Bab 3 ||teman dan kue||

2032 Words
Pagi harinya, Kinara sedang membantu Ardan membereskan barang-barangnya. Sekarang dia sudah diperbolehkan pulang, dia hanya perlu menjaga tangannya yang patah dan juga luka di keningnya yang masih belum kering. “Hari ini saya izin tidak bekerja pak,” izin Kinara “Kenapa?” tanya Ardan “Saya mau jemput teman saya di dermaga,” jawab Kinara “Saya ikut,” ucap Ardan “Ga-,” “Pokoknya saya ikut, ini hukuman kamu,” sela Ardan Kinara menghela napasnya, dia mengangguk. Tidak ada gunanya Kinara menolak, Ardan pasti akan terus memaksa hingga Kinara setuju. **** Kinara dan Ardan sedang menunggu di dermaga, seharusnya kapalnya sebentar lagi sampai. Ardan menatap sekeliling, aneh rasanya, kenapa teman Kinara tidak naik pesawat saja?. Kapal yang ditunggu-tunggu pun datang, Kinara tersenyum. Dia senang, temannya kembali dan akan tinggal bersamanya untuk waktu yang lama. Para penumpang turun dari kapal, senyum Kinara semakin lebar ketika melihat temannya yang bernama Lili Perwita datang. Mereka adalah teman semasa SMA, Lili yang dulunya merantau ke Jakarta dan bersekolah di tempat yang sama dengan Kinara bertemu dengan Kinara dan menjadi teman akrab. Bahkan dulu hanya Lili yang berteman dengan Kinara yang bukan karena harta, karena dulu jika ada orang yang mendekati Kinara pasti karena hartanya, mereka hanya ingin memanfaatkan harta Kinara. Buktinya ketika Kinara terkena musibah mereka tidak ada yang peduli, dan hanya Lili lah yang selalu ada disetiap saat. Lili juga sudah akrab dengan kedua orang tua Kinara, Lili bahkan tinggal bersama Kinara atas permintaan Kinara sendiri. Hingga pada lulus SMA Lili pulang ke kampung halamannya dan tinggal kembali bersama kedua orang tuanya. Dan kini Lili kembali bersama Kinara, mereka tidak dapat dipisahkan. Lili tersenyum lebar saat Kinara berlari kearahnya, Lili menurunkan tasnya lalu merentangkan tangannya bersiap menerima pelukan Kinara. “Lili!” seru Kinara Grep! Kinara dan Lili berpelukan di tengah banyaknya penumpang yang berlalu-lalang. Kinara menangis haru dipelukan Lili, dia merindukan Lili. Sudah lama mereka tidak bertemu, dan ketika bertemu lagi dia melihat sahabatnya sudah tumbuh dan semakin cantik. “Lilii, Kinara kangen sama Lili …,” tangis Kinara “Huaa, Lili juga kangen sama Kinaraa,” balas Lili Kinara dan Lili sama-sama menangis haru, mereka tidak peduli dengan sekitar yang terpenting mereka bisa melepas rindu karena sudah lama tidak bertemu. Setelah cukup lama berpelukan, mereka berdua melepaskan pelukannya masing-masing. Mereka mengelap air mata dan mengelap hidungnya lalu tertawa kecil. “Ngapain nangis?, kayak anak kecil aja,” ucap Kinara “Siapa juga yang nangis,” canda Lili Mereka berdua tertawa kecil di dermaga. Ardan menggeleng kecil melihat tingkah kedua wanita itu, matanya tidak pernah terlepas dari Kinara. Ternyata Kinara mempunyai sifat seperti anak kecil, Ardan menjadi gemas sendiri melihatnya. **** “Emm, jadi gitu,” Lili tampak mengangguk-anggukan kepalanya pertanda dia mengerti Kinara meletakkan minuman dan kue di atas meja, dia ikut duduk dan mengobrol bersama dengan Ardan juga Lili. Tadi Lili sempat kebingungan karena Kinara membawa lelaki untuk menjemputnya, Lili kira Ardan adalah pacar Kinara, tapi ternyata bukan. Kinara tertawa kecil ketika melihat wajah Lili, dia jadi terbayang akan kondisi muka Lili ketika di dermaga tadi. “Gak usah ketawa!” sewot Lili “Bodo,” ejek Kinara Lili mendelik kepada Kinara lalu mengambil biskuit yang Kinara jamukan, sedangkan Ardan fokus dengan handphonenya. “Kinara, sepertinya kita ada meeting. Ayo berangkat,” ujar Ardan “Baik pak,” ujar Kinara Kinara dan Ardan berdiri dari duduknya, Kinara kemudian menatap Lili yang sedang makan biskuit. “Li, aku pergi dulu ya. Kamu istirahat aja,” ucap Kinara “Aman,” ujar Lili Kinara mengangguk lalu menatap Ardan. “Mari pak,” ujarnya Ardan mengangguk dan berjalan keluar. Kinara mempersilahkan Ardan masuk mobil dan ikut duduk di samping Ardan. Ini adalah hukumannya, dia harus tetap berada di dekat Ardan dan memenuhi setiap keinginannya. *** Semalam, saat Ardan masih dirawat di rumah sakit dan masih merajuk, Kinara masih senantiasa menemani dan membujuk Ardan. “Bapak harusnya udah nikah lho, kan bapak udah tua,” Kinara tertawa kecil setelah mengejek Ardan “Saya belum tua!, umur saya hanya 3 tahun lebih tua dari kamu!” sewot Ardan tidak terima Kinara cukup kaget mendengarnya, dia kira Ardan sudah berumur 30 tahun lebih, tapi ternyata tidak. Yaa meski pun wajah Ardan terlihat awet muda, tapi Kinara yakin jika Ardan sudah berumur 30 tahun lebih. Tapi ternyata dia salah, Ardan hanya berumur 3 tahun lebih tua darinya. “Wahh, benarkah?. Jika begitu, bisa kali saya sama bapak,” canda Kinara “Ohh tentu saja bisa,” balas Ardan lalu tertawa kecil Kinara dan Ardan sama-sama tertawa kecil, mereka kemudian menatap satu sama lain. Ardan berdehem pelan lalu memalingkan wajahnya. “Saya masih marah sama kamu,” ujar Ardan Hah! Kinara jadi kesal sendiri, dia merapatkan bibirnya dan menggretakan giginya. Kinara kemudian menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya dengan perlahan, dia harus sabar menghadapi Ardan. “Selama seminggu kamu harus selalu dekat saya dan turuti setiap kemauan saya. Itu hukuman kamu,” ujar Ardan “Kok seminggu sih pak?” ucap Kinara tidak terima “Kenapa?, mau ditambahin lagi?. Lagi pula kamu belum saya hokum kemarin, jadi mending sekalian aja,” jawab Ardan Kinara menghela napas sabar, dia melirik ke samping atas lalu kembali menatap punggung Ardan yang membelakanginya. “Oke iya!, satu minggu. Tapi permintaannya jangan yang aneh-aneh, kalo aneh-aneh bakal saya tolak,” ucap Kinara ‘Yes!, akhirnya punya alesan selain kerja biar bisa deket sama Kinara,’ batin Ardan kegirangan Ardan berdehem kecil, dia menutup matanya. Senang sekali rasanya, dia jadi mempunyai alasan untuk dekat dengan Kinara walau pun bukan di jam kerja. “Ya sudah, kamu tidur. Ini sudah larut,” perintah Ardan “Hmm,” Kinara berdehem malas lalu berjalan kearah sofa yang ada di kamar rawat Ardan, dia merebahkan tubuhnya lalu menutup matanya Ardan yang merasa jika Kinara sudah tertidur berbalin menghadap Kinara, dia menatap wajah cantik itu dengan damai. Ardan tersenyum kecil lalu menutup matanya dan ikut tidur. *** Kinara menatap depan setelah menutup pintu. Dengan perlahan mobil mulai bergerak maju meninggalkan pekarangan rumah Kinara. Ardan menepuk tempat kosong di sampingnya, Kinara menoleh dan menatap bingung Ardan. “Kemari, saya ingin menyender,” ujar Ardan “Kan di kursinya ada pak,” ujar Kinara “Maunya nyender di kamu. Cepet sini, gak ada penolakan,” pinta Ardan Kinara mengangguk pasrah, dia bergeser lebih dekat dengan Ardan. Ardan dengan senang tersenyum dan menyender di bahu Kinara, dia memejamkan matanya. Nyaman sekali, Ardan suka. “Kita mau kemana pak?” tanya Kinara “Rumah saya,” jawab Ardan “Lho?, katanya mau meeting?” tanya Kinara “Saya berbohong, maaf,” lirih Ardan yang masih menutup matanya Kinara yang awalnya akan marah dia urungkan ketika melihat Ardan yang tertidur di bahunya, sepertinya dia lelah dan butuh istirahat yang cukup. Kinara memegang kepala Ardan dan membenarkan posisinya agar nyaman. Ardan tersenyum tipis, Kinara ternyata perhatian juga terhadapnya. Meski sudah dibohongi Kinara masih mengkhawatirkannya. Ardan menjadi semakin yakin jika dia harus menjadikan Kinara pendampingnya. **** Mobil mewah Ardan memasuki gerbang rumah Ardan yang menjulang tinggi, mobil berhenti di pekarangan rumah. Ardan dan Kinara keluar dari mobil dan berjalan masuk kedalam. “Permisi,” ucap Kinara Kinara dan Ardan memasuki rumah, Kinara melihat sekeliling. Rumah Ardan sangat mewah dan besar, memang pantas mendapatkannya. Karena Ardan mempunyai beberapa perusahaan inti dan beberapa perusahaan cabang. “Kita diam di kolam renang saja,” ujar Ardan Kinara mengangguk dan terus mengikuti langkah Ardan, mereka berhenti di samping rumah dimana di sana terdapat kolam berenang yang cukup besar. Ardan dan Kinara duduk di kursi yang sudah disediakan, Kinara menatap menelisir setiap inci. “Ini tuan,” seorang asisten rumah tangga menaruh minuman dan juga kue kering di atas meja Ardan mengangguk, asisten rumah tangga itu pergi dari hadapan sang tuan. Ardan mempersilahkan Kinara untuk meminum dan memakan makanan yang ada di sana. “Ayo dimakan,” silah Ardan Kinara mengangguk sambil tersenyum ramah, dia engambil satu kue dan memakannya. “Enak,” itulah yang diucapkan oleh Kinara “Tentu saja, silahkan habiskan jika kamu mau. Dan jika suatu hari kamu menginginkannya lagi, datanglah ke sini atau mintalah kepadaku untuk membawanya ke kantor,” ucap Ardan ramah “Enggak usah sampe segitunya pak, saya gak enak,” ujar Kinara “Tapi saya mau, besok saya bawain,” putus Ardan Kinara hanya bisa diam menahan malu, dia mengunyah kue yang ada didalam mulutnya dengan perlahan. Rasanya dia tidak enak hati, sebenarnya untuk seorang bos Ardan itu terlalu baik. Patut saja banyak yang menyukainya. **** Malam harinya, Kinara sedang berbaring di ranjangnya yang empuk dia sedang bermain ponsel. Jarinya tidak berhenti mengetik, sepertinya dia mempunyai teman chat. [Apa perlu aku bawakan kue tadi ke kantor?] isi pesan dari Ardan [Tidak perlu pak,] balas Kinara Ternyata Kinara sedang sibuk chatingan dengan Ardan, biasanya mereka tidak pernah chatingan, paling ketika Ardan atau Kinara mengirim pesan jika ada hal yang penting saja. Tapi sekarang tidak, mereka seperti ada perubahan dan kemajuan. [Perlu berapa banyak aku membawanya?] tanya Ardan [Tidak usah pak,] balas Kinara Pesan sudah tercentang 2 biru, tidak ada tanda-tanda Ardan akan mengetik. Kinara masih senantiasa menunggu di room chat, karena bosan Ardan tetap tidak mengetik, Kinara lebih memilih membuka i********:. Saat menjelajahi situs, Kinara mendapatkan panggilan video dari Ardan. Degan kaget Kinara langsung tidur secara terlentang, dia menatap ponsel itu. “Pak Ardan video call?, kenapa ini?, kenapa inii?” bingung Kinara Kinara duduk lalu membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan, setelah cukup rapi Kinara mengangkat panggilan video itu. Terlihatlah wajah tampan Ardan di handpone Kinara, Ardan tampak sedang menghitung sesuatu. Kinara menatap bingung Ardan. “Kenapa pak?” tanya Kinara Ardan berbalik ke arah kamera. “Oh ini, kamu mau saya bawa berapa toples Kinara?” Tanya Ardan memperlihatkan banyak toples berisi kue Kinara melongo melihatnya, dia melihat tumpukan toples berisi kue itu. Jangan bilang Ardan sengaja mempersiapkan semuanya tadi?, karena itulah dia tidak membalas pesannya?. “Bapak sengaja nyiapin ini semua?” tanya Kinara Ardan tampak mengangguk dengan senyumannya, Kinara semakin melongo tidak percaya, Ardan sungguh menganggap serius hal ini, padahal Kinara sudah menolaknya, tapi Ardan masih tetap kekeh ingin memberikannya kue. “Ya ampun pak Ardan …, gak usah sampe segininya, saya juga gak mau-mau banget kok,” tolak Kinara “tidak apa-apa, ini murni keinginan saya. Anggap saja ini sebagian hukuman yang kamu jalani. Besok saya antar kue ini ke rumah kamu,” “Ga-,” Tutt …, tutt …. Kinara semakin bingung ketika Ardan mematikan panggilan video itu secara sepihak. Dengan cepat Kinara membuka aplikasi whattsapp dan menekan nama Ardan. Dia harus mencegah Ardan. [Pak, jangan ya?. Saya gak mau banget kok,] isi pesan Kinar Ceklis 2 biru. Ardan hanya membacanya tanpa minat untuk membalas. [Pakk, jangan dibawa ya, saya gak enak,] Masih sama, Ardan hanya melihatnya tanpa minat untuk membalas. Kinara jadi bingung sendiri dibuatnya, sebenarnya apa yang mau Ardan mau darinya?. [Oke, bapak boleh bawa, tapi cuma satu toples aja. Ya pak?] mohon Kinara Ceklis 2 biru, kali ini Ardan tampak sedang mengetik, Kinara tersenyum lega karena Ardan mau membalasnya. [G,] Kinara melongo melihat balasan dari Ardan. Hanya huruf g saja?, oh ayolah, Ardan bukan lagi anak remaja yang typingnya selalu disingkat dan tidak jelas. Lagian apa saja Ardan barusan?, dia mengetik lumayan lama, tapi yang muncul hanya huruf g saja. Sudahlah, Kinara hanya bisa pasrah sekarang, dia akan melihat bagaimana ke depannya. Mungkin besok dia harus membeli lemari khusus kue, karena jika di simpan di mejanya yang kecil pasti tidak akan cukup dan menjadi berantakan. Kinara menaruh ponselnya di atas nakas, dia menatap depan. Kenapa dia harus mempunyai bos seperti Ardan?, apa ini hukuman untuknya?. Tapi karena apa?. Ting! [Good night Kinara, sampai jumpa besok,] Kinara melihat pesan dari Ardan, dia menye-menye mengejek Ardan. Tangan Kinara terangjat untuk membalas pesan Ardan. [Y,] Nahh, makan tuh!. Kinara balas Ardan, kesel rasanya. Dari pada memikirkan itu, Kinara memutuskan untuk tidur. **** Pagi harinya Kinara dibangunkan oleh teriakan dari Lili. Kinara menggeliat kecil lalu berdiri dan berjalan linglung, Kinara membuka pintu lalu melihat Lili yang sudah stay di depan pintu kamarnya. “Kenapa Li?” tanya Kinara “Ituu,” Lili menunjuk tumpukkan toples berisi kue yang ada di atas meja dan di atas lantai Kinara melongo, seketika rasa kantuknya hilang. Dia menatap tumpukan toples itu. “PAK ARDAN KEENANTARAA!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD