48. Dua Klan Satu

1052 Words
Semenjak menjadi pemenang sekaligus bermusuhan dengan sang ayah, Xuan Yi pun lebih banyak menghabiskan waktu di dalam Akademi Tangyi. Berlatih memperdalam ilmu kultivasi dan kemampuan panahannya yang mulai meningkat begit cepat. Kini seorang pemuda berpakaian elegan berwarna merah itu tampak melakukan meditasi di pavilium mengambang dekat danau yang pernah ia gunakan bersama ketiga orang terdekatnya, termasuk Chang Qi. Sebenarnya ia datang ke sini bukan hanya untuk menghabiskan banyak waktu untuk berlatih seorang diri, sedangkan Chang Qi dibiarkan berlibur selama satu hari. Sebab, Xuan Yi masih berada di lingkungan Akademi Tangyi. Sehingga pemuda itu tidak harus berada di sisinya. Karena sedikit menyebalkan jika diikuti secara terus-menerus. Apalagi sampai menginginkan waktu sendiri pun terus diikuti. Tentu saja hal tersebut membuat Xuan Yi merasa meliburkan Chang Qi adalah pilihan yang terbaik. Kini seorang pemuda tampan mengenakan pakaian hanfu khas keluarganya itu pun terlihat duduk bersila sembari meletakkan kedua tangannya pada lutut masing-masing dengan napas yang berangsur pelan. Ia berusaha menenangkan tubuhnya agar bisa mendapat kultivasi yang diinginkan. Memang Xuan Yi sering kali mendapatkan pelajaran mengenai peningkatan kultivasi oleh Kakek Gu. Tentu saja pemuda itu tidak harus didampingi oleh seorang guru. Sebab, ia sudah sering kali melakukannya sendiri. Sejenak cahaya berwarna merah terang itu tampak menguar dengan diikuti angin menerbangkan dedauanan kering yang berjatuhan. Membuat detik jam bagaikan tertahan saat pemuda itu menahan napasnya selama beberapa waktu. Kemudian, pemuda itu tampak menutup matanya seiring dengan kekuatan besar tampak bermunculan. Sampai tiba-tiba tubuh pemuda itu terangkat membuat Xuan Yi duduk mengambang dengan kaki yang tetap pada posisi sama. Sebagai seseorang yang melakukan kultivasi cukup besar, Xuan Yi jelas merasakan sebuah energi aneh berada dari dalam tubuhnya mendadak terangkat begitu saja. Ia bisa mengetahui bahwa akan ada sesuatu aliran panas yang seakan bisa membakar tubuhnya sendiri. Aliran panas itu perlahan naik seiring dengan kedua kakinya mulai memerintahkan untuk melakukan penggunaan energi qi. Tubuh Xuan Yi pun langsung melayang bebas dengan membobol atap pavilium mengambang tersebut. Terlihat sebuah kepakkan aneh bergerak tepat di belakang tubuh Xuan Yi membuat pemuda itu membuka matanya secara perlahan. Namun, pandangan pemuda itu langsung mengarah pada bagian tubuh belakangnya yang terasa aneh. Xuan Yi hampir saja terjatuh akibat jantungnya yang terasa berhenti berdetak ketika melihat sesuatu asing tumbuh di belakang tubuh membentuk sebuah sayap begitu besar berwarna putih. “Apa ini!?” seru Xuan Yi mendelik tidak percaya. Sejenak pemuda itu menatap sekeliling yang terlihat sepi. Hal tersebut membuat Xuan Yi menghela napas lega, lalu mulai menelisik tubuhnya sendiri yang semakin lama semakin menunjukkan keanehan sebagai seorang manusia. Dengan gerakan lembut, Xuan Yi pun mendarat seiring dengan kedua sayap besar itu menghilang dan hanya menyisakan atap pavilium yang pecah dan banyak sekali rontokkan daun akibat ulahnya sendiri. “Apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhku?” gumam Xuan yi dengan penuh penasaran. Jelas kalau dikatakan manusia, ia bukanlah seorang manusia. Akan tetapi, untuk ukuran seorang Klan Iblis Xuan Yi juga belum termasuk di dalamnya. Karena ia bisa mengeluarkan sayap itu dengan sesuka hatinya. Bahkan ia bisa menjadi dua klan sekaligus dalam satu waktu. Namun, pemikiran itu langsung teralihkan ketika mendengar suara seseorang mendekat. Terlihat seorang pemuda datang dengan sekeranjang jeruk di tangannya. Ia tersenyum lebar melihat Xuan Yi berada di pavilium mengambang tengah berdiri menatap hamparan danau yang begitu luas. “Xuan Yi, ternyata kau ada di sini! Aku mencarimu sejak tadi,” celetuk Xiao Pingjing mendudukkan diri dengan meluruskan kedua kakinya pegal. Memang benar, Xiao Pingjing hampir saja mengelilingi seisi Akademi Tangyi kalau tidak memutuskan untuk beristirahat pada pavilium yang sempat ditemui bersaman orang terdekatnya. “Tumben sekali kau mencariku. Ada urusan apa?” ejek Xuan Yi mendekus pelan. Apa yang dikatakan Xuan Yi memang benar. Xiao Pingjing tidak akan mencarinya ketika bukan menginginkan sesuatu. Sebab, pemuda itu bukanlah seseorang yang mudah menempel pada dirinya, apalagi sampai benar-benar dekat ketika dalam waktu luang. “Aku membawa banyak sekali jeruk dari kediaman. Apa kau mau?” ucap Xiao Pingjing memperlihatkan sekeranjang penuh jeruk besar yang ia dapatkan dari dapur kediamannya. “Pantas saja kau sejak tadi tidak ada. Ternyata kau kembali ke kediaman keluargamu,” balas Xuan Yi mengangguk pelan, lalu mendudukkan diri di samping Xiao Pingjing yang meringis pelan. “Aku memang tidak sempat berpamitan denganmu. Karena tadi kata Chang Qi kau sedang melakukan meditasi sehingga aku memutuskan untuk langsung pergi sana. Tapi, aku tidak menyangka kalau kau masih ada di sini,” ujar Xiao Pingjing dengan jujur. “Entahlah hanya di sini yang bisa membuatku tenang tanpa diganggu oleh siapa pun. Karena aku sedang melakukan peningkatan pada ilmu kultivasiku yang sudah lama sekali tidak diperhatikan.” “Memangnya kau melakukan apa saja sampai tidak memperhatikannya?” “Tentu saja aku harus mempelajari banyak ilmu bela diri sepertimu, Pingjing. Jadi, aku tidak memiliki banyak waktu untuk memperhatikan apa yang sedang kau pelajari.” “Kau memang benar. Pelajaran bela diri terhadapmu memang harus dikembangkan, Xuan Yi. Apa kau merasa kesulitan? Aku bisa membantumu.” Tawaran yang bagus untuk ukuran seorang calon pendekar seperti Xuan Yi. Akan tetapi, ia jelas tidak ingin membuat Xiao Pingjing mengetahui keanehan yang terjadi pada tubuhnya. Apalagi sampai harus melihat hal itu benar-benar terjadi. Xuan Yi menggeleng pelan. “Tidak apa-apa. Aku bisa melakukannya sendiri.” “Baiklah. Kalau ada sesuatu yang membuatmu sulit, jangan sungkan memberi tahunya padaku. Kita bersahabat sudah cukup lama, Xuan Yi. Kau tidak perlu lagi merasa canggung padaku lagi. Karena kita akan selamanya menjadi sahabat. Tidak peduli apa pun yang terjadi,” tutur Xiao Pingjing dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari wajahnya. Tentu saja hal tersebut membuat hati milik pemuda itu terasa menghangat sekaligus bahagia. Ia memang sering kali mendapat perlakuan spesial dari Xiao Pingjing. Namun, tidak membuat Xuan Yi merasa diistimewakan. Karena keduanya memang hanya sekedar sahabat yang saling melengkapi. “Apa kau benar-benar menganggapku sebagai sahabat?” tanya Xuan Yi seakan ia tidak begitu yakin pada ucapan Xiao Pingjing. “Kau tidak percaya?” sahut Xiao Pinjing dengan mata yang hampir saja keluar dari tempatnya. Sontak hal tersebut membuat Xuan Yi menggeleng keras. “Tidak. Maksudku, apa kita tidak bisa lebih dari sekedar sahabat?” “Lantas, kau mau seperti apa? Sepasang kekasih? Oh, tidak bisa semudah itu! Aku masih sangat waras untuk berkencan denganmu,” tolak Xiao Pingjing tersenyum paksa melihat raut wajah kekecewaan dari Xuan Yi. “Astaga, bukan itu maksudku,” keluh Xuan Yi memutar bola matanya malas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD