Bab 2 - CLBK

1086 Words
Kinan keluar dari kamar mandi. Dia menutupi tubuhnya dengan bathrobe. Dia sedikit gugup dan takut. Kinan duduk di tepi ranjang, di sisi Adrian yang dari tadi duduk menunggu dirinya keluar dari kamar mandi. Kinan menundukan kepalanya, dan menyeka air matanya berkali-kali. Adrian memeluk Kinan saat dia tahu kalau Kinan menangis. Adrian tahu, sebenarnya Kinan belum siap untuk melakukannya. “Sayang, kalau belum siap, kenapa mesti dipaksakan?” ucap Adrian dengan menyeka air mata Kinan. “Aku ingin menjadi istri yang sempurna untuk kamu, Kak,” jawab Kinan. “Kamu sudah terlalu sempurna untukku, Kinan. Aku akan menunggu kamu siap, jangan memaksakan dirimu. Kamu sudah sempurna di mataku, kamu istri dan ibu yang sangat sempurna,” ucap Adrian dengan mengecup kening Kinan. “Maafkan aku, Kak,” ucap Kinan dengan memeluk Adrian. “Jujur aku masih takut, aku masih ingat kejadian dulu. Maafkan aku, aku belum bisa melakukannya, Kak,” ucap Kinan dengan terisak di pelukan Adrian. “Iya, aku paham. Sudah pakai baju tidurnya lagi. Kakak akan nunggu kamu siap. Sudah malam kita tidur,” ucap Adrian. Ada kekecewaan sedikit di hati Adrian. Dia yang sudah membayangkan akan menyentuh istrinya, tapi pupus karena melihat Kinan yang menangis dan belum siap untuk disentuhnya. Adrian merebahkan tubuhnya dengan berbantal kedua tangannya. Dia menatap langit-langit kamarnya dengan perasaan yang masih tidak menentu. Empat bulan usia pernikahannya dengan Kinan, tapi dia belum juga mendapatkan hak untuk menyentuh Kinan. Melakukan kewajiban dan menyalurkan kebutuhan batinnya. “Sabar. Aku sabar, aku sabar menunggu Kinan yang siap. Tapi, ini sungguh menyiksaku. Apalagi saat Kinan bermanja di ranjang, dia memeluku, bermanja denganku, hasratku semkin menggunung. Meledak, mungkin hasratku ini akan meledak, jika aku tidak mengingat cintaku pada Kinan. Aku sangat mencintainya, aku akan berusaha lebih sabar lagi menunggu Kinan,” gumam Adrian. Masih terasa sisa kekecewaan malam ini di hati Adrian, tapi dia tetap memperlakukan Kinan dengan baik. Dia sangat mencintai Kinan, dan tidak ingin menyakiti Kinan lagi dengan mencari wanita lain untuk menyalurkan hasratnya. Adrian melihat Kinan yang keluar dari kamar mandi. Kinan sudah memakai piyama yang warnanya senada dengan piyama yang Adrian kenakan malam ini. Kinan merebahkan tubuhnya di samping Adrian. Dia tahu, kalau suaminya masih sangat kecewa padanya, jadi Kinan tidak langsung tidur dengan memeluk Adrian. “Kenapa tidak memeluk?” tanya Adrian. “Aku takut kamu masih marah denganku, Kak,” jawab Kinan. “Marah? Aku tidak marah, apalagi kecewa. Sini peluk,” ucap Adrian dengan merentangkan kedua tangannya. Kinan langsung mendekati Adrian yang tidur di sampingnya. Dia langsung memeluk Adrian, menikmati wangi tubuh Adrian yang sudah menjadi candu untuk dirinya. “Besok kita jalan, ya? Mumpung anak-anak dengan mama dan papa,” ajak Adrian. “Jalan ke mana?” tanya Kinan. “Kakak mau ajak kamu ke suatu tempat, pasti kamu suka. Besok pagi-pagi kita berangkat, biar kalau Kinan dan Haidar pulang, kita sudah di rumah,” ucap Adrian. “Oke,” ucap Kinan. “Ya sudah, sekarang tidur, jangan memikirkan sesuatu yang buat kamu gelisah,” ucap Adrian dengan memeluk Kinan. Adrian sangat mencintai Kinan. Cinta untuk Kinan memang masih saja melekat di hatinya. Meski dulu harus menikah dengan Sherly, tapi dia masih menyimpan cinta untuk Kinan. Cinta yang ia rasakan sejak masih di usia belasan tahun pada gadis kecil yang cantik. Hingga dia menyerah mencari gadis kecil yang ia cintai itu, dan membuat dirinya frustasi, menjadi seorang laki-laki yang arogan dan bergonta-ganti wanita. Terbesit di benak Adrian untuk kembali mencari wanita penghibur. Ya, hasratnya yang masih menggebu sulit sekali di padamkan malam ini. Apalagi dia memluk istrinya yang tubuhnya semakin hari semakin seksi. Adrian laki-laki normal. Tidak mungkin dirinya tidak tergiur oleh tubuh indah istrinya yang setiap malam dia peluk di atas ranjang. “Aku lelaki normal, sungguh aku tersiksa seperti ini. Tapi, aku tidak mau menyakiti Kinan. Aku harus bisa menunggu kapan dia siap untuk ku sentuh. Aku harus sabar menunggunya. Aku tidak ingin main-main dengan wanita lagi. Sudah cukup aku dulu yang seperti itu. Aku tidak ingin mengulang lagi kesalahan besar dalam hidupku,” gumam Adrian dengan memeluk Kinan yang sudah tertidur pulas di pelukannya. Adrian meregangkan pelukannya. Dia membenarkan posisi tidur Kinan. Adrian menatap wanita yang sangat ia cintai, yang sudah tertidur pulas. “Kinan, sampai kapan aku menahan, aku sebenarnya pura-pura bisa menahan, karena aku menghargai kamu, Kinan. Maafkan aku, aku selalu menuntaskan hasratku yang sudah kamu gugah dengan caraku sendiri saat kamu tertidur pulas. Maafkan aku Kinan. Aku sangat mencintaimu, aku tidak ingin menyakiti kamu lagi,” ucap Adrian dengan lirih, dan mencium kening istrinya. Ya, Adrian sering menuntaskan hasratnya sendiri, ketika istrinya sudah terlelap. Bagaimana dia bisa menahannya? Lelaki normal memeluk istrinya, pasti setelah itu akan melakukan hal lebih dalam. Sedang Adrian? Dia sudah berpuasa lama tidak melakukan hubungan intim dengan wanita, sekalinya menikah dengan Kinan, dia belum bisa melakukannya, lantaran Kinan belum siap untuk dia sentuh. Selama emapat bulan, Adrian menikah dengan Kinan. Rumah tangga yang harmonis terjalin. Tidak ada pertengkaran, tidak ada kesalah pahaman. Semua berjalan baik-baik saja. Ya, baik-baik saja di luar kamar, tapi di  dalam kamar, Adrian merasa tidak baik-baik saja. Dia belum merasakan hubungan yang harmonis di luar menjadi hubungan intim di dalam kamar. Sabar. Itulah kata yang selalu keluar di benak Adrian, saat Kinan lagi-lagi menangis dan berkata belum siap melakukannya. Sesabarnya laki-laki pasti ada batasannya. Apalagi Adrian harus tidur satu kamar dengan Kinan. Tidak hanya tidur saja. Kadang mereka bercanda berdua, melakukan hal romantis, ciuman romantis, dan pelukan hangat. Itu semua tidak bisa menjamin kesabaran Adrian teguh. Iman Adrian yang belum seberapa runtuh karena hasrat terpendamnya, apalagi melihat lekuk tubuh Kinan yang indah, saat ia peluk.  Hasrat Adrian yang sudah di ujung tanduk tidak bisa ia tahan lagi. Selama dua minggu ini, Adrian selalu menuntaskan hasratnya sendiri ketika istrinya sudah tertidur sangat pulas. Memang tidak baik, tapi mau bagaimana lagi? Hanya itu yang Adrian bisa lakukan. Melakukan dengan wanita lain? Adrian sudah tidak mau seperti dulu lagi. Dia juga menutupi pada Kinan apa yang ia lakukan di kamar mandi setelah Kinan tertidur pulas. Seperti malam ini, Adrian kembali melakukannya. Menuntaskan hasratnya yang sudah di ujung tanduk karena dari tadi memeluk, membelai, mencium Kinan, hingga Kinan tertidur pulas. Adrian membersihkan diri setelah menuntaskannya. Dia mengguyur badannya dengan air yang mengalir dari Shower. Ada rasa menyesal setelah melakukan perbuatannya tadi. Adrian menangis, merasa bersalah pada Kinan, karena dia tidak bisa menahan hasratnya dan menuntaskannya sendirian. “Maafkan aku, Kinan. Maafkan aku, aku sudah tidak bisa menahannya. Aku hanya melakukannya sendiri, aku tidak akan pernah mengulang perbuatanku dulu. Menuntaskan hasrat dengan menyewa wanita malam,” gumam Adrian.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD