52. Ayah dan Anak

1043 Words
“Apa maksudmu, Ayah?” tanya Xuan Yi penasaran. Sebagai titisan setengah dewa jelas membuat pemuda tampan itu merasa bingung akan hidupnya sendiri. Apalagi selama ini ia tidak pernah melakukan hal-hal yang berhubungan dengan Alam Neox. Terlebih sampai harus menjadi bencana bagi Klan Iblis tersendiri. “Kelahiranmu memang akan mengubah kehidupan bagi kedua klan, Xuan Yi. Jadi, kau harus merahasiakan ini pada siapa pun. Jangan sampai ada yang tahu bahwa kau adalah keturunan Klan Iblis,” jawab Gu Sheng Jun tersenyum tipis. “Tapi, Ayah ... apa kau tahu kalau selama ini aku menyembunyikan fakta bahwa aku memiliki sepasang sayap yang begitu besar,” ucap Xuan Yi memejamkan matanya frustasi. Namun, lain halnya dengan Gu Sheng Jun yang terlihat yang tersenyum tipis. Lambat laun memang akan terjadi perubahan bagi tubuh Xuan Yi. Meskipun pemuda itu akan tetap merahasiakannya pada siapa pun. Akan tetapi, sebagai sesosok ayah, Gu Sheng Jun jelas mengetahui hal itu melebihi Xuan Yi sendiri. Karena pada saat dirinya memutuskan untuk menikah dengan Dewi Renisia, maka akan ada perubahan bagi anak mereka. Tentu saja perubahan itu tidak lain tidak bukan adalah sepasang sayap dengan kemampuan di atas rata-rata seorang manusia. “Apa kau selama ini kesulitan?” tanya Gu Sheng Jun menatap Xuan Yi lebih hangat daripada biasanya. Sebab, pemuda itu sudah menjadi dewasa membuat Gu Sheng Jun tidak perlu mengatakan banyak petuah demi kebaikan Xuan Yi. Karena pemuda itu jelas mengetahuinya lebih daripada siapa pun. Xuan Yi menggeleng pelan. “Tidak, Ayah. Aku hanya sedikit kesulitan menyesuaikan tubuhnya yang berbeda dari siapa pun.” “Kalau begitu, kau harus mengatakan ini pada Kakekmu. Karena hanya beliau yang bisa memberikan banyak nasehat tentang bagaimana kau menghadapi berbagai situasi dengan hati yang tetap tenang. Sebab, kelemahan dari Klan Iblis adalah tingkat kesabarannya begitu rendah,” pungkas Gu Sheng Jun mengangguk singkat. “Lantas, ke mana Ibu selama ini, Ayah? Apa dia baik-baik saja?” tanya Xuan Yi menatap sang ayah dengan tampang penuh minat. “Aku tidak tahu. Kami berpisah tepat setelah melahirkanmu, Xuan Yi. Dia dibawa pergi oleh Dewa Neox demi memenuhi keinginannya untuk menjodohkan Ibumu dengan keturunan Klan Iblis,” jawab Gu Sheng Jun menggeleng pelan. Sontak hal tersebut membuat Xuan Yi mengernyit tidak percaya. Apalagi mendengar bahwa ibunya selama ini ditawan oleh orang tuanya sendiri. “Kenapa Ibu tidak pernah menjengukku?” keluh Xuan Yi menghela napas kecewa. Sejujurnya menjadi anak yang belum pernah melihat seorang ibu kandungnya jelas membuat Xuan Yi merasa tidak diinginkan. Sebab, ia sudah melihat banyak orang yang seusianya memiliki seorang ibu begitu baik. Bahkan bisa dikatakan bahwa Xiao Pingjing memiliki seorang ibu yang begitu memperhatikannya. Akan tetapi, sayang sekali pemuda itu tidak pernah melihat seorang ayah seperti halnya Xuan Yi yang tidak pernah melihat seorang ibunya. “Xuan Yi, kau harus bisa memahami bahwa Klan Iblis dan Klan Manusia tidak akan pernah bisa hidup berdampingan. Mungkin kau tidak bisa menemui ibumu kembali. Walaupun kau sudah benar-benar menjadi laki-laki yang dewasa,” tutur Gu Sheng Jun tersenyum tipis. Pemuda tampan bernama Xuan Yi pun menghela napas panjang, lalu membalas, “Lantas, apa alasan Ayah melarangku untuk melakukan hal-hal yang berhubungan dengan bela diri?” “Karena aku tidak ingin kau benar-benar mengikuti takdirmu, Xuan Yi.” Gu Sheng Jun menghela napas panjang, lalu menatap ke arah luar jendela. “Aku sudah berusaha agar kau tidak pernah menjadi bencana bagi kedua klan. Tapi, nyatanya aku tidak pernah bisa menjadi Ayah yang baik untukmu.” “Tidak, Ayah. Kau sudah menjadi ayah yang baik untukku. Karena kau benar-benar membuatku menjadi sesosok yang bisa diandalkan oleh siapa pun. Buktinya aku bisa menjadi pelindung negara sama seperti keturunan Keluarga Gu,” tolak Xuan Yi cepat sembari menggeleng tidak terima saat sang ayah menyalahkan dirinya sendiri. Mendengar hal tersebut membuat Gu Sheng Jun tertawa pelan lalu, menatap Xuan Yi dengan pandangan yang sedikit berbeda. Jelas berbincang seperti ini membuat dirinya merasa sisi lain dari anaknya mulai terlihat. Memang benar yang dikatakan banyak orang tentang Xuan Yi. Pemuda tampan itu memberikan banyak kesan positif banyak orang, termasuk pada ayahnya sendiri. Namun, untuk mengakui hal tersebut membuat Gu Sheng Jun gengsi mengakuinya. Walau bagaimanapun juga, mereka berdua jarang sekali berbincang seperti ini. Karena memiliki kesibukan membuat Xuan Yi dan Gu Sheng Jun baru kali ini menghabiskan waktu berdua. Tak lama kemudian, pintu kamar Gu Sheng Jun terdengar diketuk pelan oleh seseorang dari luar membuat keduanya dengan kompak mengalihkan pandangan. Terlihat seorang wanita paruh baya masuk sembari membawa kue berbentuk bunga dengan warna-warni menghasi kue tersebut. Sedangkan Xuan Yi melihat sang nenek langsung bangkit dan berlari menghampiri wanita paruh baya itu dengan senyuman lebar. “Nenek!!!” seru Xuan Yi tersenyum lebar. “Xuan Yi, sejak kapan kau ada di sini? Mengapa tidak menyapa Nenek?” tanya Nenek Gu tersenyum lebar melihat kehadiran sang cucu yang terlihat berbincang berdua bersama Gu Sheng Jun. “Aku memang ingin menyapamu, Nek. Tapi, aku memiliki urusan dengan Ayah, jadi maafkan Xuan Yi melupakanmu,” jawab Xuan Yi menunduk penuh penyesalan. “Tidak apa-apa. Kalau begitu, lanjutkan perbincanganmu dan jangan lupa untuk tetap berada di sini. Karena Nenek ingin membuatkanmu menu baru Pavilium Penglai,” sanggah Nenek Gu menggeleng pelan. “Baiklah. Aku akan kembali saat malam tiba. Kebetulan sekali hari ini aku mendapat banyak libur dari Xuaming Shifu,” putus Xuan Yi mengangguk mantap. Sedangkan hal tersebut membuat Gu Sheng Jun melihat interaksi keduanya tersenyum tipis, lalu menggeleng tidak percaya. Akan ada saatnya senyuman lebar itu tergantikan dengan air mata. Entah kapan, pasti lambat laun terjadi. Hanya tinggal menunggu tanggal mainnya saja. “Kalau begitu, Nenek kembali ke dapur untuk mempersiapkannya. Kau tunggu saja di sini bersama Ayahmu. Jarang sekali melihat kalian berdua bersama seperti ini,” ucap Nenek Gu tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya melihat Gu Sheng Jun dan Xuan Yi bersama. Mengingat keduanya sangat sulit menyesuaikan waktu dengan berbagai kesibukan lainnya. Bahkan bisa dikatakan kepulangan Gu Sheng Jun kali ini karena merasakan sesuatu yang akan segera terjadi. Dan ternyata, benar saja prasangka lelaki itu bahwa Xuan Yi kembali untuk berbincang serius. Setelah itu, Nenek Gu pun benar-benar melenggang pergi meninggalkan meninggalkan keduanya agar kembali berbincang. Sebab, kedatangannya tadi memang ingin memberikan sedikit kue untuk Gu Sheng Jun. Agar lelaki itu bisa menghabiskan banyak waktu di dalam kamar tanpa ada gangguan dari siapa pun.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD