Bagian 4

1329 Words
Setelah selesai berbelanja bersama Kakaknya, Zahra tengah bersiap untuk pergi ke pesta bersama David. Zahra tampak cantik, tubuh langsingnya tertutup gamis yang tidak terlalu besar untuk tubuhnya, sangat pas dan terlihat tampak anggun. Zahra mematut dirinya di cermin, tidak aneh-aneh, hanya bedak dan polesan liptin yang dia Kenakan. Saat sedang fokus melakukan kegiatannya, Zahra mendengar ada yang mengetuk pintu kamarnya dengan pelan. "Masuk saja enggak dikunci." Zahra menoleh ke arah pintu, mendapati kakaknya berjalan menuju ke arah di mana dia sedang duduk, dengan senyuman manis, kakaknya mengelus kepalanya dengan lembut. "Kamu hari ini sangat cantik," puji Raka tulus. Zahra mengerucutkan bibirnya kesal, "Berarti kemarin-kemarin Zahra enggak cantik begitu?" Raka yang melihat adiknya mengerucutkan bibirnya kesal, meresponsnya dengan tersenyum lembut. "Bukan seperti itu, kamu selalu cantik Kok. Sudah selesai belum? ada yang ingin Kakak bicarakan." Zahra beranjak serta mengajak kakaknya untuk duduk dipinggir ranjang. "Kakak mau bicara apa?" Tanyanya dengan memiringkan kepalanya menatap sang kakak yang menatap lurus ke depan. Laki-laki itu terlihat menghela nafas, dia mengalihkan perhatian pada sang adik yang menatapnya penuh tanya. "Kakak mau Jodoh in kamu dengan anak dari teman Mama sama Papa." Tidak ada basa-basi hingga membuat Zahra terdiam mencerna ucapan kakaknya yang menurutnya tidak masuk dalam akal. Raka dapat melihat raut terkejut di wajah adiknya. Tak kuasa melihat tatapan mata adiknya, Raka menunduk, tangannya saling bertaut dan saling meremas menandakan jika ada rasa resah dalam dirinya "Kakak tidak usah bercanda deh, enggak lucu tahu," ucap Zahra terkekeh pelan, dia menganggap ucapan Raka hanya sebuah lelucon belaka. "Kakak enggak bercanda, Kakak serius," ujar Raka serius. Dia menatap mata Zahra dalam, di balas sorot sendu oleh sang adik.  "Apa Kakak tidak sayang sama Zahra? Apa Kakak terbebani dengan adanya Zahra? Sehingga Kakak mau menjodohkan Zahra? Kalau memang itu yang membuat Kakak mau menjodohkan Zahra. Zahra bisa mencari uang sendiri. Zahra akan bekerja agar tidak membebani Kakak. Zahra bisa mencari pasangan sendiri, Kakak enggak perlu repot-repot untuk menjodohkan Zahra.... Hiks... Hiks...." Tidak terasa, air mata Zahra sudah keluar dari pelupuk matanya. Dia tak habis pikir, kenapa kakaknya tiba-tiba mau menjodohkan dirinya. Dia tidak akan menerima perjodohan ini, dia masih menyimpan rasa pada seseorang yang lancang meraih hatinya. "Kakak tahu kamu masih mencintainya, Kakak tahu kamu masih berharap kepada dia. Tapi kamu pikirkan, dia pergi pamit sama kamu apa enggak? Apa dia pernah mengabari kamu?" Tanya Raka sarkas. Zahra diam Dengan Isakan yang senantiasa mengiringi laju air matanya. "Jawabannya tidak, kan? sudah hampir 2 tahun dia tinggalkan kamu. Seharusnya saat kamu lagi terpuruk dia ada di samping kamu. Tapi dia tidak ada!" Tegas Raka. Zahra diam, merasa semua yang dikatakan kakaknya benar.  Raka mengambil sesuatu dari sakunya dan menyerahkan kepada Zahra. "Lihat ini, Kakak diam-diam mencari tahu tentang dia, dia tidak baik untuk kamu, Sayang.” Zahra melihat sebuah foto yang memperlihatkan seseorang yang saat ini masih dicintainya. "Itu kekasihnya, dia sekarang ada di Inggris. Dia sudah menjalin hubungan selama 3 tahun." Penjelasan Raka membuat air mata Zahra semakin deras. Raka tahu, ini teramat menyakitkan untuk gadis seusia adiknya, namun dia tidak bisa membiarkan adiknya terus menerus mengharapkan orang itu. Orang yang jelas-jelas telah menyakitinya. Raka memeluk adiknya, mencoba menenangkan.   Bukannya dia ingin membuat adiknya menangis, dia hanya ingin yang terbaik untuk adiknya. "Berarti dia sudah punya kekasih saat menjalin hubungan dengan Zahra?" Tanya Zahra sendu. Raka mengangguk pelan sebagai jawaban. "Kamu maukan Kakak jodoh in?" Zahra masih diam. "Kamu pikirkan dulu. Besar harapan Kakak, kamu mau dengan per-" ucapannya terpotong saat mendengar jawaban Zahra. "Aku enggak mau dijodohkan, Kak!" Marah Zahra. Raka memejamkan matanya, mencoba untuk menahan amarah. "Ini demi kebaikan kamu." Belum selesai Raka berbicara, suara klakson mobil di depan rumah membuat Zahra segera beranjak. Tanpa banyak bicara Zahra mengambil tas selempangnya dan pergi tanpa pamit kepada kakaknya. Raka menghela nafas dengan kasar. Dia menatap sendu, foto keluarga yang terpampang di dinding kamar sang adik. Tatapannya tersirat kesedihan yang mendalam. Laki-laki itu menarik nafas dalam, setelah tenang dia bangkit dan keluar dari kamar sang adik. Sedangkan di mobil, David bingung dengan sikap Zahra yang hanya diam sesampainya di mobil. Biasanya gadis itu akan cerewet. David juga bisa melihat ada bekas air mata yang menghiasi wajah cantik Zahra. David mematikan mesin mobilnya. "Ra, kamu kenapa?" Zahra menengok dan langsung memeluk David. Zahra menangis di pelukan David. "Kak Raka jahat," ucap Zahra dengan Isakan yang lagi-lagi keluar. David yang mendengar nama Raka, langsung berasumsi bahwa Rakalah yang menyebabkan Zahra menangis. "Memang Kak Raka kenapa?” tanya David dengan tangan yang tidak berhenti mengelus puncak kepala Zahra. "Kak Raka mau Jodoh in Zahra." David membelalakkan matanya tak percaya. Ada apa dengan Raka, kenapa tiba-tiba dia mau menjodohkan Zahra? "Zahra enggak mau, Kak. Zahra mohon berbicaralah dengan Kak Raka untuk membatalkan perjodohan ini," pinta Zahra memohon. David terus menenangkan Zahra. Setelah tenang David menguraikan pelukannya. "Sudah jangan menangis, nanti Kakak akan bicara sama Raka, sekarang hapus air mata kamu dan kita berangkat. Jangan nangis terus nanti cantiknya hilang." Gurauan David mampu menerbitkan senyuman Zahra yang sempat pudar. "Kita berangkat ya?" "Let's go Kak," jawab Zahra semangat. "Kak pestanya untuk perayaan apa sih?" Tanya Zahra yang seakan lupa akan kesedihannya. "Ulang tahun," jawab David. Zahra mengangguk dan menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi. Keadaan sangat hening, David yang fokus menyetir dan Zahra yang masih memikirkan kejadian tadi. "Ra kamu enggak mau turun ini sudah sampai," interupsi David.  "Ra." Zahra tak menanggapi. David yang kesal langsung mencubit pipi chubby Zahra. "Aduh, Kak David apa-apaan sih, sakit tahu!" Zahra memegang pipinya yang tadi dicubit David. "Salah kamu sendiri, diajak ngomong malah diam." Zahra menunduk dengan jemari yang saling bertaut. "Gak usah dipikirkan, nanti biar Kak David yang bicara sama Kakak kamu." Zahra mendongak dan mengangguk pelan  "Senyum Dong." Zahra menampilkan senyum terbaiknya menatap David yang terlihat tampan dengan jas mahal yang dikenakan. "Gitu dong, cantik. Ayo keluar, sudah sampai." Zahra mengangguk dan membuka pintu mobilnya. Mereka berdua masuk ke dalam rumah mewah yang diyakini Zahra adalah tempat berlangsungnya pesta. Semua mata tertuju pada David dan Zahra, Zahra yang tidak biasa menjadi pusat perhatian menundukkan kepalanya. David yang tahu kalau Zahra tidak biasa diperhatikan langsung menggandeng tangan Zahra. Zahra mendongak menatap David yang tersenyum lembut Kepadanya. "Enggak usah nunduk, anggap aja mereka enggak ada." Zahra mengangguk. "Kita ke sana yuk! Kakak kenal in sama teman Kakak, mungkin nanti ada yang kecantol sama kamu." Mendengar ucapan David membuat dia refleks mencubit pinggang laki-laki itu. David hanya terkekeh dan segera mengajak Zahra menuju tempat di mana teman-temannya berkumpul. "Woy, Dev! Siapa yang Lo gandeng, pacar baru?" Tanya teman David saat mereka sampai? "Bukan, ini keponakan Gue, cantikkan," jelas David membuat Zahra menunduk malu karena ditatap oleh teman-teman David. "Waaah, Lo enggak bilang kalau punya keponakan cantik, kenal in sama Gue dong," ujar Aldo teman David. "Ra, kamu kenal in diri kamu sama mereka." Zahra mengangguk dan menatap 5 cowok yang ada didepanya. "Hai Kak, nama aku Zahra." Zahra tersenyum menatap cowok-cowok itu. Senyuman manis yang mampu membuat kaum Adam meleleh. "Gue Aldo." "Gue Kevin." "Gue Nathan." "Gue Andi." "Gue Asta." Mereka semua mengulurkan tangannya kepada Zahra dengan kompak. Zahra menatap uluran tangan itu. Dengan canggung dia menangkup kan tangannya di depan d**a. Mereka semua menurunkan tangannya perlahan. Merasa malu karena biasanya cewek pasti langsung menyosor kepada mereka. "Lo jangan Anggap Adek Gue sama kaya cewek-cewek yang sering nyosor ke kalian." Kekeh David saat melihat ekspresi mereka. Setelah perkenalan, mereka semua mengobrol ringan dan semuanya selalu berebutan ingin mengajak Zahra berbicara. Namun, sedari tadi Zahra merasa ada yang mengawasi, gadis itu mengedarkan pandangannya, tetapi tidak ada hal yang mencurigakan. "Zahra." panggil Aldo. "Eh, iya kak ada apa?" Tanya Zahra gelagapan. "Kamu kenapa kok kayak enggak nyaman gitu?" "Enggak apa-apa kok." Zahra menggeleng pelan, dia mengambil minum yang ada di depanya dengan perasaan takut yang tidak beralasan. Di lain sisi dipesta itu seorang laki-laki menghadiri pesta ulang tahun yang sama seperti yang didatangi Zahra. Dia menatap Zahra penuh dengan kebencian. "Oh jadi ini calon istri Gue. Awas saja Lo, kehidupan Lo akan hancur di tangan Gue," batin laki-laki itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD