46. Penuh Haru

1056 Words
Salah seorang murid Akademi Tangyi melihat sebuah gulungan khas dari istana pun langsung mengangkat tangannya tinggi-tinggi membuat asisten guru yang melihat hal tersebut mengalihkan perhatiannya. “Katakan!” titah Guru Xuaming membuat murid tersebut menurunkan tangannya kembali. “Shifu, apa gulungan itu adalah nama pemenang kompetisi kemarin?” tanya murid tersebut terang-terangan. Sontak hal tersebut membuat murid lainnya langsung mengikuti arah pandangan menuju gulungan besar yang ada di atas meja. Terlihat sama sekali belum dibuka meskipun pembungkusnya sudah tidak terpasang dengan rapi. “Iya, sekarang kita akan mengumumkannya siapa diantara kalian yang menjadi pemenang,” jawab Guru Xuaming mengangguk pelan. Tentu saja hal tersebut membuat para murid laki-laki langsung menatap penuh semangat. Karena di Akademi Tangyi mempunyai dua kandidat yang sama hebatnya, walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa Yang Mulia Kaisar sendiri yang memilihnya secara langsung. Berdasarkan kemampuan dan kecakapan para pendekar setelah apa yang dikompetisikan. Sebab, pemilihan pemenang memang tidak ada campur tangan dari pihak manapun. Dan benar-benar Yang Mulia Kaisar sendiri. Sejenak Tetua Besar Xiao pun maju sembari membawa gulungan besar tersebut yang sudah berisikan kandidat pemenang dari Kompetisi Bela Diri Tahunan. Lelaki paruh baya itu terlihat menatap satu per satu sekaligus cucunya sendiri yang berdiri tepat di belakang Xuan Yi. “Di dalam nama ini akan ada satu orang terpilih yang diharuskan menghadap pada Yang Mulia Kaisar. Jadi, tepat ketika nama ini disebutkan, maka siapapun itu, dia orangnya. Tidak boleh ada siapapun yang merasa iri. Meskipun kalian bisa jadi lebih pintar daripada orang tersebut,” celoteh Tetua Besar Xiao sembari membuka gulungan tersebut yang dibantu oleh Guru Xuaming. Kemudian, gulungan yang berisi nama kandidat pemenang kompetisi pun sudah terbuka menampilkan sederetan nama murid laki-laki membuat Guru Xuaming mengangguk pelan. Sedangkan Tetua Besar Xiao tersenyum tipis. Guru Xuaming menatap satu per satu kandidat kemarin yang sudah ada di balai pertemuan, lalu berkata, “Gu Xuan Yi, selamat atas kemenanganmu!” Sontak hal tersebut membuat sang pemilik nama langsung terdiam membeku sampai pukulan yang ada di pundak menjadikan pemuda tersebut kembali tersadar pada alam nyatanya. “Selamat, Xuan Yi! Kau luar biasa,” puji Shen Jia bertepuk tangan penuh keceriaan. Xuan Yi masih tidak menyangka pun hanya menganga bingung sekaligus tidak mengerti. “Apa aku benar-benar menjadi pemenang?” “Tentu saja kau menjadi pemenangnya!” sahut Xiao Pingjing tertawa bahagia, lalu pemuda itu pun merangkul Xuan Yi dari belakang. Shen Jia yang melihat hal tersebut pun langsung bersorak kesenangan, lalu melirik ke arah beberapa pemuda lainnya. Para pemuda itu terlihat menatap sinis pada Xuan Yi yang menjadi pemenang. Seorang gadis cantik terlihat mendekat, lalu tersenyum manis sembari mengulurkan tangannya ke arah Xuan Yi. “Selamat, Xuan Yi. Kau benar-benar bekerja keras untuk mengalahkan mereka semua.” Melihat hal tersebut Xuan Yi terdiam sejenak sampai ia hendak membalas jabatan tangan itu, tetapi kalah cepat dengan Shen Jia yang sudah menerimanya senang hati. “Terima kasih, Han Yuri,” ucap Shen Jia tersenyum manis. Tentu saja hal tersebut membuat Xiao Pingjing tersenyum geli sekaligus tidak percaya pada tindakan tidak terduga dari Shen Jia yang menurutnya sangat berani. Namun, wajah kesal sekaligus masam terlihat jelas dari Han Yuri yang langsung melepaskan jabatan tangannya, lalu melenggang pergi dari sana. Sedangkan Shen Jia hanya tersenyum polos tanpa dosa. “Kenapa kau melakukan seperti tadi?” tanya Xiao Pingjing penasaran. Ia tidak tahu kalau teman masa kecilnya begitu berani dan berterus terang. “Aku tidak suka dengan caranya berteman,” jawab Shen Jia jujur. “Apa yang membuatmu tidak suka?” tanya Xuan Yi mengernyit bingung. “Dia mendekatiku hanya ingin mendapatkan banyak teman sekaligus menjadi popular ketika bersama dengan kalian berdua. Jelas aku akan membenci orang-orang munafik seperti itu,” jawab Shen Jia mendengkus pelan. Akan tetapi, diam-diam hal itu mengundang tatapan geli dari Chang Qi mendengar perkataan Shen Jia selalu saja jujur dalam hal apa pun. “Jadi, sekarang kau sudah paham arti pertemanan sesungguhnya?” celetuk Xiao Pingjing dengan nada mengejek. “Ya ... sedikit aku mengerti persahabatan suci kalian,” balas Shen Jia tertawa pelan, lalu kembali menatap ke arah depannya yang terlihat lelaki paruh baya tengah bercakap-cakap ria. Tetua Besar Xiao melihat hal tersebut langsung berdeham pelan. Ia bisa menyaksikan banyak sekali pasang mata yang tidak menyukai Xuan Yi. Mungkin karena cara masuk pemuda itu berbeda dan menyembunyikan identitasnya begitu rapat. “Xuan Yi, kau bisa maju ke depan mengambil gulungan untuk memenuhi permintaan Yang Mulia Kaisar,” ucap Tetua Besar Xiao. Sejenak pemuda itu terlihat ragu sekaligus gugup maju ke depan membuat Shen Jia mendorong pelan sembari memberikan semangat pada Xuan Yi. Tentu saja hal itu diikuti Xiao Pingjing dan Chang Qi. Setelah dirasa cukup tenang, Xuan Yi pun langsung maju ke depan. Membuat Tetua Besar Xiao tersenyum lebar. Ia kecewa sama sekali meskipun cucunya tidak menang dalam pertandingan ini. Sebab, pilihan dari Yang Mulia Kaisar jelas tidak ada yang salah. “Terima kasih, Tetua Besar Xiao,” balas Xuan Yi mengambil gulungan tersebut dengan kedua tangannya. Kemudian, pemuda itu pun kembali turun sembari membawa gulungan tersebut dengan terus memegangnya berhati-t*i. Ia tidak ingin membuat kesalahan apa pun karena bisa menimbulkan banyak pihak yang tersinggung. Apalagi tidak sedikit murid di sini tidak menyukai dirinya. Sesampainya Xuan Yi membawa gulungan tersebut, Xiao Pingjing langsung membantunya menggulung bersama Chang Qi. Sedangkan Xuan Yi tidak bisa melunturkan senyumannya melihat nama terukir di sana lengkap dengan marga yang beberapa hari ini baru terungkap. Sebenarnya tidak ada yang salah ketika Xuan Yi menyembunyikan identitas. Sebab, ia melakulan hal tersebut untuk kebaikannya sendiri. Namun, sedalam apa pun bangkai terkubur, pasti akan tercium juga. Sehingga pemuda itu tidak bisa melakukan apa pun, selain pasrah terhadap kenyataan yang begitu menampar dirinya. “Aku bangga padamu, Xuan Yi,” ucap Xiao Pingjing tersenyum tulus. “Kau benar-benar membuktikan bahwa tidak ada keturunan gagal di Keluarga Gu sekaligus memberi tahu Ayahmu bahwa kau bisa berkembang dengan baik. Tanpa dukungannya sekalipun.” “Semangat, Xuan Yi! Hidupmu akan jauh lebih berharga setelah ini. Karena kau baru saja mendapatkan kepercayaan dari Yang Mulia Kaisar,” sahut Shen Jia tersenyum lebar. “Tuan Muda, sudah waktunya menunjukkan bakatmu pada semua orang yang meremehkanmu. Aku akan tetap ada di sampingmu untuk memberi banyak dukungan,” timpal Chang Qi dengan manis. Sontak hal tersebut membuat Xuan Yi merasa terharu. Lantas, ia pun memeluk mereka semua. Tak lupa Shen Jia ia rangkul bersamaan dengan Chang Qi yang ikut membalas tersenyum lebar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD