Bertemu kembali

1302 Words
Setelah lama putus, Giana tidak pernah lagi berhubungan dengan Lois tapi teman-temannya sering bercerita tentang Lois yang berganti-ganti pacar. Giana hanya mendengarkan cerita teman-temannya. Giana bersyukur dengan keputusannya dulu. Sekarang Giana sudah kelas 12 dan sudah mulai mengurangi kegiatannya. Hari ini Giana pulang sore karena rapat OSIS untuk kepengurusan berikutnya. Seperti biasa setiap pulang sekolah selalu ada saja yang menemani Giana pulang. Ketika sampai di gerbang, Giana dikejutkan dengan suara yang memanggilnya. " Naaa " panggil suara itu deg Suara itu... Giana tidak yakin dengan pendengarannya tapi langsung berbalik dan melihat ada Nick tersenyum dibelakangnya. "Ha-aii Nick" sapa Giana terkejut Giana kaget melihat Nick digerbang sekolahnya. "Lu ngapain disini?" tanya Giana "Nunggu kamu" jawab Nick "Ooh... kenapa? Kok lu tau gw sekolah disini?" tanya Giana penasaran. "Boleh anter kamu pulang?" ucap Nick cepat tanpa menjawab pertanyaan Giana. "Ooo... boleh, tapi gw jalan kaki." "Iya aku tau" jawab Nick sambil tersenyum "Ooooohhh..." Giana hanya bisa ber ooohh ria karena heran tapi memilih tidak menanyakannya pada Nick. Giana dan Nick berjalan sambil diselingin teriakan dan suitan dari teman-teman Giana. Teman-teman Giana yang biasa jalan bersama Giana memilih mengikuti dari belakang sambil bersorak dan cekikikan heboh. "Suiitt... suuiiiiittt...!" "Giiaa... kenalin doonngg!!" "Ganteng juga Gii gebetan luu!!" "Pantes aja gw dicuekin, ternyata dah ada gandengannya toh." "Ya iyalah Giana pilih gebetannya. Dia berlian, lah lu mau diliat dari tampang atau penampilan semua kaya rongsokan." "Ahahaahhhhhaaaaaaa....... Kasian lu disamain rongsokan." "Apes lu..." "Mampus luu...!" Mereka semua tertawa terbahak-bahak sambil saling menimpali candaan dan obrolan diantara mereka. "Giii... kalo lu tolak, gw siap nampung yaa!" "Gw juga Gii!" "Gw siap banget Gii!" "Tampung... tampung... heeehhh... lu kira air ditampung. Muka lu pada emang kaya bak penampungan air siih! Hahahaaaaa......." "Rese lu." "Ga usah ngambek lu dicuekin Giana. Sirik aja lu ama cewek-cewek." "Masih bagusan bak penampungan air daripada rongsokan." "Bak penampungan air masih ada gunanya, lah rongsokan mah dah dihempas jadi sampah." "Anjiiirrr... mulut lu pada... minta gw cium yaa." "iiddiihhh..." "Ogaaahh..." "Cium aja noh tiang listrik!" "Kesetrum dong gw... metong!" "Wkwkwkwkwkwkwkwkwkkk........" Teman-teman Giana memang kalau sudah bercanda tidak ada filternya. "Kapan gw nemu cowok ganteng kaya gitu ya?" "Halu lu... ga usah kebanyakan halu, yang depan mata aja banyak." "Suka-suka gw lah... mending gw halu dah daripada liat yang depan mata. Bikin sepet mata." "Anjiirr..." "Salak kali ah sepet." "Hahahaaaaaa...... nasib lu bro." "wkwkwkwkwkwkwkwkwk........" Mereka semua asik menggoda Giana dan bercanda dengan heboh sambil berjalan di belakang Giana dan Nick. Mereka saling menggoda dan meledek satu sama lain. Tanpa kecuali mau yang cewek ataupun cowok sama hebohnya tanpa ada yang tersinggung. Karena dari awal masuk SMA, mereka tahu Giana selalu menjaga jarak dengan teman-teman cowok. Mereka semua tahu Giana lebih nyaman berteman dengan semuanya dan tidak ingin berpacaran. Dan hari ini Giana didatangi teman cowok dari luar sekolah tentu saja mengundang kehebohan teman-teman Giana. Nick memiliki wajah dengan garis rahang yang tegas dan mata yang tajam. Penampilannya selalu sederhana tapi tertutup dengan kegantengan wajahnya. Orang selalu memperhatikan wajah Nick bukan penampilannya, karena melihat wajah Nick yang ganteng membuat penampilan Nick otomatis menjadi keren. Dengan Giana, Nick selalu menunjukkan senyum hangat dan tatapan mata yang lembut. Membuat teman-teman cewek Giana berbisik-bisik histeris dibelakang. Giana yang merasa risih hanya bisa menoleh dan melotot kearah teman-temannya. Tapi pelototan Giana tidak menyurutkan candaan mereka. Ketika sampai didepan jalan rumah Giana, teman-teman Giana pun berpamitan karena mereka akan menaiki angkutan umum ke rumah masing-masing. Giana dan Nick tetap berjalan sampai di depan rumah Giana. Ketika sampai di depan rumah Giana ternyata Mama Liana sedang merapikan bunga-bunga di taman depan rumah. Melihat Giana tidak sendiri, Mama Liana pun menghampiri mereka. "Selamat sore Tante" sapa Nick sambil tersenyum dan sedikit membungkukkan badannya. "So-re... hiii Niiick, apa kabar kamu? Lama nih Tante ga pernah ketemu sejak Giana pindah sekolah yaa." jawab Mama Liana "Iya Tante, saya juga pindah sekolah." "Oyaa... pindah kemana Nick?" "Saya di SMA Pelita Tan." "Waahh... pantes ya kita ga pernah ketemu, Giana pindah kamu juga pindah." "Iya Tan." jawab Nick dengan senyum Giana hanya memperhatikan obrolan Nick dengan mamanya. Sejak kapan mamanya kenal Nick sampai seakrab ini. Karena seingat Giana, mamanya hanya bertemu Nick satu kali saat mengantar Giana pulang pada saat terjatuh di lapangan basket. "Ayo masuk Nick... diajak masuk temennya Naaa, kok ya didepan pintu aja loh." ujar Mama Liana "Eh... ayy..." belum selesai ajakan Giana sudah dipotong oleh Nick. "Terima kasih Tante, maaf hari ini saya ga bisa mampir. Ditunggu mama papa buat makan malem soalnya." jawab Nick cepat. "Oohh ya sudah, lain kali mampir yaa Nick. Tante kangen loh ngobrol ngobrol bareng kamu." "Oh iya Tante, terima kasih. Saya pamit pulang dulu ya Tan, selamat sore. Aku pamit ya Naa." pamit Nick pada Mama Liana dan Giana. "Iya, hati-hati ya Nick." jawab Mama Liana "Eh iya, hati-hati di jalan." jawab Giana Nick menganggukkan kepala sambil tersenyum mendengar ucapan Giana. Setelah Nick pergi, Giana langsung melotot kearah mamanya. "Sejak kapan mama akrab sama Nick? Bukannya Mama baru satu kali ya ketemu Nick?" tanya Giana penasaran. "Rahasia dong... ciiee yang dianter yayaaanngg." jawab Mama Liana sambil tertawa dan masuk kedalam rumah. "Iiiiiiissssssshhhhhh....... mamaaaaaaa !!!" teriak Giana menyusul mamanya kedalam rumah. Begitulah keseharian Giana dengan mamanya. Mama rasa sahabat menurut Giana, semua keseharian, uneg-uneg, keluh kesah tentang teman-temannya pun ga ada yang terlewatkan Giana ceritakan ke mamanya. Sampai becanda pun kadang kelewatan, Giana dan mamanya sering lupa dengan status anak dan orangtua. Kalau sudah begitu papa Gio ( papa Giana ) hanya bisa mengingatkan sambil geleng-geleng kepala. ••• Saat makan malam Mama Liana menanyakan tentang Nick pada Giana. Jiwa kepo mamanya ga bisa lagi ditahan-tahan. "Naa... kamu ketemu Nick dimana? Kok bisa pulang bareng?" "Kebiasaan deh mama ini kalo udah kepo... nanyanya ga bisa satu satu." ucap Papa Gio mengingatkan kebiasaan Mama Liana. Giana dan Mama Liana pun tertawa mengingat kebiasaan kepo mereka yang sama. "Tadi pulang sekolah, Nick nunggu Giana di gerbang." jawab Giana "Di gerbang depan??" tanya Mama Liana ga percaya. "Ya iyalah gerbang depan, masa gerbang belakang. Siapa juga yang pulang lewat gerbang belakang. Cuma Pa Udin yang sering lewat gerbang belakang buat panen buah di halaman belakang sekolah. Mama nih ada ada aja deh." "Ya mama kan cuma tanya Naa." "Ya mama nanyanya aneh-aneh sih. Yang tau sekolah Giana punya gerbang belakang ya cuma muridnya aja. Lagian gerbang belakang juga jalan buntu ga ada jalan kemana-mana. Mama kepo jadi error nih Paa." jawab Giana sambil cemberut. "Iya emang begitu mama mu, sebelas dua belas kan sama kamu? Kok ya pake kesel." jawab Papa Gio sambil mesem mesem. "Udah buruan jawab aja sih... lama nih!" oceh Mama Liana. "Iya tadi Nick nunggu Giana di gerbang. Pas Giana jalan sama temen-temen, Nick manggil Giana. Terus Giana tanya mau ngapain. Dia jawab mau anter Giana pulang. Ya udah jadinya Giana pulang dianter Nick." jelas Giana pada orangtuanya. "Terus kamu ga tanya kok dia pindah sekolah? Kok ga bilang-bilang pindah? Kok bisa tau sekolah kamu?" kepo Mama Liana. "Lah... mau ngapain juga bilang-bilang. Emang kamu waktu pindah sekolah bilang-bilang?" tanya Papa Gio pada Giana. "Ya ga lah... mau ngapain juga bilang-bilang." jawab Giana. "Ya kan siapa tau cerita mau pindah sekolah gitu." jawab Mama Liana ga mau kalah. "Haiisshh... mama nih. Giana kan juga ga deket-deket amat sama Nick." "Terus... terus... tadi ngobrol apa aja?" kepo Mama Liana lagi. "Maaaaaa...... udah deh. Mending mama buatin papa teh anget deh. Daripada gangguin anaknya terus." pinta Papa Gio. "Iiihh... papa mah ga asik. Gosip ini paaa..." jawab Mama Liana sambil jalan ke dapur. Giana yang melihat mamanya berjalan ke dapur pun tersenyum kearah papanya. Ya Papa Gio adalah penyelamat Giana kalau mamanya sudah kepo tingkat dewa. Mereka melakukan tos sambil cekikikan. Mereka masih melanjutkan obrolan ringan yang sering mereka lakukan di malam hari setelah makan malam. Apapun bisa jadi topik hangat obrolan mereka sampai diantara mereka sudah ada yang mengantuk.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD