''Bagaimana bisa takdir mengubahku pada jurang kesengsaraan lagi? Apa aku tak pantas untuk bahagia?''
- Reihan Adam Khan -
Reihan Pov
Reihan.. Di Dunia tak semuanya bisa kau dapatkan..
Termasuk tentang kebahagiaan..
Di dunia kebahagiaan tak bisa kekal. Karena ia bisa datang dan pergi begitu saja
Akan tetapi kau bisa mendapatkannya ketika hal itu datang kepadamu. Pada dasarnya kebahagiaan bisa didatangkan dan didatangkan dengan berbagai cara. Dan cara tersebut adalah membuat kebahagiaan itu hadir dengan caramu sendiri. Gunakan cara yang lembut dan hati yang tulus dalam membuat kebahagiaan. Karena itulah nilai seorang manusia dalam bersikap.
Kebahagiaan juga tak datang dengan instan, akan tetapi kebahagiaan didapatkan dengan rasa lelah setelah kau berusaha dan berjuang
Ingat Rei bahwa hidup di dunia ini itu selalu ada rintangan atau biasa kita sebut sebagai cobaan..
Di setiap langkah kaki hidup manusia pasti ada cobaannya. Seperti ketika kau berjalan di hutan, kamu pasti menemukan hewan buas atau kau merasa kelaparan karena tidak adanya makanan. Dari situlah artinya cobaan datang padamu.
Lalu hal apa yang harus kamu lakukan?
Ya! Berusaha!
Ketika kamu mau berusaha untuk mencari makan atau bertahan maupun menyerang hewan itulah yang disebut dengan ''Berjuang"
Dari berjuang kamu akan menemukan jalan untuk keluar dari hutan. Itulah arti dari hidup Reihan, jadi kamu harus bisa berjuang demi kehidupanmu dan kebahagiaanmu. Dan ingat Rei, setiap rintangan pasti memiliki jalannya. Mintalah ke Tuhan di setiap masalah yang terjadi padamu.
Itulah sekilas ucapan dari Paman Yoga yang ku ingat.
Aku mengerjapkan mata setelah mendengar suara paman. Kepalaku terasa pusing. Ku liat ke arah sekeliling ruangan mulai dari langit-langit kamar hingga pandanganku tertuju pada sosok wanita di sampingku. Ku ulas senyum di sudut bibirku. Itu semua karena melihat sosok wanita yang tertidur di sampingku. Ya! sosok wanita itu adalah wanita yang ku cintai, Kirani Agista Hanindiya. Dia lah calon pengantinku dan masa depanku.
Ia masih bersembunyi di balik selimut. Ku sibak pelan lalu ku usap pelan ubun-ubun kepalanya. Ia pun menggeliat dan ku liat wajahnya.
''Selamat pagi Sayang..'' Sapaku dengan mengulum senyum
''Selamat pagi Tuan Reihan..''
Tuan?
Apa maksudnya Tuan?
Tunggu dulu? Kenapa suara Kirani terdengar berbeda dari biasanya?
Mendengar suara Kirani yang berbeda membuatku merasa aneh. Aku pun merasa curiga. Ku sibak selimut yang masih sedikit menutup wajahnya. Lalu ku liat wajah seseorang yang ternyata bukan Kirani. Dan sosok itu adalah Sintiya El-Malik, adik dari Rafael El-Malik.
''KAU!''
''APA YANG KAU LAKUKAN DI KAMAR PENGANTINKU DENGAN KIRANI!'' teriakku dengan kencang
Sintiya bangun dari tidurnya dan menyibak selimutnya. Ku liat Sintiya yang hanya memakai lingerie merah dengan terbuka. Menampilkan kedua belahan yang menonjol. Warna kemerahan tercetak jelas di sekitar lehernya hingga kedua belahan yang menonjolnya.
"Apa Tuan Reihan lupa dengan kejadian kita semalem?" tanya Sintiya
"Maksud kamu!?"
Bukannya menjawab, Sintiya malah merangkak dari kasur. Mendekat ke arahku yang berada di sudut ranjang. Aku berusaha mundur namun lagi-lagi aku kalah cepat. Sintiya menahan tanganku dan terlebih lagi ia naik ke tubuhku. Tak hanya sampai disitu saja, ia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Kedua belahannya bersentuhan dengan d**a bidangku. Membuatku bergemetar. Detak jantungku berdentum dengan cepat.
"Apa anda melupakan malam b*******h kita Tuan Reihan?" ucap Sintiya berbisik di telingaku dengan suara yang mendesah
"Apa anda mau ku ingatkan lagi tentang malam b*******h kita?" lanjutnya dengan nada yang menggoda dan tatapan seksinya. Tak lupa melekukkan tubuhnya hingga tubuh kami pun saling bersentuhan. Aku yang tak mengenakan sehelai baju pun merasakan bagaimana kulitnya bersentuhan dengan kulitku. Membuat merasakan naiknya sebuah gairah dalam tubuhku yang mulai berdesir.
Aku tak bisa menjawab apapun. Aku hanya terdiam seraya menahan gairah yang hendak meledak dalam tubuhku. Siapapun pria yang berhadapan dengan sosok wanita seksi seperti Sintiya pun tak akan bisa menahannya terlebih lagi diriku yang masih merasa setengah mabuk. Efek dari alkohol yang ku minum semalam masih terasa dalam tubuhku.
"Baiklah akan ku ingatkan tentang malam b*******h kita.. " bisiknya dengan suara lirih seraya meniupkan angin di depan telingaku. Aku hanya bisa menahan gairah yang bergejolak dalam tubuhku. Aku hanya memejamkan mataku seraya mengingat semua kejadian yang terjadi padaku semalam.
Flashback...
Dari ingatan Reihan..
Semua berawal dari tiga orang yang sedang berkumpul denganku. Ya, mereka bertiga adalah sahabatku : Yoga, Rega dan Delon. Kami berkumpul bersama di bar hotel tempat resepsi pernikahanku berlangsung. Saat itu Rega menghilang saat mengambilkan minum. Lalu kami bertiga berbincang-bincang hingga seorang pelayan datang menghampiri kami. Membawakan minuman yang dipesan oleh Rega.
Kami meneguk wisky yang kami pesan sampai habis sambil bermain kartu. Tanpa sadar kami semua mabuk. Yoga dan Delon tertidur sedangkan aku mencoba berdiri tuk kembali ke kamar. Karena mengingat hari pernikahanku yang akan dilaksanakan di pagi hari. Aku ingin terlihat fresh saat hari pernikahanku dengan Kirani dilaksanakan.
Aku berusaha dengan keras untuk kembali ke kamar. Sesampai di kamar, ku liat seorang wanita memakai lingerie seksi berwarna merah di atas ranjang. Wajah wanita itu seperti wajah Kirani.
Lalu dia mencoba mendekat ke arahku. Menangkup wajahku dengan tangannya lalu memberikan belaian. Tak hanya sampai disitu saja, ia juga memberikan sentuhan di setiap wajahku hingga ke bibirku. Setelah itu ia memberikanku ciuman di bibirku. Aku masih diam membisu. Kenapa? Karena aku masih menerka sosok wanita di depanku.
Bayangan wajah Kirani terus berkeliaran di depanku. Aku merasa melihat wajah Kirani pada sosok wanita yang berada di depanku saat ini.
Apakah dia Kirani?
Tapi kenapa dia penampilannya berbeda sekali?
Apa dia sudah mulai membuka hatinya untukku?
Apa aku sudah bisa menyentuhnya?
Aku, aku masih menerka sosok wanita di depanku. Beribu pertanyaan berkeliaran di pikiranku. Aku tak membuka bibirku dan tetap diam membisu saat wanita di hadapanku masih mencium bibirku.
''Kak Reihan.''
Wanita itu memanggilku. Suaranya serasa terdengar mirip dengan suara Kirani.
Aku pun bertanya kepadanya, ''Itu kau kah sayang?''
''Iya kak ini aku.''
''Lalu mengapa kau berpakaian seperti ini Ran? Apa maksudmu?'' tanyaku
''Aku ingin minta maaf kepadamu kak.'' Jawabnya
''Minta maaf? Karena apa? Lalu mengapa harus berpakaian seperti ini?'' cecarku dengan berbagai pertanyaan
''Maaf karena selama ini aku menolak sentuhanmu. Aku berpakaian seperti ini karena aku mau menerima sentuhanmu kak. Sentuhlah aku malam ini kak. Aku siap menerimamu ke dalam pelukanmu kak.'' Jelasnya
''Sentuhlah aku kak malam ini dan anggaplah malam ini sebagai malam pertama kita.'' lanjutnya yang masih meneruskan penjelasannya.
Aku, aku tak mengerti atas perkataannya. Aku masih menerka semuanya akan tetapi ia menggerakkan tangannya ke tubuhku. Memberikan sentuhan yang menggoda pada d**a bidangku. Aku yang masih berdiri pun dijatuhkan ke atas ranjang. Lalu ia naik ke atas tubuhku. Tanpa segan ia mulai membuka setengah dari lingerienya. Menampilkan tubuh mulusnya.
Bayangan dalam mataku seperti melihat Kirani. Aku pun tak bisa menahan lagi karena hasrat ini telah bergejolak semenjak ia menggesek pusakaku walau masih dengan keadaan tertutup. Ku putar balik tubuhnya menjadi di bawah. Aku pun berada di atas dan dia berada di bawah. Aku yakin jika sosok itu adalah Kirani. Sebelum melakukannya, Mata kami saling memandang dengan dalam.
''Can I?''
Satu pertanyaan yang ku ucapkan sebagai tanda ku minta izin pada Kirani. Dia menganggukkan kepalanya. Tanda izin telah ku dapatkan. Ia sedikit menaikkan kepalanya dan membisikkan sutu kalimat padaku.
''Puaskan aku Kak.''
Satu kalimat yang membuat libidoku naik bersamaan dengan gairahku. Aku pun tak bisa menahan dan menunggunya lagi. Ku tarik kepalanya lalu menciumnya secara brutal. Bibir kami pun saling bertautan. Berperang dan saling membelit. Ku rasakan rasa manis seperti macaron saat menyesap setiap inci bibirnya. Mengabsen segala hal yang ada pada bibirnya. Hingga nafas kami pun kehabisan akibat perang bibir kami yang bertautan. Ku lepaskan bibirku lalu menyesap pada bagian yang lain. Ciumanku turun ke leher jenjangnya hingga ke sebuah puncak gunung kembar yang menonjol. Ku luruhkan lingerienya lalu ku lepaskan pengaitnya. Setelah semua terlepas tanpa menunggu waktu ku remas dan mulai menyesapnya seperti seorang bayi yang sedang kehausan. Tak ku biarkan keduanya menganggur. Satunya ku gerakan tanganku untuk memberikan pijatan.
Ia pun mendesah dan bergeliat seperti sebuah cacing kepanasan. Aku pun tak puas hanya dengan menyentuh bagian atasnya. Ku turunkan tanganku hingga ke liang kenikmatannya. Ku masukkan tanganku dan mulai memberikan sentuhan. mengobrak-abrik isi di dalamnya hingga ia mendapatkan pelepasannya. Sebuah cairan keluar dan membasahi jariku.
Setelah itu, aku pun melepaskan celana panjang yang ku pakai. Meluruhkan semua pakaianku hingga tak ada yang tersisa. Setelah semua ku lepaskan. Aku pun bersiap memasukkan pusakaku ke dalam liangnya. Ku tatap matanya untuk meminta izin melakukannya. Ia menganggukkan kepalanya. Setelah izin ku dapatkan langsung saja ku masukkan.
Bles!
Semua masuk dengan sempurna ke dalam. Ku liat ekspresi kagetnya yang tersirat jelas pada wajahnya. Tanpa menunggu waktu, Ku mulai gerakan maju dan mundur dengan ritme yang acak. Kadang pelan dan kadang cepat. Ku lakukan hal itu agar kami sama-sama nikmat. Ia pun ikut bergerak dan mengikuti ritme yang ku buat. Kami pun menari di atas ranjang dengan suara desahannya yang mengisi kamar. Selang beberapa jam kemudian ku rasakan sesuatu yang hendak keluar dari diriku. Ya, hal itu adalah cairan populasi manusia. Sebut saja itu.
''I wanna coming out sayanggh.''
''Lepaskan di dalam kakkkhh.'' ujarnya menjawab ucapanku
''Are you sure Ran?''
''Ya kakkhh.''
Akhirnya beberapa menit kemudian ku lepaskan cairan populasi manusia di rahimnya. Setelah mendapati pelepasan, Aku pun tak merasa puas. Rasa panas ku rasakan di dalam tubuhku. Aku pun melakukan malam surgawi dengannya tanpa henti hingga pagi. Aku tak peduli jika ia hamil dengan cepat. Hal yang ku inginkan adalah menuntaskan hasratku sampai puas. Setelah melepaskan kesekian kalinya, Aku pun ambruk di kasur. Setelah hal yang ku lakukan malam itu, aku tak ingat hal apapun lagi.
Flashback Off....
Dia merangkak dan membisikkan kalimat di depan telingaku.
''Aku bukanlah Kirani. Semalam yang tidur dan menikmati gairah ranjang adalah Aku bukan Kirani calon pengantin anda tuan Reihan.''
''Ku rasa anda sangat menikmatinya dan ku rasa aku akan cepat hamil anak Tuan Reihan.''
''Karena benih yang tuan tumpahkan di dalam rahim saya sangatlah banyak.''
''Apakah anda siap menjadi seorang ayah untuk anak-anak kita Tuan Reihan?''
Dengan tatapan menggoda ia berani mengucapkan hal itu kepadaku. Aku, aku hanya bisa menggertakkan gigiku setelah mengingat semuanya. Ternyata sosok yang menikmati gairah malam surgawi denganku adalah Sintiya! Bukan Kirani!
Dia menarik tanganku dan menggerakan di depan perutnya.
''Aku tak sabar anda menjadi seorang ayah untuk anak kita Tuan Reihan.''
''Apakah kau merasakan hal yang sama Tuan Reihan?''