Chapter 04 - Running After You

929 Words
Jacquellin kembali lari untuk masuk kedalam restaurant. Ia langsung mengarahkan kakinya menuju meja diman Susan dan pengawal Mr.Scott tampak berbincang akrab. Dan ternyata pria tua tersebut telah ada disana, duduk dengan tenang sambil menikmati kopi pesananya. Jacky sempat melirik sekilas kearah Susan yang seketika langsung diam dan menatap penuh takut kearahnya. Sedangkan pak tua tersebut tampak menghela nafas lega sambil mendongak menatap lembut kearah Jacky. Pria itu lebih cocok jadi ayahnya. Dan anggap saja begitu Jacquellin. Dirinya kembali mendengus kesal. Tepat saat ia duduk, matanya menatap bayangan pria yang tadi menciumnya secara lancang. Tanpa sadar Jacky menggigit bibir bawahnya. Kenapa jantungnya berdetak sangat kencang. Dan mendadak otak mungilnya memutar kejadian saat ia berciuman dengan pria tersebut, orang asing yang mencuri ciuman pertamannya. Bahkan sekarang rasa manis bercampur mint dari bibir pria yang tidak ia ketahui namannya, masih membekas dirongga mulutnya. Rasanya Jacky ingin berlari pulang dan menggosok giginya. Ada rasa nikmat dan desiran aneh didalam dirinya, seketika ia menggeleng demi mengusir pikiran jorok dalam kepalanya. Dan syukurlah. Ternyata pria tadi telah berjalan keluar bersama temannya. Yang ternyata adalah pria yang ditabraknya tadi. Kenapa hari ini ia sangat sial. Apalagi ketika tanpa sengaja menatap pria tua yang juga sedang menatapnya. Hargai dia Jacky. Mau bagaimanpun Mr.Scottlah yang bertanggung jawab atas kemajuan keuanganmu. Bayangkan saja jika ia tidak ada, mungkin kau sudah jadi gelandangan di Australia. Mungkin jika bukan karena pertolongan material dari pria tua tersebut, kau tidak akan bisa pulang ke Amerika, mungkin butik mu sudah tutup sejak lama. Dan yang paling pasti, jika usahamu menyelidiki masa lalu mu pasti gagal. Hingga sampai mati kau tidak akan pernah tahu siapa sebenarnya ayah kandungmu.         ⏳⏳⏳ "Hei tenanglah Orion!" sentak Brian ketika mereka telah berdiri dudepan mobil. Sedangkan Orion hanya diam sambil mengatur nafasnya yang memburu. Ia marah bukan karena gadis tadi menemparnya. Karena setelah dipikir-pikir, ganjaran tersebut memang pantas didapatnya. Mencium gadis secara sembarangan adalah hal yang paling dihindari Orion Julius Luciano. Tapi gadis tadi berhasil mengalahkan akal sehatnya. Ada apa ini. Sesuatu yang salah sedang terjadi. "Diamlah Brian. Aku sedang tidak ingin berdebat!" ujar Orion lirih sambil masuk kedalam mobil. Menutup pintu dengan keras. Sedangkan Brian hanya menggeleng-gelengkan kepala, melihat tingkah sahabatnya membuat ia bingung. Dan tak ingin menambah masalah, dirinya bergegas menyusul Orion masuk dan duduk dikursi sebelahnya.  Ia tidak mau mengambil resiko dengan ditinggal Orion sendirian. Dan tak membutuhkan waktu lama hingga mereka tampak memasuki sebuah bangunan mewah diatas bukit.         Rumah dengan dinding kaca tersebut tampak sangat indah dengan cahaya matahari yang terbenam diufuk Barat. Siluet jingganya memantulkan bangunan rumah tersebut diatas permukaan air kolam yang tampak tenang dan dingin. Mereka telah tiba di kediaman pribadi Orion. Kadang jika Ia sedang ada acara di Caifornia, biasanya tanpa diminta, Orion akan menyuruhnya untuk tinggal dirumah pribadinya ini. Tentu saja Brian menerima dengan senang hati. Selain menghemat penguaran baginya, rumah tersebut sangatlah mewah. Menyenangkan ketika mengetahui ia bisa bermalam disana lagi. Brian berfikir jika ia tidak akan pernah menginjakan kakinya disana, tepat setelah kejadian gila dimusim panas tahun lalu. Orion begitu murka dan marah padanya. Bahkan mereka sempat terlibat perkelahian yang tentu dimenagkan oleh Orion. Dan hasilnya ia harus menerima jahitan dipelipis dan tulang hidungnya yang patah. Lagipula tidak salah ketika Orion melakukan hal itu padanya. Meski sempat tak berkomunikasi selama hampir satu bulan, akhirnya hubungan mereka kembali membaik. Berkat bantuan adik kecil Orion, Jacquetta. Alasannya sangatlah konyol. Brian yang mabuk menghamili maid yang bekerja dirumah Orion tersrbut hingga hamil dan parahnya Brian tidak mau bertanggung jawab. Bahakan ia masih ingat bagaimana Orion meneriakinya dengan umpatan kasar. Hingga sampai melarang Brian menginjakan kakinya dirumah mewah tersebut. Tapi see, sekarang dirinya berada lagi dirumah tersebut, bersama sang tuan rumah yang tampan, Orion. "Kau bebas memilih kamar tidurmu Brian." ujar Orion sambil berlalu menaiki tangga menuju kamarnya berada. "I know honey!" teriak Brian menggema. Iapun segera masuk kesalah satu kamar dilantai bawah. Bagaimanapu juga, ia masih merasa sungkan pada Orion. Dirinya juga sebisa mungkin menyadari posisinya. Masih untung Orion tidak menyuruhnya menginap di hotel, rasanya ia sedikit trauma jika harus memilih kamar dilantai atas. Sesampainya didalam kamarnya yang sejuk. Hal pertama yang dilakukan Orion adalah diam didepan balkon yang terbuka. Menghadap hamparan pantai dikawasan Long Beach. Kenapa ia merasa bersalah atas perlakuanya pada gadis asing tadi. Sebegitu besarkah akibat dari ciuman yang ia berikan.  Gadis tadi tampak sangat marah dan tidak terima. Tapi semburat merah dipipinya tidak dapat disembunyikan. Itu hanya ciuman biasa. Bahkan kebanyakan gadis diluar sana sangat senang jika yang mencium mereka adalah Orion. Tapi tidak dengan gadis tadi. Orion masih melihat dengan jelas tatapan jijik yang dilayangkanya pada Orion. Tentang nada tegas dan kalimat dewasa yang begitu apik, seperti telah dipersiapkan matang-matang agar orang yang dimakinya tidak langsung merasakan sakit hati. Tapi susunan katanya sangat berani. Dan itu cukup membuat Orion terkesan. Yang masih membuatnya tidak mengerti adalah sikapnya yang secara spontan mencium gadis asing itu. Tidak bisanya ia sangat loyal pada gadis, apalagi sampai berciuman intim seperti tadi. Seperti suara hati yang menggerakanya. Dan ia tidak tahu mengapa. Mendadak wajah polos dan tatapan hidup dari mata gadis tadi membuatnya menghela nafas lega. Ingin sekali ia meminta maaf. Apalagi setelah bayangan ketika diucapkannya kata terimakasih pada Orion yang telah menolongnya. Bahkan setelah marah ia masih bisa berterimakasih. Hati yang begitu suci. Sepertinya ucapan terimakasih tadi lebih pada ciuman dari Orion. Tak ingin larut dalam kebimbangan, ia segera menanggalkan seluruh pakaianya menuju kamar mandi disisi kamar. "f**k you girl!" teriak Orion ketika gairahnya berada dipuncak. Itu terjadi hanya dengan menyecap bibirnya sendiri, ia merasa jika manis strowberry dari gadis tadi masih membekas dipermukaan lidahnya. Ini benar-benar gila!!!!! Gadis tadi harus bertanggung jawab akan akibat dari bibir manisnya. Ia harus membalas kegilaan yang kini dirasakan Orion. Ya.Orion bersumpah akan merasakan rasa manis itu lagi. Untuk yang kesekian kalinya. Ia bersumpah. Dia pikir siapa hingga berani mengacaukan pikirannya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD