18. Yang Mulia

1021 Words
Sedangkan Shen Jia yang tidak menyangka keduanya berada di sini pun ikut mendelik tidak percaya. Tentu saja ia sama terkejutnya dengan mereka. Sesaat Chang Qi yang tersadar pun langsung mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu berkata, “Kenapa kalian berdua ada di sini? Apa kita mengganggu?” Xuan Yi berada di belakang penjaganya itu langsung menepuk dahi pelan, lalu meringis ketika mendengar ucapan absurd yang keluar begitu lancar. Dengan polos Xiao Pingjing menggeleng, lalu membalas, “Sejak kapan kalian ada di sana?” “Sejak kau bilang Shen Jia itu Youlan Qing Qu,” sindir Xuan Yi melangkah melewati Chang Qi, lalu membungkuk hormat pada seorang gadis yang terlihat sedikit kaku. Sontak hal tersebut membuat Shen Jia meringis pelan. Identitasnya sudah terbongkar. Membuat semua orang pasti sebentar lagi akan mengetahui dirinya yang ternyata adalah seorang putri. “Jangan terlalu kaku padaku, Xuan Yi. Bersikap biasa seperti kemarin jauh lebih baik,” keluh Shen Jia melemparkan tatapan kesal pada Xiao Pingjing. Namun, pemuda itu tampak menatap polos seakan tidak tahu apa pun membuat Chang Qi mengangguk beberapa kali. Akan tetapi, tidak ada yang tahu bahwa jauh dari dalam lubuk hatinya merasa sangat canggung. Setelah itu mereka berempat pun duduk melinkar menikmati alang-alang yang bertiup cukup keras membuat beberapan diantaranya tampak terhuyun sebelum akhirnya bangkit kembali. “Sudah lama sekali rasanya kita tidak seperti ini, Xuan Yi,” celetuk Xiao Pingjing merebahkan tubuhnya dengan kedua tangan sebagai bantalan. Sedangkan Shen Jia terlihat menekuk kedua kakinya, lalu membuat sesuatu yang aneh dari alang-alang sekitarnya. Dan Chang Qi malah terlihat sibuk menjemur pakaian di atas alang-alang yang berada di sebelah kiri dari mereka membuat angin semakin bertiup cukup keras. “Aku ingat ketika kita masih berusia sepuluh tahun dan menikmati masa kecil yang begitu indah,” timpal Xuan Yi tertawa pelan. “Iya, aku ingat! Hari itu di mana Chang Qi dihukum berat bersamamu karena sudah berani kabur dari kediaman,” balas Xiao Pingjing tertawa geli. “Itu gara-gara kau yang mengajakku untuk pergi ke Festival Pertengahan Musim Gugur dan membeli banyak sekali kue bulan hingga membuatku hampir ditahan oleh Ayahku sendiri,” sinis Xuan Yi masih mengingat betapa menyebalkannya Xiao Pingjing ketika mereka masih anak-anak. “Tapi, kau langsung membalasku, Xuan Yi,” bela Xiao Pingjing tidak terima. Xuan Yi menoleh sesaat. “Aku akui, aku memang membalasmu ketika Festival Musim Semi tiba, yaitu aku mengambil semua pangsit yang ada di dalam mangkukmu hingga tal tersisa.” “Dan jangan lupakan, aku menebak banyak teka-teki untuk mengambil lampion malah kau yang mengambilnya,” timpal Xiao Pingjing kesal. Sedangkan Chang Qi yang mendengarkan obrolan mereka berdua pun memilih untuk diam, lalu sesekali menatap ke arah lain. Ia memang tidak terlalu suka berbincang ketika diam pun tidak menjadi masalah. “Tapi, kau harus ingat kalau Ayahku membawakan untukmu lampion yang sangat banyak. Bahkan aku yang menjadi anaknya pun tidak pernah dibelikan,” sungut Xuan Yi benar-benar merasa iri pada sang ayah yang begitu membedakan dirinya. Padahal sang kakek begitu menyayangi dirinya karena satu-satunya cucu dari Keluarga Gu. Mengingat seluruh paman Xuan Yi sudah gugur di medan perang dulu. Sedangkan para bibi memutuskan untuk ikut berperang hingga berakhir sama. Memang diantara keturunan Gu, hanya Xuan Yi satu-satunya generasi penerus yang tidak diperbolehkan mempelajari seni bela diri mana pun. Dan berkat kegigihannya, Kakek Gu pun memberikan kelonggaran terhadap pemuda tampan itu untuk mempelajari apa yang sudah menjadi garis kehidupannya. Hanya saja memang ada beberapa larangan yang tidak boleh Xuan Yi langgar. Salah satunya adalah berurusan dengan Klan Iblis seperti dikatakan oleh Guru Xuaming lagi. sehingga Xuan Yi bisa dikatakan hanya pernah melihat mereka beberapa kali saja. Shen Jia menyadari hari begitu terik pun berkata, “Kita harus kembali. Hari sudah semakin terang dan kita harus melapor pada asisten guru agar tidak mendapat masalah.” “Kau benar!” balas Xiao Pingjing bangkit dari rebahannya, lalu membantu Shen Jia berdiri membuat tatapan curiga terlihat dari Xuan Yi. “Chang Qi,” panggil Xuan Yi tanpa mengalihkan perhatiannya pada Xiao Pingjing. “Ada apa, Tuan Muda?” tanya Chang Qi menghampiri pemuda tersebut sembari membawa baskom yang sudah berisikan pakaian cukup kering. “Nanti aku memerlukan bantuanmu,” jawab Xuan Yi tersenyum iblis membuat Xiao Pingjing yang sudah menebak rencana teman dekatnya itu pun menghela napas kesal. “Baiklah! Nanti akan aku ajak kau mengeliligi Chang’an,” sahut Xiao Pingjing membuat Chang Qi menoleh bingung. Sedangkan Shen Jia yang sudah melangkah lebih dulu kembali berbalik menatap ketiga pemuda tersebut. Mereka terlihat belum beranjak sama sekali. “Hei, pemuda! Ayo, cepat jalan,” seru Shen Jia sedikit kesal. Tanpa mengatakan apa pun lagi, ketiga pemuda itu pun langsung menyusul langkah Shen Jia, dan secara bersama-sama kembali ke Akademi Tangyi. Tentu saja mereka semua hendak ke pasar untuk membeli beberapa perlengkapan untuk pesta nanti malam. Sebab, pada saat penerimaan kemarin Akademi Tangyi mereka memang belum sempat melakukan pesta sehingga para guru sudah menetapkan bahwa hati ini tepat selesai membersihkan diri. Semua murid Akademi Tangyi harus datang ke Pavilium Penglai untuk melakukan pesta penerimaan murid baru. Hal tersebut membuat Xuan Yi merasa sedikit tidak percaya dari setiap tempat yang ada di sini mengharuskan Pavilium Penglai. Padahal masih banyak restoran lain jauh lebih baik daripada pavilium serba merah tersebut. Kini keempatnya sudah tiba di depan pintu Akademi Tangyi dengan pintu besar tersebut dibuka lebar membuat Xuan Yi dan Chang Qi melangkah bersamaan masuk ke dalam, lalu menatap sekeliling dengan pandangan bingung. “Ke mana semua orang?” tanya Xuan Yi bingung. “Sepertinya mereka sudah ke Pavilium Penglai,” jawab Xiao Pingjing membuat Shen Jia mengernyitkan keningnya bingung. Namun, sedetik kemudian gadis itu melihat seorang dayang yang berlari ke arahnya. Membuat Shen Jia langsung memisahkan diri dan menatap dayang tersebut dengan cemas. “Ada apa Mimi?” tanya Shen Jia memegang pundah dari dayang tersebut. “Xiao Jie, tadi Yang Mulia datang ke sini,” jawab dayang bernama Mimi itu dengan napas tersenggal-senggal. “Mengapa Ayahku datang ke sini lagi?” gumam Shen Jia bingung. Sedangkan Xiao Pinging yang tanpa sengaja mendengar gumaman gadis itu langsung mengernyit bingung. “Lagi?” beo Xiao Pinging menatap Shen Jia dengan pandangan yang sulit diartikan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD