66. Kekhawatiran Sang Ibu

1062 Words
Dan benar saja, tepat ketiga hari Xuan Yi berada di Akademi Tangyi. Ia mendengar bahwa Murid Li sedang melakukan mediasi bersama asisten guru, Tetua Besar Xiao, dan Master Kultivasi Gu untuk membicarakan hal yang telah dilakukan oleh keluarganya, termasuk pemuda itu sendiri. Sedangkan Shen Jia mendengar hal tersebut hanya diam tak bersuara apa pun, karena ia telah mengetahui semua berita itu melalui Sang Qi yang sering kali membawa berita dari istana. “Apa Murid Li benar-benar dikeluarkan?” tanya Shen Jia pada punggung tegap yang membelakanginya tengah menatap lurus ke depan. “Sepertinya iya karena masalah korupsi ini tidak bisa dianggap ringan. Apalagi sudah banyak warga yang menjadi korban dari Keluarga Li,” jawab Xuan Yi membalikkan tubuhnya sembari melipat kedua tangan di depan da*da. “Aku pikir ini memang sebanding dengan apa yang telah dia lakukan, Xuan Yi. Salah satunya adalah selalu merasa iri padamu yang jelas-jelas merupakan keluarga kultivasi terpandang,” ucap Shen Jia mengangkat bahunya acuh tak acuh. “Perkiraan kau salah, Shen Jia. Murid Li hanya merasa bahwa guru di sini terlalu memperhatikanku sampai tidak ada tempat untuk dia mencari wajah,” ralat Xuan Yi menghela napas panjang. Setelah itu, keduanya pun terdiam membisu sembari menatap halaman depan kamar kediaman yang tampak kosong. Bisa ditebak para murid sedang berbincang di kamar masing-masing. Apalagi saat ini sedang gempar dengan berita Murid Li yang hendak dikeluarkan. Namun, pandangan mereka berdua langsung mengarah pada sesosok pemuda yang baru saja melompat dari tembok Akademi Tangyi sembari membawa sesuatu di tangannya. Tentu saja sebagai kamar paling belakang yang hampir berdampingan dengan danau membuat Xuan Yi dan Shen Jia bisa keluar-masuk tanpa harus merasa khawatir jika ketahuan oleh asisten guru. “Tuan Muda, ini manisan jeruk yang kau minta tadi,” ucap Chang Qi memberikan sebuah bungkusan kertas lumayan besar pada Xuan Yi. “Apa Nenekku mengatakan sesuatu?” tanya Xuan Yi menatap bungkusan tersebut dengan tatapan berseri-seri. “Nyonya Gu sedang tidak ada di kediaman,” jawab Chang Qi menggeleng. Mendengar nenek kesayangannya tidak ada membuat Xuan Yi menghela napas panjang. Kemudian, ia menoleh ke arah Shen Jia yang terlihat sibuk memperhatikan perbincangan mereka berdua. “Apa kau mau manisan jeruk kering ini? Sama seperti terakhir kali aku berikan padamu,” tawar Xuan Yi membuat Chang Qi menukikkan alisnya penasaran. Akan tetapi, pemuda tampan yang menjadi penjaga Xuan Yi itu pun melenggang masuk dengan membiarkan mereka berdua tetap berada di teras. Karena dirinya hendak beristirahat setelah melakukan perjalanan lumayan jauh dengan menunggangi kuda milik Akademi Tangyi. Tentu saja Chang Qi meminjam kuda tersebut secara diam-diam agar tidak menimbulkan kecurigaan yang berlebihan. Mengingat Akademi Tangyi sedang genting akibat ulah Murid Li dan keluarganya. “Benarkah? Aku mau!” balas Shen Jia bersemangat. Kemudian, Xuan Yi pun membelah kertas besar yang ada ditangannya menjadi dua untuk membagi manisan jeruk kering khas keluarganya untuk Shen Jia. Sebab, gadis itu sering mengalami sakit perut tak tertahankan ketika sedang datang bulan. “Ini untukmu,” ucap Xuan Yi memberikan manisan jeruk kering kepada Shen Jia. “Terima kasih, Tuan Muda Gu,” balas gadis itu tersenyum manis membuat Xuan Yi mendesis pelan. “Ada maunya saja kau bersikap manis padaku.” Tanpa memedulikan perkataan Xuan Yi, gadis cantik berpakaian mewah itu pun melenggang masuk ke dalam sembari membawa bungkusan berisikan manisan jeruk kering yang baru saja diberikan dari Xuan Yi. Sedangkan pemuda tampan itu hanya menggeleng pelan dan ikut masuk ke dalam untuk menaruh pemberian Chang Qi tadi. Karena sehabis ini dirinya masih ada pelatihan yang belum terselesaikan membuat Xuan Yi harus segera menuju pavilium mengambang. Sementara itu, di sisi lain tepat di Alam Neox terlihat seorang lelaki paruh baya yang terlihat tidak asing tengah berdiam diri bersama seorang wanita cantik tengah melakukan pengamatan melalui ruang terawang milik Dewi Renisia. “Primus, bagaimana kabar Xuan Yi?” tanya Dewi Renisia saat dirinya tengah melakukan beberapa pengamatan terhadap situasi Alam Neox. “Meningkat jauh lebih pesat daripada perkiraan, dan sekarang Xuan Yi sedang membantu Kekaisaran Mouyu untuk memberantas para penjilat,” jawab Primus membuat wanita cantik berpakaian serba putih itu mengernyit bingung. “Mengapa dia melakukan hal berbahaya seperti itu, Primus? Aku menjadi cemas.” “Jangan khawatir, Dewi Renisia. Xuan Yi tidak terluka sama sekali. Karena ada Jenderal Gu Sheng Jun yang sudah mengambil semua kasus para penjilat itu. Agar Xuan Yi bisa kembali ke Akademi Tangyi dan tidak mengganggu pembelajarannya di sana.” Sejenak Dewi Renisia termenung mendengar nama suaminya yang sudah lama sekali tidak terlihat. Sejak dirinya kembali dengan paksaan orang tua dan tidak mengizinkan dirinya untuk berkunjung. Bahkan hanya untuk melihat perkembangan Xuan Yi pun harus melalui Primus. Untung saja penjaganya itu sama sekali tidak mengatakan hal apa pun pada Dewa Neox. Sehingga sampai detik ini tidak ada yang mengetahui bahwa diam-diam Dewi Renisia berhubungan dengan Xuan Yi. Meskipun harus melalui Primus yang menyamar menjadi pendekar sekaligus guru bagi pemuda itu. “Apa dia baik-baik saja?” tanya Dewi Renisia dengan napas tercekat. Rasanya begitu sesak mengingat betapa frustasinya Gu Sheng Jun ketika ia tinggalkan dulu. “Jenderal Gu sempat menentang Xuan Yi dengan sangat keras, Dewi,” jawab Primus menghela napas berat. “Mengapa?” tanya Dewi Renisia terkejut. “Karena Jenderal Gu tidak ingin kalau perkataan Dewi di masa lalu akan terjadi, yaitu Xuan yi benar-benar akan merubah kehidupan bagi dua klan,” jawab Primus. Seketika Dewi Renisia kembali teringat akan perkataan sebelum dirinya benar-benar pergi. Ternyata sang suami masih saja mengingat perkataan tersebut. Walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa apa yang dikatakannya akan terjadi. Karena kemampuan Xuan Yi mencakup dua klan berbeda. Klan iblis yang sejak lahir sudah memiliki kekuatan, dan klan manusia tak mengenal rasa lelah. Sehingga wajar saja jika nanti kemampuan Xuan Yi akan berada di atas rata-rata mengingat bagaimana pesatnya keahlian bela diri anak yang dikandungnya ketika mempelajari sesuatu dengan begitu serius. Meskipun tidak menutup kemungkinan meningkatnya kekuatan akan membuat Xuan Yi semakin tidak terkendali. Apalagi saat pemuda itu kehilangan kesabaran. Mungkin akan mempengaruhi kemampuannya juga sebagai Klan Iblis. Mendadak kekhawatiran membuat Dewi Renisia terdiam sesaat. Sedangkan Primus tersenyum penuh maklum melihat ekspresi majikannya yang benar-benar mencemaskan keadaan Xuan Yi. Apalagi pemuda itu belum melihat sang ibu sama sekali. “Jangan mencemaskan Xuan Yi, Dewi Renisia. Karena aku akan selalu ada di saat genting untuknya. Agar kekuatan tersembunyi yang ada di dalam dirinya tidak menguar begitu saja. Apalagi sampai kehilangan kesadarannya,” ucap Primus seakan mengetahui isi pikiran Dewi Renisia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD