Broken Home

1041 Words
Raya yang sudah mendapatkan alamat rumah Farrel berencana segera pergi kesana, dengan bantuan ojek online Raya sampai didaerah rumah Farrel "Berhenti bang, saya sampai sini sajayah" interupsi Raya ke abang ojek, ketika jalan tanpa sengaja Raya menangkap sosok Farrel yang diam berdiri di halte bus. "Ngapain loe disini?" tanya Raya setelah duduk disamping Farrel. melihat kedatangan Raya, Farrel hanya tersenyum tipis. "Kok gak sekolah sih?" tanya Raya lagi, reaksi Farrel yang hanya tersenyum diam membuat Raya jadi takut sendiri. "Mama sama papaku bertengkar hebat lagi" gumam Farrel yang entah bicara kepada siapa. "Apa?" teriak Raya tak percaya. Apa ini yang menjadi penyebab Farrel sedih selama ini. "ahk.. maaf aku gak masuk membentak hanya saja aku cukup kaget tadi" tambah Raya saat melihat Farrel yang tertunduk dalam. "Mama bilang, saat mama dan papa bertengkar maka aku tak perlu ikut campur atau sedih, aku hanya perlu menjaga sikap sebagai anak baik" adu Farrel. "Tunggu, tapi itu tak benar Farrel. dikeluargaku kami bebas mengeluarkan pendapat. dan setiap anggota keluarga memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. memang jika orangtua bertengkar aku disarankan untuk tidak ikut campur, tapi bukan berarti melunturkan hakku. Jika pertengkaran itu merugikan aku, aku pasti akan membicarakannya baik-baik" tolak Raya yang memang memiliki pemikiran terbuka. "tapi sayangnya keluargaku tak seperti itu, ayahku keras Raya ia sama sekali tak suka dibantah. sedang ibu. selalu sibuk bekerja. hampir tiap hari mereka selalu saja bertengkar.aku sebagai anak tunggal mereka bahkan tak pernah mereka hiraukan atau sekedar bertanya apa yang aku anggap terbaik dalam hidupku. Mereka terlalu sibuk memilihkan masa depanku. mengumpulkan harta untukku dimasa depan tapi secara bersamaan mereka juga mengabaikanku" curhat Farrel yang sudah tak tahan dengan sikap kedua orangtuanya, ia bahkan terlihat menangis. Ini pertama kalinya Farrel terlihat begitu emosional. Raya hanya menatap diam. Ia sama sekali tak mampu menasehati Farrel. "kau tak perlu sedih Farrel" ucap Raya sambil mengelus punggung Farrel wajah Raya tertunduk lurus kedepan. tiba-tiba saja Farrel bergerak ia berdiri melangkah kedepan. "Ahkk.... tuhan kenapa kau tak mengijinkan aku mati saja saat itu" teriak Farrel, Raya sendiri tak mengerti saat apa yang Farrel maksud tapi yang Raya tahu dirinya ingin berlari memeluk Farrel dari belakang. saat ia sampai Raya langsung memeluk Farrel kedua tangannya melingkar kedepan. "Jangan.. jangan berfikir mau mati Farrel, kau tak tahu beratnya kehilangan" ucap Raya dari balik punggung Farrel. Ia teringat ibunya. saat beliau pergi. Raya merasa begitu kehilangan. air matanya kembali mengalir demi mengingat masa itu. "tapi itu akan baik untuk mereka, mereka hanya suka mempersiapkan masa depanku, dimana aku harus kuliah. berapa rumah yang akan menjadi warisanku nanti, atau berapa harta kekayaan yang akan aku lihat dijejeran rekeningku nanti" tambah Farrel dengan suara menahan kegetiran, membuat Raya semakin mengeratkan pelukkannya. "Karena itu mungkin sebaiknya aku tak lagi ada Raya" ucap Farrel sambil membelai lembut lemgan Raya yamg berada diatas perutnya, mendengar itu Raya langsung membalikkan Farrel menghadapnya, perlu berjingjit untuk Raya menyamai tinggi Farrel. Raya kemudian menangkup wajah Farrel dikedua telapak tangannya, matanya serius memandang Farrel. "masih ada cara lain, aku yakin itu. tapi jangan pernah berifikir untuk pergi selamanya, aku akan bantu untukmu kita akan membicarakan sama-sama dengan orangtuamu. Kamu mau" terlihat Farrel mengangguk malu, ini pertama kalinya ia berdekatan dengan wanita, apalagi wanita itu Raya yang kecantikannya dapat menggetarkan hati para adam. Melihat wajah Farrel yang memerah membuat Raya salah paham ia pikir Farrel masih menahan kesedihan karena pertengkaran orang tuanya. Raya berinisiatif kembali merayu Farrel ia semakin mendekatkan wajahnya ke Farrel "Kau beruntung Farrel, setidaknya kamu punya masih kesempatan bersama orangtuamu. kau tahu, aku bahkan sudah tak bisa lagi bersama orangtuaku. Ibuku sudah lama pergi jauh." Ucap Raya menahan kesedihan dimatanya. Melihat Raya sedih Farrel otomatis mengusap lembut pipi Raya. "Maaf" gumamnya saat terlihat Raya yang salah tingkah. "Ahk.. gakpapa" sahut Raya gugup sambil menggaruk lehernya, ini kali pertamanya melanggar aturannya sendiri untuk tidak bersentuhan dengan laki-laki. setelahnya Raya bertekad untuk membantu Farrel. Hari ini tanpa sepengtahuan Farrel, Raya kembali datang tapi kali ini kerumah Farrel. Ia datang demi menemui ibu Farrel, Mrs. Friska "assalamualikum Mrs. Friska. Maaf jika kedatangan saya menggangu anda. saya juga telah lancang mencari tahu tentang anda" ucap Raya santun ketika melihat Mrs. Friska yang keturunan arab asli membuka pintu. "Walaikumsallam, saya tidak terganggu. tapi kamu siapa?" tanya Mrs. Friska lembut, bibirnya mengulum senyum melihat tingkah Raya yang dinilainya begitu santun. sebelum kerumah Farrel Raya sudah mencari tahu banyak, bahkan cara bicarapun ia pelajari. "Sa-saya teman Farrel" jawabnya kaku sambil mengigit bibir bawahnya, apa ia bisa dianggap teman Farrel? tapi kegugupan Raya disalah artikan Friska, ia pikir Raya justru pacar Farrel. "Jadi kau kesini ingin bertemu Farrel?" tanya Friska masih belum mempersilahkan Raya masuk. "Tidak.. tidak.. tapi saya kesini karena mau bertemu anda dan suami anda" jawab Raya cepat. "Bertemu kami," gumam Friska tak mengerti. Ia melebarkan daun pintu demi mempersilahkan Raya masuk. Raya yang bingung hanya berdiri dan mengitari pandangannya kesekitar. "duduk" perintah Friska. "terima kasih" sahut Raya santun. "perlu apa dengan saya" tanya Friska sedikit angkuh membuat Raya semakin mengeratkan pegangannya dipangkuannya. "saya kesini memohon pada anda supaya lebih peduli dengan Farrel. Emmm... sa-saya.. sedih melihat Farrel yang frustasi karena pertengkaran anda dan ayahnya" telak Raya, sementara Friska nampak kaget mendengar Raya ia melotot tak percaya. "Maaf bukan maksud saya ikut campur, sungguh saya tak pernah suka ikut campur. kalau es campur saya suka. tapi tolong pikirkan juga perasaan Farrel. Ia begitu tertekan bahkan nyaris bunuh diri" tambah Raya gugup melihat reaksi Friska. Friska justru tertawa mendengar Raya. "Hahahaa.. kau lucu tapi maaf tadi namamu siapa?" heran Friska "Raya, Mrs. Friska" jawab Raya sambil mengerjapkan matanya. "Ahk.. Raya, panggil saja saya tante. dan Raya saya berterima kasih kamu mengkhawatirkan Farrel. tapi mungkin semua tak seperti yang kamu duga Raya" senyum Friska yang masih mengira Raya kekasih putranya. "Saya akui, kami memang sering bertengkar, tapi bukan berarti kami tak ada lagi saling menyayangi. kami hanya ingin yang terbaik untuk Farrel. saya fikir Farrel sudah dewasa dan mengerti. tapi saya bahkan baru dengar dari kamu kalau Farrel mau bunuh diri" "Iyah tante, Farrel sendiri yang cerita. Kalau dia begitu tertekan dan nyaris bunuh diri, aku mohon tante. tolong halangi niat Farrel" pinta Raya tanpa sadar mengguncangkan lengan Friska. "pasti Raya, saya dan ayahnya akan bicara dengan Farrel serius, terima kasih sudah peduli dengan Farrel" ucap wanita itu tulus.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD