Rasa yang berbeda

1014 Words
"Ngomong apa sih lo" marah Chelsea melihat tingkah Raya. "Loe.. loe kan pengagum rahasia gue" jawab Raya percaya diri. "Heh.. panas lo? mana mungkin gue kagum sama lo" jawab Chelsea sinis. "Aduh gak usk memberikan pengertian ke Chelsea. "singkirin gak tangan lo dari gue" sinis Chelsea melihat pundaknya dipegang Raya. "Biasa ajah dong" sahut Raya tak terima tangannya ditepis dengan kasar. "Giniyah siapapun itu, gue gak butuh tindakan pengecut. gue harap siapapun yang udah ngasih gue buat jujur dan ngambil balik barang-barang ini" tambah Raya lagi sedikit keras, berharap orang yang selama ini mengiriminnya akan mendengar ucapannya. dengan malu Raya keluar kelas, diselingi dengan suara sorakkan dari Melissa and genk. "Wooyy.. malu loe.. ngaca dong! ngaca percaya diri banget sih" goda Melissa sambil berteriak membuat seisi kelas tertawa puas. "Gue harus cari tahu siapa orangnya harus!" semangat Raya kini berapi-api, ia tak akan diam sampai ia tahu siapa pengagum rahasianya yang membuat ia sampai melabrak Chelsea. sesampainya dikelas terlihat Chelsea dan Melissa yang main lagi bersama, seperti cicak yang memotong ekornya dengan mudah, dan menumbuhkannya kembali. begitulah Chelsea dimata Raya. sama sekali tak memiliki harga diri hanya karena sebuah pertemanan palsu. jika ia berada diposisi Chelsea iya tak akan mau memaafkan Melissa and genk begitu saja dengan mudah. perlahan Chelsea terlihat mendekati Raya, "Loe mau tahu siapa penguntit loe" ucap Chelsea seolah tahu. "siapa?" selidik Raya langsung. "Ferdi. gue kemarin gak sengaja lihat Ferdi masukin bunga dikolong meja loe, karena itu juga beberapa hari ini gue ngliatin loe, gue diminta Ferdi buat mastiin reaksi loe apa setelah dapat bunga itu" ucap Chelsea salah tingkah, ini pertama kalinya ia bicara sopan ke Raya. Rayapun hanya diam memperhatikan gerak-gerik Chelsea, memang benar gak ada orang yang selamanya jahat. setidaknya sekarang Chelsea memperlihatkan sisi baiknya. Raya jadi malu sendiri karena kemarin ia membentak Chelsea. "Makasih" sahut Raya lembut. Saat jam istrahat tiba Raya segera menemui Ferdi. "Jadi loe yang kasih semua ini ke gue" terang Raya dengan nada tak suka. "I-iyah.. Ray," jawab Ferdi takut-takut, ia anak kelas sebelah. setahu Raya, Ferdi anaknya pendiam bahkan sama sekali tak pernah menunjukkan rasa suka ke Raya seperti laki-laki lain. "Kenapa loe mesti ngasih secara diam-diam" sinis Raya kembali, ia kesal karena ulah Ferdi ia harus kembali ribut dengan Chelsea. "Jadi loe gak suka Ray?" "Gak!" bentak Raya kemudian. keesokan harinya Raya dapat berita jika Ferdi pindah sekolah. Ia tahu berita itu dari Okta. dalam hati Raya bertanya apa ini semua karena sikapnya kemarin ? apa tidak terlalu berlebihan dengan pindah sekolah ? Raya menjadi sangat tak tenang, perasaan bersalah menghinggapi hatinya. "Chel.. gue boleh ngomong" ucap Raya mencoba mendekati Chelsea. "Kita ngomong disana ajah" sahut Chelsea setuju. setelah mereka sampai pada tempat yang sepi, justru Raya nampak diam saja tak berniat melanjutkan obrolan. "Lo mau ngomong apa?" tanya Chelsea dengan kedua tangannya bersedekap didadanya. "Apa Ferdi keluar gara-gara gue ?" tanya Raya malu-malu, ia bahkan tak berani menatap Chelsea kali ini. "Gak usah ge-er loe, dia emang udah mau pindah sekolah lama. karena itu juga dia berani nyatain perasaannya ke loe" "Hah.. jadi selama ini loe udah tahu" "Ferdi itu teman gue waktu kecil, orangnya memang pemalu. karena itu dia selalu takut buat dekat sama loe, dan Ferdi juga tahu dari gue waktu loe gak punya alat tulis untuk ujian" "Yah.. tapi gue gak nyangka loe nolak dia mentah-mentah, gue pikir loe akan lebih bijak lagi sama Ferdi" kembali Chelsea mengutarakan perasaannya, ia kecewa dengan sikap Raya. "Gue mau minta maaf langsung ke Ferdi" sesal Raya mendengar semua penjelasan Chelsea, ia memohon agar Chelsea mau mengantarkan ia bertemu Ferdi. "Sorry, gue sendiri gak tahu apa dia udah jalan apa belum, tapi setahu gue sore ini dia akan datang ngrapiin barang-barangnya yang masih tertinggal di sekolah. "Gue bakal nunggu sampai dia dateng" balas Raya, ia tak mau terus menerus merasa bersalah. jam sudah menunjukan pukul 3 sore, sementara Raya masih setia menunggu kedatangan Ferdi. "Fer..Ferdi" teriak Raya berusaha mengejar mobil Ferdi. Ferdi yang mendengar segera keluar dai dalam mobil. "Ada apa Ray?" jawabnya cuek. "Emm.. gue minta maaf soal kemarin, g-gue.. mungkin udah nyakitin perasaan lo" ucap Raya sambil menggaruk lehernya mengurangi rasa bersalah. "Itu bukan salah loe kok Ray, emang gue ajah yang gak tahu diri. Seharusnya gue tahu oramg kayak loe gak akan nerima gue" balas telak Ferdi. "Bukan.. bukan gitu, dan orang yang seperti apa yang loe pikirkan tentang gue?" balas Raya tak setuju. "Heh... semua orang tahu kok loe orang kayak apa" kembali Ferdi membalas dengan wajah yang seolah merendahkan Raya. Meninggalkan Raya yang terus berfikir apa yang salah darinya, apa sikapnya begitu buruk selama ini sampai semua orang menganggapnya tak baik. Raya memutuskan untuk tak pulang dulu kerumah, ia masih termanggu memikirkan semua tentang sikapnya selama ini, apa salah jika Raya ingin yang terbaik untuknya? apa salah jika Raya bersikap tegas ? Raya membuang nafasnya kasar. bagaimanapun dipikirkan ia tak menemui jawabannya. tiba-tiba saja Raya dikagetkan murid lain, ia Farel anak team basket teman Theo. "Ngapain loe sore-sore masih disini?" tanyanya saat melihat Raya. "Loe sendiri ngapain balik kesekolah lagi?" Sahut Raya tak suka dirinya diganggu. "Hahaha.. gue mau latihanlah.. inikan hari selasa jadwal exsul basket latihan" balas Farel yang masih memainkan bola basket ditangannya. 'Waduh.. berarti gue bakal ketemu Theo dong! Engga.. engga boleh males banget gue' pikir Raya. "Gue duluan" ucap Raya sendiri seolah berbicara ke Farrel. "Kenapa takut ketemu Theo, doi justru nyariin loe tuh.. hehhe" "Hah...ngapain" spontan Raya berbalik badan mendengar perkataan Farrel. "Gak tahu, tapi setahu gue dia udah putus sama Sherly. mungkin dia mau balikan sama loe" timpal Farrel sambil menatap Raya dalam. dan saat itu juga datang Theo dan sekumpulan temannya, Theo langsung menatap tak suka akan kedekatan Farrel dan Raya. "Ngapain loe" tanyanya datar, Theo memang selalu menganggap dirinya paling penting dari anggota team lainnya. Ia juga selalu memandang rendah anggota lain tak terkecuali ke Farrel yang anggota baru. setidaknya itu yang Raya dengar dari Okta. "Gue.. gue nunggu Farrellah" ucap Raya spontan, tangannya ia letakkan di pundak Farrel. melihat itu membuat Theo yang semula berencana mendekati Raya lagi jadi naik darah. "lepasin tangan lo" ucapnya angkuh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD