Bagian 3 Pria Terburuk

254 Words
Amelia segera bangun dengan tubuh bergetar. Dia mematung di depan cermin. Bekas peristiwa semalam membekas. "Amel? Kamu sudah bangun?" Gadis itu memasang wajah tegang dan berbalik. "Ehm." "Aku sudah menyiapkan sarapan. Jangan lupa dimakan! Aku berangkat kerja dulu!" "Tunggu!" Amelia mendekat perlahan. Ia membenarkan dasi yang mereng di leher pria itu. "Terima kasih. Akan kubawakan hadiah sepulang kerja nanti." Pria itu mengacak rambut Amelia. "Kak!" Pria itu menghentikan langkahnya. "Aku mau martabak aja. Tidak yang lain." "Ehm." Pria itu segera pergi. Amelia pun segera luruh ke lantai. 000 Ruangan begitu gelap. Amelia segera menghidupkan lampu yang temaram. Ia memandangi wajah yang dipasang di dinding dan diawetkan. Paras tampan, teman masa kecilnya, membuatnya luruh dan menangis. Satu jam kemudian. Amelia bangkit. Ia mulai membuka laptop dan mengetik naskah kedua. "Aku melihat pakaian cantik hari ini. Apakah kamu mau?" Sebuah pesan dari pria itu segera dibaca oleh Amelia. Karena, memang. Tak ada kontak lain di HP itu, kecuali dia. "Bisa kirim gambarnya, Kak?" Amelia mengirim pesan dengan tangan gemetar. Pasalnya, jika sembrono dia berkata ia. Maka akan ada orang yang harus mati lagi. Sebuah foto patung dengan dress hitam selutut dikirim oleh pria yang disapa kakak itu. Amelia segera membalas pesan dan mengatakan iya. 000 Sebuah kotak besar ada di depan rumah. Kali ini, agak berat. Tubuh Amelia sudah bergetar sejak tadi. "Perempuan itu, tidak mau mengalah. Padahal, aku berharap kamu memakai gaun yang cantik ini." Tubuh Amelia luruh ke lantai. Padahal dia belum membuka kotak itu. Hanya sebuah surat, membuatnya tidak bisa berkata apa-apa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD