Prolog

200 Words
"Tan, sudah siap belum?” tanya Ratna -ibu Tania- saat memasukkan sisa barang yang belum terbawa ke dalam bagasi mobilnya. Mau tidak mau, Ratna harus melepas putri kesayangannya untuk berkuliah di Jakarta. Dengan begitu, ia harus sering menginggalkan putrinya karena urusan bisnisnya. “Udah, Ma. Yuk kita berangkat sekarang,” sahut gadis yang dipanggil Tan tersebut dengan semangat. Sebenarnya, Tania melakukan itu karena tidak ingin sang ibu merasa sedih dengan kepergiannya yang sebenarnya hanya berpindah kota saja. “Duh, anak Mama udah gede ya.” Ratna merangkul putrinya sambil berkaca-kaca. “Mama jangan nangis ya. Tania kan mau kuliah. Lagian cuma di Jakarta bukan luar negeri.” Tania menghibur ibunya meski sebenarnya ia juga tidak begitu tegar untuk berpisah dengan orang tuanya. Pasalnya, ia juga tak pernah ditinggal orang tuanya terlalu lama. Tetapi, karena bisnis ayahnya yang berada di Bandung, maka ibunya hanya bisa sesekali menemuinya yang memilih menempuh pendidikan di Jakarta. Menjadi anak tunggal memang membuatnya tidak bisa jauh dari rumah. Tetapi, seiring berjalannya waktu, ia juga harus bisa menjadi sosok yang mandiri. Karena, tak selamanya ia akan hidup dengan orang tuanya. "Anak Mama udah bisa mandiri." Ratna mengecup puncak kepala sang putri berkali-kali sambil menahan tangisnya yang bisa saja pecah saat itu juga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD