51. Demi-God

1044 Words
Demi menuntaskan segala rasa penasarannya, Xuan Yi pun bergegas menuju kediaman Keluarga Gu untuk segera menemui sang nenek yang ia yakin akan menceritakan semuanya daripada sang kakek hanya memberikan banyak teka-teki tanpa penjelasan sama sekali. Sesampainya di depan kediaman, pemuda berpakaian hanfu khas Keluarga Gu itu tampak terdiam sejenak. Xuan Yi terlihat ragu untuk masuk sampai tanpa sengaja ia melihat seseorang yang sangat dikenalinya. “Bukankah itu Ayah?” gumam pemuda itu sembari mengernyit bingung. Sedangkan dua prajurit yang berjaga di pintu tampak memperhatikan sikap Xuan Yi. Ia terlihat penasaran sekaligus tidak mengerti. Membuat prajurit itu mengerjap pelan membuat Xuan Yi menyadari keberadaan mereka. Tentu saja ia tidak ingin berspekulasi terlalu banyak tenpa memperlihatkan bahwa itu bukanlah yang sebenarnya. “Apa Ayahku ada di sini?” tanya Xuan Yi menatap salah satu prajurit itu dengan penasaran. “Iya, Tuan Muda. Tadi Jenderal Gu menyempatkan datang ke sini sebelum pergi mempertahankan perbatasan,” jawab prajurit tersebut membuat kening Xuan Yi berkerut dalam. “Ada apa dengan perbatasan? Mengapa Ayahku sampai datang ke sana dan bukan menetap di istana?” tanya Xuan Yi secara beruntun. Sontak hal tersebut mengundang tatapan ragu sekaligus bingung dari salah satu prajurit kedimana Keluarga Gu. Memang sebenarnya mereka tidak pernah diberi tahu tentang apa pun yang terjadi. Sehingga untuk menjawab pertanyaan Xuan Yi, rasanya sedikit memberatkan hati. Mengetahui kenyataan itu, Xuan Yi pun lebih memilih untuk tidak mempersulit mereka dan mempertanyakannya langsung pada sang ayah. Kebetulan sekali hubungan mereka berdua sedang tidak membaik. Mungkin ini memang waktu yang pas untuk memperbaikinya. Kemudian, pemuda tampan itu berlari masuk ke dalam mengejar siluet tubuh seseorang yang lenyap di balik pintu salah satu kamar kediaman. Xuan Yi mempercepat pengejarannya menggunakan energi qi. Namun, terlalu cepat menggunakan energi tersebut Xuan Yi sampai tidak bisa menghentikan tubuhnya sendiri hingga tanpa sengaja menabrak pintu kamar yang di dalamnya ada seorang lelaki berkedudukan tinggi. Suara dobrakan yang sukses membuat semua pelayan di dalam itu terkejut. Menampilkan wajah polos tanpa dosa dari Xuan Yi. Pemuda itu mengusap lututnya sendiri akibat tersungkur menabrak pintu kamar. Sedangkan seorang lelaki yang terduduk di tempat tidu dengan pakaian dalam berwarna putih itu mengernyit bingung, lalu mendapati seorang pemuda yang ia kenali. “Xuan Yi?” celetuk Gu Sheng Jun mendapati sang anak di sana. “Maaf, maaf. Tadi aku tidak sengaja menabrak pintu,” sesal Xuan Yi menautkan jemarinya gelisah sembari menunduk dalam. Sontak hal tersebut membuat Gu Sheng Jun mengkode pada beberapa pelayan itu untuk pergi dari kamarnya. Meninggalkan dua orang laki-laki yang memiliki hubungan darah langsung. “Ada apa kau mencariku ke sini, Xuan Yi?” tanya Gu Sheng Jun yang mengetahui maksud dari kedatangan Xuan Yi. Jelas pemuda itu tidak mungkin datang tanpa maksud tertentu. “Ayah, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu,” jawab Xuan Yi dengan ekspresi serius. Terkadang Xuan Yi memang sering memperlihatkan wajah jenaka pada sang ayah, tetapi tindakannya kali ini cukup menarik perhatian. Gu Sheng Jun bahkan langsung menyuruh anak semata wayangnya untuk duduk di meja yang telah disediakan menyambut tamu. Tak lama kemudian, ayah dan anak itu pun duduk saling berhadapan dengan tungku kecil terlihat menyala. Memanaskan teh yang ada di dalam teko sedang terbuat dari tanah liat dengan bagian bawahnya terlihat gosong akibat saking seringnya digunakan. Xuan Yi memiliki etika yang cukup baik dalam menghormati orang lebih tua itu pun mengangkat sebuah canting berukuran kecil dengan air teh panas mengepul terlihat mengisi cekungan yang tidak terlalu dalam tersebut. Dengan gerakan perlahan, pemuda itu menuangkan teh itu dengan sangat berhati-hati. Membuat Gu Sheng Jun hanya memperhatikan tingkah Xuan Yi yang mulai terlihat dewasa daripada usianya sendiri. Mungkin karena dirinya jarang memperhatikan anaknya sendiri sehingga terlihat berbeda jauh ketika Xuan Yi masih kecil. “Jadi, apa yang ingin kau bicarakan, Xuan Yi?” pungkas Gu Sheng Jun sesaat Xuan Yi menyelesaikan kegiatan menuangkan teh ke dalam masing-masing gelas kecil berbahan keramik. “Ayah, aku ingin kau mengatakan yang sejujurnya nanti tanpa ada ditutup-tutupi lagi. Karena aku sudah dewasa dan sudah sewajarnya mengetahui rahasia orang tuaku sendiri,” ucap Xuan Yi dengan pandangan tak gentar sekaligus serius. Tatapan itu membuat Gu Sheng Jun membeku sesaat. Sebab, tatapan Xuan Yi benar-benar mengingatkan dirinya pada seseorang yang pernah bersemayam di dalam hatinya. “Baiklah. Apa yang ingin kau tanyakan?” Gu Sheng Jun memang tidak memiliki pilihan lain, selain menuruti permintaan anak tunggalnya. Karena memang dirinya dan Xuan Yi jarang berkomunikasi membuat suasana sedikit canggung. Xuan Yi merubah posisi duduknya menjadi menekuk kedua kaki yang ia duduki, lalu meletakkan kedua tangannya di pangkal paha dengan membentuk sebuah huruf O yang cukup besar. Kegiatan itu jelas membuat Gu Sheng Jun tersenyum samar. Entah kenapa ia merasa kalau Xuan Yi sangat mirip dengan seseorang dari masa lalu yang pernah singgah di hatinya. “Ayah, ceritakan tentang ibuku. Baik itu asal usulnya, dan bagaimana beliau bisa bertemu denganmu,” pinta Xuan Yi dengan ekspresi serius. Gu Sheng Jun menghela napas pendek, lalu berkata, “Ibumu bernama Dewi Renisia. Dia keturunan dari Klan Iblis yang pernah berperang melawan Klan Manusia dua puluh tahun lalu.” Perkataan lancar tak bercela itu membuat Xuan Yi hampir saja melepaskan bola matanya sendiri. Ia tidak tahu bahwa ibunya selama ini adalah keturunan Klan Iblis. Terlebih darahnya mengalir kental membuat dirinya lahir sebagai manusia setengah iblis. “Dua puluh tahun lalu, aku menjadi seorang komandan di perbatasan Timur bersama ayah dari Xiao Pingjing II, sahabat dekat Ayah yang sekarang sudah mengorbankan nyawanya sendiri untuk keadilan negara,” lanjut Gu Sheng Jun tersenyum miris. “Ayah dan Ibumu bertemu ketika dia tanpa sengaja tertinggal oleh rombongannya sendiri akibat serangan besar dari Tetua Besar Xiao dan Kakekmu. Mereka berdua benar-benar melakukan serangan telak mengakibatkan Dewa Neox turun tangan mengerahkan seluruh tenaganya untuk menyelamatkan sisa-sisa pertempuran, termasuk melupakan putrinya sendiri, yaitu Ibumu,” sambung Gu Sheng Jun dengan napas tercekat. Jujur saja, menceritakan di mana dirinya bertemu dengan wanita itu membuat luka lama Gu Sheng Jun kembali terbuka lebar. Kali ini benar-benar terasa perih sampai tanpa sengaja ia mengepalkan tangannya begitu kuat. “Ibuku putri seorang dewa?” tanya Xuan Yi tidak percaya. “Iya, kau seorang Demi-God, Xuan Yi. Darahmu mengalir kental dengan Klan Iblis sehingga membuat kau bisa mempelajari sesuatu dengan mudah, tapi kau juga bisa membawa bencana bagi klanmu sendiri,” jawab Gu Sheng Jun sekenanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD