45. Sikap Manja

1046 Words
Pengumuman menjadi seorang pemenang dari Kompetisi Bela Diri Tahunan yang akan menjadi pejabat di Kekaisaran Mouyu pun tiba di Akademi Tangyi. Terlihat seorang perdana menteri dan salah satu penjagaan Yang Mulia datang mengantarkan gulungan agung berwarna keemasan. “Xuan Yi, bukankah itu pengumuman dari pertandinganmu kemarin?” celetuk Shen Jia saat tanpa sengaja matanya menangkap rombongan istana yang datang. Sejenak Xuan Yi mengalihkan pandangannya dari barang bawaan Shen Jia yang baru saja dari pasar. Gadis itu memang berkeinginan untuk membeli banyak cemilan agar tidak kelaparan ketika malam tiba. “Aku tidak tahu, tapi pasti akan ada pengumuman nanti,” balas Xuan Yi menggeleng pelan. Kemudian, keduanya pun kembali melangkah menuju kamar kediaman yang berada jauh di belakang. Mereka berdua terlihat sangat akur untuk ukuran seorang teman kamar berbeda jenis kelamin. Sedangkan Guru Xuaming menerima pengumuman tersebut dengan begitu hormat. Tidak ada yang bisa menebak pilihan Yang Mulia Kaisar tentang pemenangan kompetisi kemarin. Sebab, semua begitu rahasia dan hanya Yang Mulia Kaisar menuliskannya sendiri. Bahkan pengikut dan penasihatnya pun tidak tahu. “Gulungan pengumuman dari Yang Mulia,” ucap seorang lelaki berpakaian perdana menteri terhormat di Kekaisaran Mouyu. Guru Xuaming menunduk hormat dengan menerima gulungan tersebut melebihi kepalanya sendiri, lalu memegang menggunakan dua tangannya dengan begitu memperhatikan tindakan dan setiap perlakukan kerajaan yang penuh sopan santun. Setelah itu, perdana menteri tersebut melenggang pergi menggunakan kereta kuda yang lengkap diiringi beberapa rombongan kerajaan membuat Guru Xuaming mengantarkan mereka semua sampai hilang dari penglihatan mata. Sementara itu, Tetua Besar Xiao, dan Master Kultivasi Gu terlihat begitu bersemangat melihat gulungan tersebut datang ke arah mereka membuat Guru Xuaming dan beberapa guru-guru kecil lainnya ikut mendekat. Dalam keadaan sunyip senyap itu pun Tetua Besar Xiao membuka gulungan tersebut dan melihat sebuah nama di sana. Sejenak lelaki paruh baya itu menghela napas panjang membuat Master Kultivasi Gu merasa penasaran. “Siapa pemenangnya, Tetua Besar Xiao? Kenapa kau terlihat kecewa seperti itu?” tanya Master Kultivasi Gu. “Aku belum melihatnya. Tapi, apa tidak sebaiknya kita melakukan ini di depan murid-murid?” jawab Tetua Besar Xiao merasa tidak setuju akan permintaan guru-guru di sana. “Aku yang akan mengumpulkan mereka semua,” usul Guru Xuaming bangkit dari tempat duduknya membuat beberapa guru di sana tampak mengangguk. Tanpa pikir panjang seorang guru lelaki paruh baya itu pun melenggang pergi keluar dari ruangan yang menjadi tempat istirahat sekaligus mengajar dari beberapa guru lainnya, termasuk Master Kultivasi Gu. Walaupun lelaki paruh baya itu sering bermeditasi di pavilium dekat danau. Karena selain jaraknya lumayan jauh, tempat itu memang dikhususkan oleh para guru untuk Master Kultivasi Gu melakukan berbagai aktivitasnya agar tidak terganggu. Meskipun Master Kultivasi Gu menjadi seorang guru di sini dan ada Xuan Yi sebagai cucunya menjadi murid. Mereka berdua jelas jarang sekali bertemu. Sebab, Xuan Yi memang sering melewatkan banyak pelajaran kultivasi dan memilih untuk memperdalam ilmu memanahnya. Sehingga ia akan lebih sering bersama Guru Xuaming. Sedangkan Tetua Besar Xiao sesekali mengajarkan pada murid Akademi Tangyi mengenai cara melakukan pemanahan sesuai dengan kehendak tubuh, bukan mengikuti arah angin. Terdengar suara dentuman pelan sekaligus dalam mengejutkan seisi Akademi Tangyi. Hal tersebut membuat murid yang tengah sibuk membersihkan kamar mereka pun berlarian ke sana-kemari untuk segera menyelesaikannya. Sebab, mereka tahu bahwa ketika suara lonceng agung dipukul, maka ada pertemuan penting yang harus dihadiri. Sedangkan Xuan Yi dan Shen Jia yang mendengar suara tersebut saling bertatapan. “Sepertinya ini yang kita lihat tadi, Xuan Yi,” ucap Shen Jia mengangguk beberapa kali. “Kau benar. Pengumuman pemenang sudah ada di sini dan kita harus segera melihatnya,” balas Xuan Yi menepuk-nepuk tangan yang kotor akibat debu. Karena mereka berdua memang sedang membersihkan ruang tamu, dengan Sang Qi dan Chang Qi membersihkan kamar sekaligus merapikan beberapa pakaian kering. “Kalau begitu, kau panggil Chang Qi untuk berangkat bersama!” titah Shen Jia bangkit dari berlututnya membersihkan berbagai pernak-pernik hiasan kamar kediaman. Tidak ingin menolak, Xuan Yi pun bangkit dari tempat duduknya. Kemudian, ia melenggang pergi masuk ke dalam kamar yang pintunya tertutup rapat. Padahal di dalam hanya ada Chang Qi yang sibuk membereskan pakaian, tetapi rasanya seperti ada orang lain saja di sana. Sejenak Xuan Yi memperhatikan Chang Qi tengah sibuk melipat beberapa pakaian luar yang menjadi seragam Akademi Tangyi. Pemuda tampan berwajah datar itu mengangkat kepalanya saat mendengar suara pintu terbuka. “Apa kita disuruh berkumpul?” tanya Chang Qi menatap pada majikannya dengan penuh. Xuan Yi mengangguk. “Iya. Kita harus bergegas, jadi kau tidak perlu merapikan banyak pakaian lagi. Karena kita semua harus segera bergegas ke sana.” Mendengar hal tersebut, Chang Qi pun menyetujui ucapan Xuan Yi. Kemudian, pemuda tampan nan gagah itu meletakkan dengan hati-hati pakaian yang telah ia lipat dengan rapi di atas tempat tidur. Sedangkan Shen Jia yang menunggu keduanya dari luar pun langsung tersenyum merekah. Ternyata Xuan Yi benar-benar melakukan yang terbaik. Buktinya sudah tidak perlu menunggu lagi mereka berdua sudah keluar dari sarang. “Ayo, cepat kita harus segera ke balai pertemuan!” ajak Shen Jia membuka pintu kamar kediaman. Terlihat dari kejauhan sudah banyak sekali murid yang melangkah menuju keluar tempat di mana balai pertemuan dilaksanakan, termasuk pengumuman pemenang dari kompetisi tersebut. Sedangkan Xiao Pingjing yang melihat Xuan Yi baru saja keluar dari kamar pun berlari, lalu berseru, “Xuan Yi, tunggu aku!” Langkah ketiganya langsung terhenti ketika mendengar suara seseorang yang tidak terdengar asing. Kemudian, secara bersamaan mereka membalikkan tubuh dan mendapati seorang pemuda tengah berlari. Tentu saja Shen Jia yang menyadari pemuda tersebut adalah Xiao Pingjing. Sebab, terlihat tidak asing dari cara berpakaian dan berlarinya yang begitu khas. Membuat siapa pun bisa menebaknya dengan baik. “Aku pikir kau sudah berada di sana tadi,” ucap Xuan Yi saat sahabatnya sudah merangkul pundaknya kelelahan dengan napas tersenggal-senggal. “Belum. Aku tadi sedang mandi di danau, lalu terburu-buru ke sini ketika mendengar suara lonceng agung berbunyi,” balas Xiao Pingjing menggeleng pelan, lalu memeluk tubuh sahabatnya agar tidak terlalu lelah. Sedangkan Chang Qi yang melihat hal tersebut hanya menggeleng tidak percaya. Ia memang sering kali melihat Xiao Pingjing begitu manja ketika bersama Xuan Yi. Akan tetapi, tidak membuatnya seperti itu pada sembarangan orang. Bahkan untuk ukuran Shen Jia pun Xiao Pingjing masih merasa canggung. Dan hanya dengan Xuan Yi saja ia merasa benar-benar bebas tanpa memedulikan apa pun yang ada di sekitarnya. Sekalipun dirinya akan terkena masalah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD