91. Musuh Terdekat

1040 Words
Tepat di tanggal penentuan perjanjian perdamaian, Klan Manusia terlihat sibuk mengenakan rompi perang yang begitu gagah berani. Menandakan tidak ada satu pun dari mereka merasa takut akan pertemuan yang menjadi penyatu bagi dua klan berbeda. Di sisi itu, kerajaan Elang ikut menghadiri pertemuan perdamaian tersebut dengan pasukannya. Walaupun ia datang hanya untuk menyaksikan, tetapi pasukan dari Divisi Elit Elang selalu datang mengawasi pergerakan musuh yang sewaktu-waktu bisa berkhianat. Namun, tidak ada yang menyadari bahwa pertemuan itu sudah direncanakan oleh seseorang. Entah apa yang akan terjadi nanti, tidak ada satu orang pun mengetahuinya. “Ta Jun, apa kita harus repot-repot menemani mereka?” tanya salah satu prajurit kerajaannya dengan penasaran. “Jangan banyak berbicara! Kau bisa mengetahuinya nanti dan bukan sekarang,” jawab Ta Jun sedikit kesal mendengarkan sebuah pertanyaan yang tidak penting, Kemudian, lelaki bertubuh besar nan berotot itu pun melenggang pergi membawa senjata pemukul dari tulang hewan yang begitu besar. Di atas kepalanya terpasang mahkota berbahan kayu yang terlihat sangat kokoh. Pakaian yang dikenakan begitu kontras, yaitu kulit hewan yang sudah dikeringkan dan dijahit. Memang bisa dikatakan kerajaan Elang jauh lebih sederhana dibandingkan Kekaisaran Mouyu dan Alam Neox yang sudah memakan beberapa bahan modern, seperti pakaian dibuat dari serat kapas, dan sudah menggunakan berbagai macam perkakas rumah tangga dari besi. Ta Jun terlihat menghampiri Yang Mulia Kaisar. Lelaki paruh baya berpakaian putih dengan aksen keemasan itu pun menoleh mendapati seorang lelaki penghuni hutan yang tersenyum lebar. “Yang Mulia Kaisar, apa kau akan berpakaian resmi seperti itu daripada menggunakan rompi militer? Karena perjanjian ini cukup beresiko,” tanya Ta Jun penasaran. Sejenak Yang Mulia Shen terlihat sedikit terusik akan pertanyaan dari raja yang selama ini menghuni hutan Utara berbatasan langsung dengan Lembah Fengwei. Walaupun mereka saling bermusuhan, tetapi hubungan baik jelas tetap terjaga. Meskipun tidak menutup kemungkinan ada rasa kewaspadaan Yang Mulia Kaisar atas kehadiran salah satu musuh berbahaya yang tidak bisa menjamin kehadiran Ta Jun hanya untuk menemani, bukan memperburuk suasana. “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Yang Mulia Kaisar mengkode pada dayang-dayang istana keluar dari tenda militer yang sudah terpasang selama beberapa hari. Mempersiapkan diri untuk melakukan kerja sama sekaligus demi tercapainya sebuah tujuan rahasia. “Tenang saja, Yang Mulia. Aku datang ke sini bukan untuk berperang denganmu, melainkan menyaksikan perjanjian perdamaian,” jawab Ta Jun tertawa pelan. Sedangkan Yang Mulia terlihat tidak percaya begitu saja. Seorang lelaki paruh baya yang mempunyai nama lengkap Shen Zhen itu pun mendesis pelan. Terkadang sikap kewaspadaannya benar-benar harus diperhatikan. Karena bisa melebihi batas. Seorang jenderal besar yang dihormati banyak orang terlihat masuk ke dalam sembari membawa sebuah gulungan berisi perjanjian perdamaian. Tentu saja acara sakral seperti ini membuat banyak sekali prajurit elit dan prajurit perang yang ditugaskan menjaga kelancaran situasi. “Hormat kepada Yang Mulia Kaisar!” ucap Gu Sheng Jun setengah berlutut sembari membentuk bulatan cukup besar, lalu membungkuk hormat. “Bangkitlah!” titah Yang Mulia Kaisar tersenyum hangat menyambut kedatangan salah satu jenderal yang mendapat kepercayaan dari setiap sikap kebenaran dilakukannya. Memang tidak mudah, apalagi untuk ukuran seorang lelaki yang begitu memiliki banyak bakat terpendam hingga menurun pada anak tunggalnya. “Yang Mulia Kaisar, pertemuan sebentar lagi sudah menunjukkan waktunya. Apa kita bisa keluar untuk mempersingkat waktu?” tanya Gu Sheng Jun mengingatkan perjanjian hari ini yang tidak terlalu pagi dan siang. Yang Mulia Kaisar mengangguk singkat, lalu bangkit dari tempat duduknya. Beliau dibantu oleh penasihat negara yang begitu setia menuntung setiap langkah menuju tempat berdirinya Gu Sheng Jun lengkap dengan pakaian rompi perang. “Bagaimana keadaan di sana?” tanya Yang Mulia Kaisar penasaran. “Jauh lebih baik, Yang Mulia Kaisar. Sudah banyak sekali prajurit Klan Iblis dan Klan Manusia yang memenuhi batu besar,” jawab Gu Sheng Jun tersenyum tipis. Sebenarnya, perjanjian yang akan mereka lakukan adalah di sebuah tempat dulu pernah terjadinya bentrok antara Klan Iblis dan Klan Manusia. Sehingga mengakibatkan banyak sekali kerugian yang tercipta. Salah satunya hubungan bagi kedua klan semakin memburuk. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa Yang Mulia Kaisar cukup terkejut sekaligus tidak percaya ketika mengetahui Klan Ibis benar-benar memutuskan untuk pergi dari tempat tinggalnya sendiri. Kalau ditarik pada time line di mana Klan Iblis begitu makmur, memang sisi dari Klan Manusia terlihat sengsara. Mereka harus mampu bertahan hidup di bawah gentingnya tekanan dari Klan Iblis yang terus-menerus menggunakan kekuatan untuk bertahan hidup. Sehingga lama-kelamaan Klan Manusia pun tidak puas dengan rasa toleransi yang diberikan Klan Iblis seperti menyalahi aturan seharusnya. Dan hal tersebut didukung banyaknya gunjingan panas yang membuat mereka akhirnya merebut bumi dan mengusir Klan Iblis dengan segala banyak cara. Klan Manusia memang terlahir tanpa kekuatan kultivasi apa pun. Lain halnya dengan Klan Iblis yang sudah memiliki kultivasi begitu kuat. Jika Klan Manusia bisa melawan, itu karena mereka berjuang dengan berbagai macam cara mempelajari banyak ilmu kultivasi di akademi yang dulu tersebar di Dataran Qinyuan. Sejenak Yang Mulia Kaisar melangkah didampingi oleh banyak sekali prajurit dan empat komandan di belakangnya membentuk sebuah pagar. Seakan mereka benar-benar melindungi orang nomor satu di Kekaisaran Mouyu. Sedangkan Gu Sheng Jun berjalan di samping kiri Yang Mulia Kaisar pun menatap sekitar dengan tatapan tajamnya. Tentu saja penasihat negara terus mengikuti ke manapun Yang Mulia Kaisar pergi. Tak lama kemudian, mereka pun sampai di sebuah tempat yang menjadi pertengahan antara batu besar tempat perjanjian antara kedua klan berbeda. Gu Sheng Jun melihat ada seorang jenderal gagah seperti dirinya berdiri tepat di samping lelaki paruh baya yang dua puluh tahun lalu pernah menentang hubungan mereka berdua, antara Dewi Renisia dan Gu Sheng Jun. Sedikit merasa beralih pada masa-masa itu membuat Gu Sheng Jun menggelengkan kepalanya singkat. Ia tidak mungkin menggunakan emosi pribadinya untuk segera menyerang klan yang selama ini hampir saja menyesatkan kehidupannya. “Jenderal Gu, apa aku sudah boleh ke sana?” tanya Yang Mulia Kaisar membuat perhatian Gu Sheng Jun kembali terfokus. “Boleh, Yang Mulia,” jawab Gu Sheng Jun mengangguk singkat, lalu ia menatap lurus ke depan. “Yang Mulia Kaisar berjalan menuju batu besar!!!” Suara lantang nan menegaskan dari Gu Sheng Jun itu benar-benar memecahkan keheningan lembah yang menjadi tempat traumatis dirinya dengan seseorang. Meskipun tanpa ada disadari siapa pun Xuan Yi mendadak melihat seorang lelaki yang selama ini mengaku pendekar pada dirinya. “Bukankah itu Shifu?” gumam Xuan Yi antara terkejut dan tidak mengerti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD