bc

bosku suamiku

book_age16+
34
FOLLOW
1K
READ
comedy
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Kisah seorang wanita berumur 23 tahun yang sedang melupakan masa lalunya yang kejam, dia Kinara Moonglade. Gadis malang yang harus menghadapi takdir yang kejam, tapi itu dulu. Sekarang dia sudah tumbuh dan mulai melupakan masa lalunya.

Hari-harinya selalu ditemani oleh sang bos--Ardan. Bagi Kinara dia adalah bos yang aneh karena sifatnya yang random. Tapi dia bisa bertahan demi untuk menghidupi kehidupannya yang hanya sebatang kara. Hingga pada akhirnya mereka terjebak dalam kisah cinta.

bagaimanakah kisah mereka berlanjut?, apa mereka akan hidup bahagia dalam sebuah ikatan atau akan berakhir dengan perpisahan yang memilukan?. Jika ingin tahu silahkan baca cerita ini hingga akhir.

chap-preview
Free preview
Masa Lalu
Seorang gadis sedang berlari di hutan yang sepi dan gelap, dia sedang dikejar oleh pria misterius, entah sudah terhitung berapa hari gadis itu berlari dan bersembunyi. Dia takut, dia ingin pulang ke rumahnya, dia ingin bertemu orang tuanya. Tapi sayangnya itu hanyalah khayalan semata, orang tuanya telah meninggal di hutan itu, mereka dibunuh dengan sadis di depan matanya, itu membuatnya sangat ketakutan dan ingin menyerah. Gadis itu melihat ke belakang, pria itu masih terus mengejarnya tanpa henti. Dia kembali melihat ke depan, air matanya luruh. Dia teringat kejadian akan pembunuhan orang tuanya yang dilakukan oleh orang tersebut, keji sekali. Dia tidak habis pikir, punya dendam apa pria itu sampai-sampai dia membantai keluarganya?, apa orang tuanya mempunyai masalah dengan pria tersebut?. Gadis itu tiba-tiba terpeleset dan jatuh berguling, kepalanya membentur benda keras. Sepertinya itu batu, gadis itu merasa pusing, dia dengan perlahan bangun dengan tangan yang memegang kepalanya. Ternyata kepalanya berdarah, dia melihat darah itu lalu menatap sepasang kaki yang berdiri di depannya. Dengan perlahan gadis itu mengangkat kepalanya, dia menatap pria itu dengan wajah ketakutan, bibirnya bergetar, tubuhnya pun ikut bergetar. Pria itu tersenyum menyeramkan sambil mengayunkan sebuah pisau ke udara. Gadis itu menggeleng, dia tidak ingin mati, dia masih ingin hidup dan mewujudkan cita-citanya. “Jangan, aku mohon,” Matanya melotot ketika pisau itu melayang kearahnya. “TIDAKK!” Gadis itu menjerit kencang hingga membuat burung-burung yang ada di hutan itu terbang karena terkejut. *** Gadis itu terbangun dari tidurnya, keringat dingin membasahi tubuhnya, matanya melotot, nafasnya tersenggal-senggal. Mimpi itu kembali menghantuinya, itu membuatnya teringat kembali pada kejadian itu. Gadis itu kini sudah tumbuh dewasa, dia berhasil selamat dari kejadian pembunuhan itu dan tumbuh dewasa, sekarang dia sudah berumur 23 tahun, dia telah terlepas dari aturan sekolah, sekarang dia akan menjalani kehidupan sebagai orang dewasa pada umumnya. Dia bernama Kirana Moonglade, wanita itu adalah gadis berumur 17 tahun yang dulu dikabarkan hilang bersama dengan keluarganya. Dia adalah wanita yang selamat dari kejadian pembunuhan pada 6 tahun lalu, dan setelah selamat dari kejadian mengerikan itu, Kirana dirawat di rumah sakit dan diawasi oleh polisi kota. Tentu itu bertujuan agar memastikan Kirana aman. Selama kurang lebih 3 tahun Kirana melakukan tes psikologi dengan dampingan direktur rumah sakit yang menyayanginya, dia sempat mengalami sedikit gangguan kecemasan dan trauma yang berlebih. Tapi setelah melakukan perawatan dia dinyatakan sembuh dan bisa bebas, tapi sayangnya dia menjadi memiliki pobia akan hutan. Sedangkan pembunuh itu telah diamankan dan dihukum mati karena sudah melakukan banyak pembunuhan. Kirana melihat jam, di sana terlihat jam menunjukkan angka 07:15. Sial!, dia akan terlambat ke kantor, atasannya pasti akan menghukumnya, itu sangat menjengkelkan, Kirana tidak suka. Dengan segera, Kirana bangkit dan pergi untuk mandi. **** Kirana berjalan dengan anggun di lorong kantor, dia tersenyum kepada karyawan yang menyapanya. Hingga ada satu staf yang mendekatinya. “Maaf mbak, mbak Kirana dicariin pak Ardan,” ucap staf itu sopan “Oh iya, makasih ya,” Kirana memberikan senyuman manis kepada staf itu Staf itu membalas senyuman Kinara. Dengan segera, Kirana berjalan menuju ruangan atasannya, sudah dipastikan dia akan mendapat hukuman dari pak bosnya itu. Setelah sampai di depan ruangan sang bos, Kirana menarik nafasnya dengan tangan yang bersiap membuka pintu. Dia memasang senyum manisnya sebelum memasuki ruangan itu. ‘Ayo Kirana, kamu harus kuat ngadepin makhluk kaya pak Ardan,’ batinnya Kirana menatap pintu itu dengan senyuman palsunya, setelah itu dia langsung membuka pintu dan masuk ke dalam. “permisi pak,” ujarnya Kirana menutup pintu lalu berjalan ke hadapan sang bos yang sedang sibuk dengan laptopnya. Kirana menaruh tasnya di atas meja tempat dia bekerja. Belum sempat dia berdiri dengan sempurna, Kirana sudah mendengar suara yang menyebalkan baginya. “Sudah jam berapa ini?, nona Kirana,” Ardan menatap malas Kirana yang masih membungkuk Kirana menggigit bibirnya dalam lalu memutar badan menghadap sang bos, dia langsung tersenyum kepada Ardan. Tangannya meremat rok pendeknya. “Ini masih pagi Kirana, jadi saya mohon agar kamu tidak memperlihatkan senyuman bodohmu. Itu membuat saya kehilangan selera,” Senyum Kirana pudar, dia menatap bosnya yang so itu dengan tatapan kesal. Bibirnya menye-menye seperti sedang mengejek Ardan. Merasa ada pergerakan dari Kirana, Ardan mengalihkan pandangannya dan menatap Kirana yang seperti sedang menjaga sikap. “Kamu ngejek saya, benar?” ujarnya Kirana menatap kearah lain, matanya tertuju kepada kamera pengawas yang ada di ruangan itu. Dia menipiskan bibirnya menatap kamera CCTV itu. ‘Dasar kamera sialan!, gara-gara kamu saya jadi ketahuan sama pak Ardan!’ gerutunya dalam hati Ardan menutup laptopnya lalu bersender di kursi kuasanya, dia menopang dagu dengan kedua tangannya. Dia bersikap seperti CEO yang berwibawa. Ardan berdiri dari duduknya lalu merapikan jas dan dasinya. “Sudahlah Kirana, kita lanjutkan permasalahan ini nanti. Sekarang kita ada meeting di luar kantor, persiapkan semuanya, jangan sampai ada yang tertinggal,” ujarnya santai “Baik pak!” Kirana membungkuk sopan lalu mulai menyiapkan barang yang mereka perlukan **** Ardan berjalan dengan gagah diikuti oleh Kinara di belakangnya, para staf yang bekerja membungkuk hormat kepada atasan mereka. Ardan memasuki mobil hitam mewahnya disusul Kinara yang juga ikut masuk didepan, sedangkan Ardan di belakang. Baru saja Kinara duduk, dia sudah mendapat komentar dari sang bos. “kenapa kamu duduk disitu?. Kamu sekertaris saya, jadi kamu harus tetap berada di dekat saya,” komentarnya Kinara menatap Ardan dari kaca mobil, terlihat lelaki itu sedang menatap Kinara. Kinara memutar matanya malas lalu membuka pintu mobil, dia kembali memasuki mobil di kursi belakang di samping Ardan. “Jalan pak!” perintah Kinara sembari mendelik kepada Ardan Diperjalanan, Ardan hanya sibuk dengan handphonenya, sepertinya dia sedang mengerjakan proyek cabangnya. Kinara, gadis itu tidak pernah lepas memandang bangunan yang menjulang tinggi, sangat nyaman, bangunan itu seperti masa lalunya yang cepat berlalu. Jika dipikir-pikir, perjuangannya selama 6 tahun ini tidak sia-sia, dia berhasil melewati masa-masa sulitnya. Meski agak sedikit berliku, tapi Kinara bersyukur bisa hidup sampai saat ini. Mimpinya memang belum terwujud, dan seiring bertambahnya usia, keinginannya berubah. Dia ingin menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya kelak, dia ingin membina rumah tangga yang baik, tentunya dengan pendamping yang baik juga. Untuk itulah dia belajar dari pengalaman, dengan sang bos yang bersifat random, Kinara pasti akan bisa merintangi masalahnya nanti. Semoga seiring berjalannya waktu, hidupnya bisa menjadi lebih baik dan lebih baik ke depannya. Tak terasa kini mereka telah sampai di tempat tujuan, di restoran yang cukup megah. Kinara menatap restoran itu dengan seksama, dia beralih menatap Ardan yang masih sibuk. “Kita sudah sampai pak,” ucapnya sopan Ardan mematikan handphonenya dan memasukannya ke dalam saku, dia menatap Kinara lalu mengangguk. “Ayo masuk,” ujarnya lalu membuka pintu mobil Kinara ikut turun dari mobil dengan membawa tas berisi laptop dan dokumen-dokumen penting, dia berjalan mengikuti sang bos yang masuk kedalam restoran. Setelah memasuki restoran, mereka menelisir setiap isi restoran, mata Kinara tertuju kepada pria berjas yang sedang melambaikan tangannya. “Disana pak,” ujar Kinara Ardan mengangguk lalu berjalan dengan wibawa, dia menyapa sang klien dengan ramah. “Maaf karena sudah membuat anda menunggu,” ucap Ardan sopan “Tidak apa-apa pak Ardan, kami juga belum lama sampai di sini,” balasnya sopan Ardan mengangguk mengerti, dia menatap sekeliling restoran itu. Dia kemudian teringat akan Kinara yang belum sempat dia perkenalkan. “Oh iya, perkenalkan, dia Kinara. Sekertaris saya di kantor,” ujarnya tersenyum ramah Klien Ardan langsung menatap Kinara dan tersenyum. Kinara menjabat tangan kedua klien bosnya dengan ramah sambil memperkenalkan dirinya sendiri. “Silahkan duduk pak Ardan,” silahnya sopan Ardan dan Kinara duduk secara berdampingan, di depan sang klien mereka tampak berkarisma. Tidak seperti sedang berdua di kantor atau di mana pun itu. Kinara mengeluarkan laptop dan dokumen dari dalam tas. “Baik, mari kita mulai meeting ini,” ucap Ardan Mereka kemudian memulai meeting mereka dengan bijak dan seksama, detail demi detail mereka jelaskan tentang perusahaan masing-masing. Waktu demi waktu berlalu, meeting mereka telah selesai dilaksanakan, kini mereka sedang menimang-nimang hasil dari penjelasan tersebut. Klien Ardan tampak sedang mengangguk dan mempertimbangkan, Kinara sebagai juru bicara sangat amat merasa gugup, dia takut jika kliennya menolak untuk bekerja sama. Meski sudah sering melakukan meeting seperti ini, tapi tetap saja, Kinara selalu khawatir akan hasilnya. Ardan menggenggam tangannya di depan wajahya, dia terlihat santai dan berwibawa, tidak seperti Kinara yang tampak khawatir dan gugup. Klien tersebut berhenti berdiskusi, Kinara membenarkan posisi duduknya menjadi tegak, tangannya memegang rok karena gugup. “Baiklah, kami terima ajakan ini,” ujar klien itu Kinara menghela napas lega, bersyukur sekali rasanya jika sang klien menerima ajakan kerja samanya. Itu menjadi kebahagiaan bagi dirinya sendiri. “Baiklah jika seperti itu, semoga kita bisa terus bekerja sama dengan baik” ujar Ardan spontan Mereka berempat bangkit dari duduknya dan saling menjabat tangan, mereka mengucapkan terima kasih atas meetingnya yang sukses serta kerja samanya yang lancar. “Terima kasih, jika begitu kami pamit undur diri,” pamit klien Ardan Ardan dan Kinara mengangguk membolehkan sang klien pergi. Setelah kepergian klien tadi Ardan langsung duduk dengan santai, tidak seperti tadi yang tampak berkarisma. Kinara menatap malas Ardan dan ikut duduk di sampingnya. “Saya paling tidak suka dengan meeting, ini melelahkan. Saya harus bersikap seolah saya adalah CEO yang baik dan berwibawa,” keluh Ardan “Siapa suruh bapak mau menjadi CEO,” tanggap Kinara sinis Ardan membenarkan posisi duduknya, dia menatap Kinara, tangannya ia simpan di senderan kursi. Kinara yang ditatap oleh Ardan menjadi salah tingkah sendiri, dia menatap arah lain dan meminum jusnya. “Saya tidak berniat menjadi CEO, saya hanya ingin menjadi manusia pemalas yang kerjaannya hanya tidur dan bermain ponsel,” keluhnya Uhukk! Kinara tersedak jus, dia menyimpan jusnya di atas meja lalu mengambil tisu dan mengelap bibirnya. Dia tidak menyangka Ardan akan berbicara seperti itu, padahal jika Kinara menjadi Ardan dia akan merasa sangat bersyukur dan menjadi pekerja keras untuk mempertahankan bisnisnya. Terlebih lagi dia mendengar Ardan ingin menjadi manusia pemalas yang hanya ingin tidur dan bermain ponsel. Sungguh, Ardan adalah CEO teraneh yang pernah Kinara temui. “Bapak stress,” ujar Kinara Ardan menyentil kening Kinara, lancar sekali Kinara menyebutkan bahwa dia stress, padahal dia ini atasan Kinara, tapi Kinara memperlakukannya seperti teman. “Ya, saya stress. Stress karena kepikiran kamu terus,” ujar Ardan Kinara yang sedang mengelus keningnya tiba-tiba berhenti ketika mendengar ucapan Ardan yang tidak ia sangka. Kinara menatap Ardan dia terdiam beberapa saat, sedangkan Ardan memasang wajah bingungnya. “Ppffhh …,” Kinara menutup mulutnya lalu tertawa terbahak-bahak, dia bahkan sempat memukul Ardan Ardan semakin merasa heran dengan Kinara, ada apa sebenarnya dengan Kinara?, apa dia dirasuki oleh setan di restoran ini?. Ardan jadi ngeri sendiri melihatnya, dia mengelus tangannya yang merinding. “Kenapa kamu tertawa Kinara?, saya merinding melihatnya,” ujar Ardan “Bapak dapet kata-kata tadi dari mana?” ujar Kinara yang baru saja menghentikan tawanya “Kata-kata yang mana?” tanya Ardan “Yang tadi bapak bilang, ‘iya stress. Stress karena kepikiran kamu terus,” ejek Kinara Ardan tiba-tiba saja diam, benarkah?. Benarkah dia sempat mengatakan itu?, dia malu sendiri mendengarnya. Tawa Kinara kembali pecah ketika melihat wajah Ardan yang salah tingkah, sangat lucu rasanya. Jarang-jarang dia melihat Ardan salah tingkah, dia harus mengejek Ardan sepuasnya. **** Sekarang hari sudah malam, jam menunjukkan pukul 23:13 tetapi Ardan dan Kinara masih stay di kantor. Karena mereka masih memiliki banyak pekerjaan, jadi mereka melakukan kerja lembur. Kinara menutup laptopnya dan merentangkan tangannya yang kaku, dia mengambil ponselnya dan membaringkan kepalanya di atas meja. Sedangkan Ardan masih belum selesai dengan pekerjaannya, dia melipat kedua tangannya di depan d**a, tubuhnya dia senderkan di kursi besarnya. Dia sedang berpikir keras, tangannya terangkat untuk memijat keningnya yang terasa pusing. Karena lelah, Ardan lebih memilih menutup laptopnya, dia memutar kursi menghadap kaca besar yang ada di belakangnya. Ardan berdiri dari duduknya dan berjalan maju, dia melihat seisi kota yang masih ramai dengan kendaraan pikirannya menerawang jauh. Tidak mau lebih lama berdiam diri, Ardan memilih barbalik dan mengambil jasnya. Setelah memakai jasnya Ardan berjalan kearah meja Kinara, dia melihat Kinara yang tertidur. Tok!, tok! Ardan mengetuk meja kerja Kinara, tidak ada pergerakan. Kinara masih betah dengan tidurnya, tangannya terangkat untuk memegang pundak Kinara. “Kinara?, apa kamu tidak mau pulang?” tanya Ardan Kinara menggeliat kecil, perlahan matanya terbuka. Kinara yang sadar jika dia tidur di kantor langsung bangkit duduk, matanya melotot lalu menatap Ardan. “Pak Ardan?, maaf pak saya ketiduran,” ujar Kinara tidak enak “Ya sudah, tidak apa-apa. Ayo kita pulang, ini sudah larut,” ucap Ardan “B-baik pak,” Kinara bergegas memasukkan barang-barangnya kedalam tas kecilnya, setelah selesai dia segera bergegas keluar untuk menyusul bosnya. Tapi setelah sampai di luar kantor, Kinara tidak melihat Ardan. Kinara melihat sekeliling, tidak ada siapa pun di sini, di sini sunyi membuat bulunya berdiri. Kinara memilih berjalan menuju halte bus yang terletak tidak jauh dari kantor, dia memeluk tubuhnya sendiri lalu duduk di kursi halte. Matanya tidak berhenti menatap ke sana kemari, dia takut akan terjadi sesuatu. “Kayaknya gak bakalan ada bus deh, hahh …, tahu gitu tadi mendingan tidur aja di kantor,” keluh Kinara Kinara mengambil handphonenya dan menyalakan earphone, dia akan menyalakan musik untuk mengurangi rasa takutnya. Kepala Kinara tampak mengangguk-angguk karena sedang mendengarkan musik, tangannya terangkat dan bergerak ke sana kemari. Kinara bergoyang kecil dengan mata tertutup, sepertinya musik itu membuatnya lupa akan keadaan. Saat asik dengan lagunya, lampu mobil yang berhenti di dekatnya mengacaukan semuanya. Kinara mematikan musiknya lalu menatap mobil yang tampak tidak asing itu. “Pak Ardan?” gumamnya

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.5K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.0K
bc

TERNODA

read
198.5K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
50.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook