11. Ikut campur

1531 Words
"Sorry ya, gara-gara gue ada kuliah pagi, lo juga jadi harus gue anterin lebih pagi," Vitta menatap penuh sesal ke arah Anyelir yang sedang menyantap makanannya di dalam mobil. "Engga apa-apa, kan aku yang udah ngerepotin kamu. Kamu harus nganter jemput aku tiap hari, padahal kamu sendiri sibuk sama kuliah kamu," katanya. Mendengar ucapan Anyelir, Vitta mendengkus pelan. "Ngomong apa sih, Nye? Engga ada yang ngerepotin dan direpotin, gue ngelakuin ini atas dasar kemauan gue sendiri," bantahnya. Anyelir hanya tersenyum tipis, kadang sebuah penyesalan bodoh muncul di kepalanya. Kalau saja dia terlahir dalam keluarga Vitta atau menjadi adik dari wanita yang sedang menyetir di sampingnya saat ini. Mungkin dia juga akan tumbuh dalam rasa percaya diri yang besar dan juga kasih sayang serta perhatian yang berlimpah. Sayangnya dia tidak mendapatkan keberuntungan yang didapatkan oleh Vitta dalam hidupnya. "Aku turun ya! Kamu hati-hati nyetirnya, kalau nanti engga bisa jemput juga engga apa-apa, aku pulang sendiri aja," ujar Anyelir sambil memakai kembali tasnya. Vitta mengangguk, "Gue usahain buat jemput lo nanti. Semangat belajarnya, kalau ada yang jahatin lo, lo lawan, atau bilang ke guru. Jangan diam aja." Anyelir tertawa kecil sambil mengangguk. Kemudian dia turun dari mobil, tangannya melambai saat Vitta menurunkan jendela mobil sambil berjalan pelan meninggalkannya. Udara masih dingin saat Anyelir berjalan menyusuri koridor yang sepi, perasaan takutnya muncul karena sekolah pagi ini masih terisi beberapa murid saja dan beberapa kelas juga masih tertutup walaupun tidak dalam keadaan terkunci. Langkahnya semakin cepat bahkan nyaris berlari saat di Koridor yang menghubungkan ke kelasnya benar-benar tidak ada siapapun. Salahkan jiwa penakutnya yang selalu muncul di saat-saat seperti ini, bukan hanya takut pada perundungan manusia. Anyelir juga takut jika harus melihat sesuatu yang berbau gaib dan menyeramkan. Ia berlari begitu saja memasuki kelas dan kemudian tertegun saat ternyata di dalam kelasnya sudah ada dua orang yang tampak sedang saling bicara. Anyelir tanpa sadar menunduk dan berjalan pelan ke arah bangkunya, menyadari bahwa dirinya masuk di waktu yang salah. "Kalau gitu aku ke kelas dulu ya!" Suara wanita yang Anyelir tahu bernama Mega itu terdengar, namun tak ada jawaban apapun yang disuarakan oleh Januari. Anyelir menebak, mungkin Januari hanya menjawab dengan anggukan. Kemudian wanita itu berjalan melewatinya keluar dari kelas. Yang berarti saat ini hanya tinggal dirinya dan Januari saja yang ada di dalam kelas. Anyelir memutar otak, memikirkan apa yang harus dia lakukan di saat-saat seperti ini. Karena hanya berdua dengan Januari akan terasa sangat canggung meskipun mereka sudah dua kali pulang bersama, atau lebih tepatnya Januari yang menemaninya pulang. "Nanti..pulang bareng?" Anyelir tertegun saat suara datar Januari terdengar. Secara reflek Anyelir bahkan langsung menegakan tubuhnya. "Belum tahu, aku belum tahu sepupu ku jemput atau engga," jawab Anyelir pelan. Dia sama sekali tidak menoleh ke arah Januari. Senyap. Tidak ada balasan lagi dari pria di belakangnya, membuat Anyelir bertambah tidak nyaman sekaligus gugup. Mendengar Januari bertanya tadi, secara langsung Anyelir langsung berpikir apa yang akan terjadi kalau Mega mengetahui mereka pulang bersama. Anyelir tidak ingin mendapat masalah, sudah cukup kemarin dirinya didatangi beberapa wanita yang melarangnya dekat-dekat dengan Royyan. "Soal yang tadi, dia cuma--" "Anyelir! Lo pagi-pagi udah datang!" Renata yang mendadak datang, sangat disyukuri oleh Anyelir. Meskipun dia sedikit penasaran dengan apa yang hendak dikatakan Januari dan terpotong begitu saja. Ia menoleh ke belakang, mendapati Januari sudah sibuk dengan buku di tangannya. Kemudian obrolan singkat mereka terlupakan begitu saja karena Renata langsung mengoceh kan banyak hal yang membuat Anyelir juga terlarut dalam obrolan bersama teman sebangkunya itu. •• "Tumben banget parasit itu engga datang! Gue jadi lega dan nyaman," Renata merentangkan tangannya dengan wajah berseri. Mereka baru saja selesai ulangan Kimia dan saat ini sudah masuk jam istirahat. Biasanya Royyan sudah akan ada di depan kelas mereka dan ikut pergi ke kantin bersama, namun sekarang pria itu tidak muncul sehingga keributan yang biasa terjadi antara Renata dan Royyan tidak terjadi hari ini. Namun bukan hal itu yang disyukuri oleh Anyelir, dia merasa senang Royyan tidak datang karena dia sendiri berencana untuk menghindari pria itu setelah kejadian yang dia alami di toilet. Dia sengaja pindah ke sekolah ini karena tidak ingin mendapat masalah atau dirundung seperti sebelumnya, maka saat mengalami kejadian kemarin dia benar-benar tidak bisa berpikir apapun selain Menghindari Royyan. "Mungkin ada acara OSIS," ujar Anyelir pelan. Di sampingnya Renata tampak mengangguk. "Iya, karena dia terlalu sering bareng sama kita belakangan ini, gue jadi lupa kalau dia itu ketua OSIS. Habis saking banyaknya dia punya waktu luang buat ngekorin lo," balasnya. Anyelir tertawa pelan. Dia yakin jika Royyan ada disini, dia dan Renata pasti akan kembali adu mulut. Mengingat hal itu, Anyelir juga jadi penasaran kenapa selama ini Renata begitu kekeuh tidak menyukai Royyan berada di dekat dirinya. "Re, kenapa kamu engga suka banget sama Royyan?" tanya Anyelir ketika mereka berhasil mendapatkan tempat duduk di kantin yang penuh. Renata yang tadinya hendak berdiri untuk memesan makanan, berhenti dan menatap Anyelir. "Ceritanya panjang. Dan gue engga bisa ceritain sekarang, gue harus pesen makanan buat kita sebelum jam istirahatnya habis," katanya. Anyelir akhirnya mengangguk dan menyebutkan apa makanan yang ia mau sekarang. Biasanya sembari menunggu Renata dengan makanannya, dia akan langsung melihat ke arah pohon yang biasa di tempati Januari. Kali ini pun sama, hanya saja saat ia melihat ke arah pohon itu, dirinya tidak melihat ada orang di sana. Tidak ada sepatu lusuh Januari yang menggantung sepeti biasa. Anyelir mengerutkan keningnya bingung, tadi saat dirinya dan Renata keluar Januari memang masih duduk di bangkunya dengan tenang. Ia pikir setelah hampir semua teman sekelas keluar, Januari juga akan keluar dan menuju ke pohon itu. Tapi sepertinya hari ini pria itu melakukan hal lainnya karena Januari tidak pergi ke pohon itu. Mungkin saja Januari pergi mengunjungi Mega dan makan bersama, untuk apa juga Anyelir harus memikirkan pria yang sedang menikmati perhatian dari wanita secantik Mega. Hanya karena mereka beberapa kali pulang bersama, itu tidak mengubah fakta jika satu-satunya orang yang dekat dengan Januari adalah Mega. Seperti yang diketahui hampir semua orang. •• Kelas sudah sepi, hanya ada Dena, teman perempuan yang sedang telungkup di atas mejanya. Januari memasukan buku miliknya ke dalam tas. Sebagai gantinya, ia mengambil buku kedokteran yang diberikan oleh Ayahnya. Kata Ayahnya, buku itu tidak sengaja ditemukan di antara buku-buku bekas yang Ayahnya dapatkan. Ia berjalan hendak keluar kelas, menuju tempat yang selama ini dia sukai menjadi tempat membacanya yang nyaman. Baru beberapa langkah, Januari berhenti saat telinganya tanpa sengaja menangkap seseorang menyebut nama Anyelir berulang kali. "Hari ini mereka engga bareng, Anye pergi sama temen sekelasnya doang ke kantin," ucap seseorang yang ada di dalam kelas yang Januari lewati. Januari berdiri diam di sisi pintu, kepalanya mendongak dan mendapati tulisan XI IPA 3 di atas kepalanya. Lalu dengan perlahan ia menilik ke dalam kelas dan melihat tiga orang perempuan yang sedang duduk di meja. "Lagian dia waktu itu kelihatan ketakutan, jadi engga akan berani buat deket-deket Royyan lagi," sahut wanita yang lain. Hanya dengan mendengar dua kalimat itu, Januari langsung bisa memahami situasinya. Anyelir, kemungkinan diancam oleh wanita-wanita itu agar tidak deket-deket dengan Royyan. Meskipun Januari tidak bisa mengetahui seberapa parah ancaman yang diterima oleh Anyelir, namun tetap saja itu tidak akan baik bagi wanita seperti Anyelir. Bukan Januari menganggap Anyelir lemah, namun dilihat dari sikapnya, ia yakin Anyelir bukanlah orang yang akan melawan saat ditindas, apalagi oleh lebih dari satu orang. Maka walaupun dia sebenarnya tidak ingin terlibat dalam masalah sepele yang diakibatkan oleh si ketua OSIS, namun karena berhubungan dengan Anyelir, entah kenapa Januari tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Selanjutnya yang ia lakukan justru masuk begitu saja ke dalam kelas hingga membuat ketiga wanita yang tadi duduk di atas meja itu reflek turun dan memandang Januari dengan terkejut. "Bukannya itu Ari?" bisik salah seorang wanita pada temannya. Teman yang ditanyainya itu langsung mengangguk. "Ada perlu apa? Nyari siapa?" tanya wanita yang berdiri di tengah. Januari tidak menjawab, dia malah hanya menatap ketiga wanita itu dalam waktu lama hingga membuat ketiganya kebingungan. "Lo ada perlu sama salah satu dari kita?" tanya wanita yang berdiri di sisi kanan. Namun kali ini Januari juga tidak menjawab, dia malah menghela nafas pelan kemudian berbalik, membuat ketiga wanita itu saling pandang dengan tatapan bingung. "Kalau kalian suka, bukan berarti kalian berhak atas hidup orang yang kalian sukai," ujar Januari pelan. Ia menghentikan langkahnya, kemudian menoleh ke arah ketiga wanita itu. "Bukan Anyelir yang deketin Royyan, tapi Royyan yang deketin Anyelir. Cuma karena kalian engga suka fakta itu, kalian jadi seenaknya melampiaskan rasa kesal kalian ke orang yang engga bersalah. Kalau kalian engga suka, suruh Royyan berhenti deketin Anyelir, bukan malah ngelabrak Anyelir. Itu engga akan ada gunanya," lanjutnya. Kemudian dia langsung berjalan dengan tenang keluar dari kelas, meninggalkan ketiga wanita itu yang berdiri dengan wajah memucat. Januari tahu seharusnya dia tidak melibatkan diri dalam masalah orang lain seperti yang sudah ia lakukan selama ini, bahkan dia juga tidak ikut campur saat gosip buruk menimpa Mega karena wanita itu terus berada dekat dengannya. Tapi anehnya, mendengar Anyelir yang bahkan tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa malah mendapatkan perlakuan tidak adil dari para penggemar Royyan, membuat Januari merasa kesal. Bukannya memang seharusnya Royyan yang diminta berhenti untuk mendekati Anyelir dan bukan sebaliknya? |||•••|||
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD