secret admirer

1042 Words
Perlahan Raya membuka isi kotak tersebut, "jepitan rambut" gumam Okta dan Raya secara bersamaan. 'Siapa orang yang kasih aku jepit rambut, ia pastinya orang yang dekat denganku. Kenapa ia tahu kalau rambut poniku sudah mulai panjang dan butuh jepit rambut' bathin Raya sambil mengenggam jepit itu kuat. secara otomatis Raya mengedarkan pandangannya demi mengamati apakah pengagum rahasianya itu juga melihatnya kini. siang ini dikelas Raya akan diadakan ujian tertulis. bodohnya Raya lupa membawa pensil khusus ujian, ia sudah meminjamnya dari Okta, tapi sama saja dengan Raya yang teledor. Oktapun hanya punya satu pensil dengan ukuran mini. semini dirinya. dengan cepat Raya kekoperasi sekolah berniat membeli pensil tersebut. sesampainya dikoperasi sialnya pensil yang Raya maksud habis terjual. sepertinya banyak anak-anak yang teledor tak membawa pensil sama seperti dia. Pensil saja kelupaan apalagi belajar untuk ujian. dengan langkah gontai Raya masuk kembali kedalam kelas. Raya kembali terduduk dibangkunya.Okta yang melihat tak bermaksud menegur Raya, ia takut kalau sampai Raya marah-marah padanya. Oktapun hanya duduk patuh dibangkunya yang tepat berada didepan bangku Raya. Raya terlihat membuka kotak pensilnya berharap ada keajaiban saat ia membukanya, dan keajaiban itu sungguh terjadi. didalam kotak pensil Raya sudah ada pensil yang dimaksud lengkap dengan rautannya. 'Gunakan pensil itu untuk soal ujianmu from pengagum rahasiamu' tak dapat Raya percaya siapa orang yang sudah membuka dan menaruh pensil tersebut didalam kotaknya, mata Raya kembali membola memandang keseliling arah mencoba mencari tahu siapa kah orangnya. "ta.. ta.. ada yang kasih gue ini" ucap Raya dari belakang telinga Okta, ia berusaha meredam suaranya agar tak ketahuan. "Itu lo punya hehehhe..." dengan lancangnya suara cempreng Okta mengatakan hal rahasia yang sejak tadi Raya simpan. "Lu bisa kecilin suara lo gak sih" kesal Raya sambil mempraktekkan orang yang sedang menyetel suara televisi. sesekali Raya memandang kekelas nampak Chelsea yang memperhatikan gelagat Raya. "Cih.. ngapain tuh orang" ucap Raya saat pandangannya bertemu dengan Chelsea. "Jadi siapa yang kasih ini" tanya Okta kali ini dengan suara yang sangat pelan nyaris tak terdengar. "gak tau. kalau tahu gue gak bakalan nanya" kesal Raya lagi. Keesokan harinya Raya berjaga-jaga didalam kelas. Ia merasa tak boleh lengah mencari tahu siapa pengagum rahasianya. meski ia sangat senang diperhatikan tapi ia juga takut jika orang itu bukanlah yang ia harapkan. "Gak ada yang mencurigakan" tanya Raya setelah duduk dibangkunya, Okta memang selalu datang lebih awal. katanya datang awal bisa membuat dia tahu banyak gosip yang ada dikelas. kalau datang lebih cepat, karena demi belajar saja. pastinya anak ini sudah jadi pintar. pikir Raya. "Gak ada. gue udah periksa semua aman" balas Okta dengan tangannya seolah menyapu bersih semua kesalah pahaman. "Beneryah.." selidik Raya tak percaya. tangan Raya memeriksa kolong mejanya dan disana ia menemukan setangkai bunga mawar merah dengan tulisan yang masih sama untukmu wahai bungaku - dari pengagum rahasiamu. "lo bilang udah cek, ini apa ?" Ucap Raya sambil menunjukan setangkai bunga yang ia temui di kolong mejanya. "Haah... tapi gue tadi udah yakin kok gak ada murid dari kelas lain yang masuk sini" bela Okta "Haahh.. berarti dia ada dikelas lain gitu?" balas Raya berusaha mencari tahu, yang entah kenapa ia selalu melihat Chelsea yang menatapnya. Raya jadi merinding sendiri melihat tatapan Chelsea. "Astagfirullah.." ucapnya sambil mengelus d**a seolah baru melihat hantu. "Kita harus cari tahu, siapa orang yang udah ngasih ini semua ke gue" mantap Raya. Keesokan harinya pagi pagi sekali Raya sudah sampai sekolah namun ia tidak kekelasnya melainkan mengumpat ditaman belakang kelasnya, ia ingin memata-matai sendiri siapa orang yang suka memberinya barang dan menamai dirinya dengan julukan pengagum rahasia. sudah sekitar satu jam Raya berjaga jaga. namun tak ada tanda-tanda aneh didekat bangkunya. justru sejak tadi Raya sibuk menggaruk tangan dan kakinya yang gatal akibat digigit nyamuk kebun. "Sial... besok gue bakal cari tahu lagi siapa orangnya" gumam Raya seraya pergi masuk kelas. didalam kelas sudah ada Chelsea dan beberapa teman lainnya. tak tampak Melissa and genk didekat Chelsea, ahk.. iya Raya baru ingat bahkan sejak kemarin Chelsea tidak main sama-sama dengan Melisa lagi, 'ada apa dengan mereka pecah konsi kah ?' bathin Raya bertanya, tapi bukan Raya namanya kalau tidak peduli dengan urusan temannya. "Loe liatin Chelsea bingungyah dia gak sama-sama Melissa lagi" desis Okta seolah tahu isi otak Raya. "Lu main dukunyah.. kok tahu sih gue liatin dia karna apa" ucap Raya tak percaya. "Hahahha... ini gue, Okta Dianti. gue bisa tahu apa isi otak loe cuma dari lirikan mata loe" balas Okta bangga. "Mereka lagi berantem, denger-denger sih ketahuan Chelsea pas Ajeng sama Ella nghina Chelsea abis-abisan. Lagi bertemen kok tapi saling menghina. nah.. mungkin bisa jadi Chelsea ngliatin lo karena ngrasa malu kalik selama ini udah ngbela temen-temennya didepan loe. bisa jadi secret admirer loe itu yah si Chelsea itu" ucap Okta panjang lebar, jika soal menyama-nyamakan bukti, sebab dan kejadian ialah orang yang tepat diminta analisisnya. Mendengar Okta, Raya jadi takut sendiri.. jika benar pengagum rahasianya Chelsea lalu mengapa gadis itu juga memberikan ia bunga. bukankah bunga identik dengan rasa suka. apa Chelsea suka padanya? Raya sekali lagi tak mau..walau galak tapi ia masih normal, masih suka sama laki-laki. "Gak.. engga.. engga mungkin Chelsea!" Jawab Raya berapi-api. sejak analisis Okta yang kadar keraguannya dibawah 20 %. Raya jadi semakin memperhatikan gerak-gerik Chelsea. apa saja yang ia lakukan saat datang kekelas lebih awal, saat jam istrirahat ataupun saat pulang. Raya sama sekali tak bisa lepas memperhatikan Chelsea. "Sial.. kok gue malah jadi kayak bucin* gini sih" gumamnya sendiri. beberapa hari mengikuti gerak gerik Chelsea, Raya jadi tahu jika Chelsea punya jepit yang sama dengan yang pengagum rahasia itu berikan. "Sial.. apa dia mau kembaran, sampai ngasih ke gue. tapi maksudnya apa?" Chelsea pun seperti bukan dirinya yang biasa beberapa kali Raya ketahuan sedang memperhatikannya, tapi Chelsea nampak biasa saja tidak marah seperti dulu. Kesabaran Rayapun sudah habis, seminggu rasanya sudah cukup baginya untuk bersikap gila. Ia segera mendatangi Chelsea seraya melempar jepit rambut, pensil dan bunga yang telah mengering. "Maksud lo apa kasih ini semua" labrak Raya ke Chelsea. Ia sudah yakin jika Chelsea yang melakukan hal itu. "Gue...?" tunjuk Chelsea sendiri ke batang hidungnya. Ia tak percaya Raya melabraknya kini. Ia pikir selama ini Raya memperhatiakannya berniat berteman dengan dia. "Iyah gak usah pura-pura loe" balas Raya sambil memegang ujung meja dengan kedua tangannya. badannya ia sondorkan ke depan. *) b***k cinta
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD