BAB 6

1669 Words
''Segala sesuatu tentang hidup bukanlah kesempurnaan tapi menerima hal yang kurang hingga menjadi sebuah arti sempurna'' - Reihan Adam Khan - Segala sesuatu dalam hidup memiliki batasnya sendiri. Batas dalam kesempurnaan tentang apa yang kau inginkan dan batas dalam kekurangan tentang apa yang kau impikan. Menjadi sempurna, setiap manusia pasti menginginkan hal itu. Bahkan berusaha melakukan apa saja untuk menjadi 'Sempurna' . Seolah kesempurnaan adalah yang wajib untuk dimiliki maupun dikejar oleh manusia. Padahal mengejar atau memiliki kesempurnaan adalah hal yang melelahkan bukan? Bahkan ada yang beranggapan kesempurnaan adalah hal yang munafik jika terus dikejar dan dilakukan. Kenapa begitu? Karena setiap manusia pasti memiliki kekurangan masing-masing. Bagaimanapun kau menutupi kekuranganmu maka akan diketahui. Menjadi sempurna bukanlah hal yang hebat bukan? Lalu hal apa yang hebat? Menjadikan kekuranganmu menjadi jalan untuk menuju sebuah kesempurnaan. Misal ada seorang yang memiliki kekurangan pada fisiknya seperti seorang penyanyi perempuan namun ia tak menutupi kekurangan pada dirinya. Dirinya justru menampilkannya dan mulai mengeluarkan bakat yang ada pada dirinya yaitu suaranya. Dari situlah muncullah sebuah arti kesempurnaan dalam dirinya walau ia memiliki kekurangan. Lalu bagaimana dengan hidup seorang Reihan Adam Khan? Hidup Reihan terlampau jauh dari kata kekurangan. Ia serba memiliki kesempurnaan dalam hidupnya. Namun siapa yang mengerti tentang kekurangan yang ada pada dirinya? Tidak ada yang tahu. Yang mengetahui hal itu hanyalah takdir hidupnya dan waktu. Lalu bagaimana tentang takdir hidup Reihan ketika ia menghadapi sebuah rintangan dalam hidupnya? Dan rintangan itu adalah jebakan dari seorang adik dari rekan bisnisnya yaitu Rafael Aditya El-Malik. Di sisi lain rintangan yang ia miliki adalah calon istrinya yang diculik oleh seorang laki-laki yang tak dikenalnya. "Kirani diculik dan disekap oleh Kevin!" tutur Joshua mengungkapkannya "Apa!?" seru ketiga orang yang tak lain Reihan, Sintiya dan Rafael Mereka bertiga kaget saat mendengarnya. Sintiya merasa bingung saat mendengar nama kekasihnya yang menculik sahabatnya. Ia tak mengerti niatan apa yang sebenarnya Kevin lakukan. Ia hanya bisa berpikir untuk mencari jawaban dari pertanyaan itu. ''Aku akan pergi mencari Kirani. Joshua kau jaga mereka berdua. Jangan biarkan cecenguk itu keluar dari kamar!'' Perintah Rafael seraya menunjuk Reihan. Joshua menganguk paham, ''Baik Bos!'' Rafael melangkah pergi dari kamar dengan cepat. Tak menghiraukan teriakan adiknya yang memanggilnya. Sintiya hendak mengejar dan menyusul Rafael namun dicegah oleh Joshua. ''Jo minggir! Aku mau ikut kakak!'' teriak Sintiya memaksa ingin mengejar Rafael namun tubuhnya dihadang oleh Joshua. Kekuatannya tak sebanding dengan Joshua. Membuatnya menyerah. ''Jangan non berbahaya! Nanti kalo ada kabar dari tuan, non bisa menemuinya dan saya antar.'' Jawab Joshua menolak permintaan Sintiya secara halus ''Tapi jo...'' ''Percaya pada tuan Non. Sebaiknya Non bersihkan diri. Saya akan berjaga di luar. Jika non membutuhkan bantuan saya panggil saja saya.'' Tutur Joshua dengan membungkukkan badan ''Baiklah Jo.'' Joshua pun keluar dari kamar. Kini hanya ada Reihan dan Sintiya. Sintiya berjalan ke arah kamar mandi. Namun saat ia hendak membuka pintu, tangannya dicekal oleh Reihan. Reihan menarik tangan Sintiya dan membawanya ke sudut dinding. ''Sekarang coba katakan padaku tentang alasanmu mengatakan kebohongan itu pada Rafael!'' ''Apa maksud lu melakukan itu padaku!" ''Apa niatan lu dan rencana lu sebenarnya!'' ''Gua tau jika Kevin Armando adalah kekasih lu bukan!'' ''Jadi hal apa yang sedang kau rencanakan dengannya SINTIYA EL MALIK!'' ******* Glug! Mendengar pertanyaan yang diajukan Reihan kepada Sintiya membuatnya hanya bisa menelan ludah. Sintiya tak lagi bisa berkutik apalagi menghindar dari Reihan. Sintiya juga tak bisa kabur dari cengkraman tangan Reihan. Sintiya sudah terlanjur terjebak oleh tubuh Reihan yang menghadangnya. Sintiya pun tak bisa menggerakkan tangannya karena tangannya telah dikunci rapat oleh tangan Reihan. Tubuh kekar Reihan bukanlah tandingan untuk Sintiya melawannya. Tentu ia akan kalah dari Reihan. Lalu bagaimana Sintiya mengatasi hal ini. Sintiya berfikir keras untuk menyusun rencana mengelabuhi Reihan. Ia tak ingin Reihan mengetahui rencananya dengan Kevin. Ia tak akan membiarkan siapapun mengetahui rencananya tersebut. Karena inilah bukti cinta Sintiya pada Kevin. ''Kenapa diam saja?'' ''Apa kau bisu?'' ucap Reihan dengan sarkas mengatai Sintiya. Sintiya melirik dengan tajam dan tatapan tak sukanya. Sintiya merasa kesal mendengar dirinya yang dikatai bisu. ''Mulut anda kasar sekali tuan Reihan seperti serangan bibir anda semalam yang kasar nan memabukkan.'' balas Sintiya tak mau kalah ''Hingga membuat saya kuwalahan untuk membalasnya.'' lanjut Sintiya memancing emosi Reihan. Sintiya kira tak tau apa kelemahan Reihan. Tentu dia tau betul apa kelemahan Reihan yaitu sedikit pancingan emosi. Tentu Reihan mudah tersulut dengan perkataan Sintiya. Reihan semakin mengeratkan cengkaraman tangannya pada tangan Sintiya. Membuat Sintiya merintih kesakitan. ''Akh sakitt.'' Rintih Sintiya menampilkan raut wajah kesakitan ''Sakit? Kayaknya masih kurang sakit deh Nona Sintiya.'' Balas Reihan dengan seulas smirk di sudut bibirnya. Lalu secara tiba-tiba Reihan mengencangkan kembali cengkramannya dan menambahkan tekanan. Kemudian mencengkram rahang pipi Sintiya tanpa ampun. Tak peduli wajah kesakitan Sintiya. Reihan merasa puas melihat rasa sakit yang tersirat jelas di wajah Sintiya. ''Akhh Jo to...lo..ngh.'' ucap Sintiya meminta tolong dengan lirih dan suara paraunya. Ia berharap Joshua mendengar rintihan kesakitannya. Brak! Suara gebrakan terdengar dari pintu. Pintu kembali terbuka. Seorang laki-laki yang tak lain Joshua kembali masuk ke dalam kamar. Tepat di hadapannya, Joshua melihat jelas bagaimana Reihan menyakiti Sintiya. Joshua melangkah cepat ke arah mereka berdua. Melepaskan cengkraman tangan Reihan dari tangan Sintiya. Membebaskan Sintiya dengan sekali gerakan. Joshua dengan cepat berhasil melumpuhkan Reihan. Mencekal kedua tangan Reihan. Membuatnya bertekuk lutut di hadapan Sintiya. ''Non bersihkan diri non, Biar dia menjadi urusan saya.'' ujar Joshua ''Terima kasih Jo.'' Sintiya kembali menutup tubuhnya dengan baju mandinya. Melirik Reihan dengan lekat. Setelah itu ia buru-buru masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan Joshua mengikat Reihan di kursi dengan erat. Agar ia tak bisa kabur maupun mendekati Sintiya. Sedangkan di sisi lain, Sintiya di dalam kamar mandi masih merasa shock atas hal yang dilakukan oleh Reihan. ''Duh sedikit saja gua ketahuan!'' Monolog Sintiya sendiri di dalam kamar mandi ''Tapi sebenarnya apa rencana Kevin? Kenapa Kevin menculik Kirani? Bukannya seharusnya dia mendatangiku? Lalu kenapa dia pergi dan membawa Kirani?'' ''Aku benar-benar tak mengerti semuanya!'' ''Padahal aku menantikanmu Kevin... '' Rasa kecewa Sintiya rasakan pada dirinya. Lantaran kekasihnya yang tak kunjung menemuinya akan tetapi justru membawa sahabatnya pergi. Sintiya tak mengerti hal apa yang sebenarnya direncanakan oleh kekasihnya. Sintiya hanyalah seorang gadis polos yang mudah dibohongi oleh seorang laki-laki. Sedangkan Kevin adalah pemain yang sedang mempermainkan cinta dari gadis polosnya yaitu Sintiya. ***** Di sisi lain... Kevin berhasil membawa Kirani jauh dari Rafael dan semua orang. Kini Kevin membawa Kirani ke sebuah gudang usang yang telah disewa olehnya. Kevin menurunkan tubuh Kirani dan mengikatnya di atas ranjang. Tubuh mulus putih Kirani membuat Kevin meneguk air liurnya. Paras wajah Kirani saat tidur terlihat menggoda di mata buaya Kevin. Kevin membuka baju dan reseleting celananya secara pelan. Ia mulai mendekati Kirani. Saat Kevin hendak mencium bibir ranum Kirani, tubuhnya tiba-tiba terdorong ke belakang. Ya, seseorang telah menendangnya dari depan. Membuat Kevin terjatuh di lantai. ''F*ck!'' umpat Kevin kesal ''Jangan harap kau bisa menyentuhku b******k!'' Ucap Kirani dengan pedas dan sorot mata tajam ''Oh iya kah? Liat? Sepertinya perkiraanmu salah besar sayang. Disini hanya ada kita berdua. Justru kali ini aku akan dapat menikmatimu dengan puas!'' ''Tanpa ada seorangpun yang menganggu kita lagi Kirani. So, mari kita nikmati malam kita bersama.'' Senyuman licik Kevin membuat Kirani merasa takut. Dia melihat di sekeliling tempat ia berada. Sepi dan tak ada seorang pun. Kirani mencoba berteriak meminta tolong namun tak ada hasilnya. Kevin tertawa melihat Kirani yang berteriak. Kevin merasa puas melihat wajah ketakutan Kirani. ''Kini waktunya melakukannya sayang.'' Ujar Kevin seraya berjalan mendekati ranjang tempat Kirani berada ''Apa yang mau kau lakukan b******k!'' teriak Kirani dengan kencang. Takut saat melihat Kevin berjalan mendekatinya. Trauma yang pernah ia rasakan muncul kembali di dalam pikirannya. Kevin mengikat kaki Kirani di ranjang. Lalu ia merangkak naik ke tubuh Kirani. Wajahnya mendekat ke wajah Kirani. Kirani tak bisa berbuat apa-apa karena tubuhnya telah dikunci oleh Kevin. Kevin menundukkan kepalanya di depan telinga Kirani. ''Mari kita bercinta sayang.'' bisik Kevin dengan suara yang mendesis. Setelah itu, Kevin menyapu leher jenjang Kirani dengan sapuan bibirnya. Tubuh Kirani bergemetar. Rasa takut membuncah di dalam dirinya. Setiap gerakan tangan Kevin yang menggerayanginya membuatnya meneteskan air matanya. Gerakan cepat tangan Kevin berhasil meluruhkan pakaian yang dikenakan oleh Kirani. Membuatnya tubuhnya terekpos bebas di depan mata Kevin. Kevin meneguk ludah saat melihat lekuk tubuh indah Kirani. Tatapan laparnya seakan ingin segera menikmatinya tersirat jelas. Saat Kevin membuka reseleting celananya dan pusakanya terpampang jelas, Kirani hanya bisa menutup matanya. Merapal doa agar ada seseorang yang datang menyelamatkannya. Kirani dapat merasakan pusaka Kevin yang menggesek liang surgawinya. ''Kau akan menjadi milikku malam ini Kirani dan selamanya!'' ''So mari kita nikmati malam ini sayang!'' ''Hiks tuhann.. bantu aku.. siapapun tolong aku..'' batin Kirani dalam hati Kevin telah siap memasukkan pusakanya ke dalam liang surgawi Kirani namun tiba-tiba ada seseorang yang menghajar pipinya. Menyeretnya ke lantai. Kevin hanya melihat punggung seseorang yang memakai jaket hitam Pandangan Kevin tak bisa melihat jelas wajah seseorang di balik masker hitam yang dikenakannya. ''Aldo ikat dia!'' ''Baik Bos!'' Seseorang memakai masker hitam itu melepaskan ikatan yang ada pada tubuh Kirani. Lalu ia melepaskan jaket hitamnya dan memakaikan ke tubuh Kirani. Kirani jatuh pingsan di pelukan seseorang itu. Seseorang itu berdiri dengan mengangkat tubuh Kirani. Ia hendak pergi namun dicegah oleh suara Kevin. ''Kau siapa! Mau apa kau dengan Kirani! Mau kau bawa kemana Kirani! Dia milikku!'' Teriak Kevin ''Kau mau tau aku siapa?'' Ujar seseorang itu dengan suara misteriusnya. ''Ya! Siapa Kau!'' Balas Kevin Seseorang itu membalikkan badannya dan melepaskan maskernya di hadapan Kevin. Masih dengan tangan yang mengangkat tubuh Kirani. ''Aku, RAFAEL ADITYA EL MALIK!'' ''Kau masih mengingatku bukan Kevin Armando?'' ujar Rafael dengan suara yang tenang dan tatapan mata datar. Kevin tak menyangka jika sosok di balik seseorang yang memakai masker adalah Rafael. Tentu saja Kevin merasa kaget saat melihatnya. Terlebih lagi, Rafael dapat menemukan tempat dirinya membawa Kirani dengan mudah. ''Bagaimana kau bisa menemukanku b******k!'' teriak Kevin dengan suara yang lantang. ''Bagaimana aku bisa menemukanmu? Kau ingin tau?'' Rafael mensejajarkan dirinya di depan wajah Kevin. Smirk Rafael tampilkan di depan wajah Kevin, ''Jadilah Pelatih di setiap pemain dan permainan.'' ''So, Kau masih ingin bermain-main denganku lagi Kevin Armando?''
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD