sembari tersenyum hangat. Sisi lain dari kharismatik Jenderal Elmios terlihat hangat. Meskipun lelaki itu lebih sering menggunakan ketegasan dan kepemimpinannya ketika melakukan perbincangan. Namun, kali ini terlihat sangat berbeda. “Terima kasih, Jenderal. Sudah mendukung apa pun yang diberikan oleh Dewa. Padahal selama ini banyak sekali perkataan-perkataan orang militer yang selalu menyebutmu dengan Jenderal Iblis. Sehingga aku benar-benar sisi lain dari dirimu saat ini,” balas komandan muda tersebut dengan senyuman lebar. Jujur saja, komandan muda itu juga sedikit tidak percaya melihat Jenderal Elmios yang selama ini memiliki banyak rumor tentang sifatnya seperti seorang pemimpin sejati. Membuat banyak sekali orang-orang militer yang merasa segan. Sedangkan komandan muda itu baru pertama kalinya bekerja sama dengan seorang jenderal yang selama ini ditakuti. Akan tetapi, bukan ketakutan yang ia dapat, melainkan kehangatan yang sudah lama hilang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD