Dilecehkan

1303 Words
Giana memutuskan untuk pindah ke sekolah negeri, karena Giana ingin menambah teman dan berganti suasana sekolah. Giana memilih SMA negeri di dekat rumahnya, karena kebetulan SMA negeri di dekat rumah Giana merupakan sekolah unggulan. Setelah masuk SMA, hubungannya dengan Lois masih berjalan seperti biasa. Lois sering menjemput Giana pulang sekolah karena jarak sekolah Giana dan Lois tidak terlalu jauh. Sekolah sudah mulai normal setelah selesai masa pengenalan sekolah. Sudah 1 bulan Lois dan Giana jarang bertemu karena mulai disibukkan dengan kegiatan sekolah masing-masing. Setiap hari Giana pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Ya karena rumah Giana tidak terlalu jauh dengan sekolah. Dan setiap harinya ada saja teman-temannya yang menemani Giana pulang. Entah yang sekedar menemani atau kebetulan arah angkutan yang akan mereka naiki ada didekat rumah Giana. Tanpa Giana tahu, Lois sering melihat Giana pulang bersama teman-teman Giana yang cowok ataupun yang cewek. Lois merasa Giana berselingkuh karena jarang bertemu Lois. Lois tidak suka jika Giana akrab dengan teman-teman cowok. Sayangnya Lois terlalu gengsi untuk bertanya atau sekedar berkomunikasi dengan Giana. Dia merasa Giana mulai berpaling darinya. Sampai suatu sore Lois melihat Giana asik ngobrol dengan teman-teman cowoknya didepan sekolah, Lois langsung kesal dan menghampiri Giana. "Giana" teriak Lois dari atas motornya Giana kaget sekaligus senang melihat Lois datang ke sekolahnya. Dia sudah lama tidak bertemu Lois jadi dia pikir Lois datang menemuinya. "Haiii..." sapa Giana Giana langsung melambaikan tangan pada teman-temannya sambil menghampiri Lois. Begitu Giana naik keatas motornya, Lois langsung tancap gas. Lois membawa Giana berputar-putar dengan kecepatan tinggi karena emosinya. Berkali-kali Giana mengingatkan Lois untuk tidak ngebut tapi Lois seperti tidak peduli. Sampai akhirnya Lois membawa Giana kerumahnya. "Loh kok kerumahmu?" tanya Giana bingung "Kenapa ? Ga suka?" jawab Lois ketus membuat Giana menghela napas. "Aku cuma tanya, kamu kenapa? Lagi banyak tugas ya?" tanya Giana lembut Lois ga menghiraukan pertanyaan Giana, dia menarik Giana masuk kerumahnya. Giana hanya mengikuti Lois lalu duduk diruang tamu. Lois langsung ke dapur mengambil minuman kemasan dingin. Setelahnya Lois duduk disebelah Giana, dia mencoba menenangkan hatinya. Akhirnya Lois bertanya kenapa Giana selalu diantar teman-temannya pulang. Kenapa Giana tidak menelponnya minta dijemput. Kenapa Giana mengobrol dengan teman-teman cowok bukan teman cewek. Karena Giana tau Lois sedang kesal maka Giana menjelaskan semua pelan-pelan. Giana hanya mau berteman dengan siapa saja dan Giana tau batasnya karena dia sudah mempunyai Lois sebagai pacarnya. Dan teman-teman Giana juga tau kalau Lois adalah pacar Giana karena dari hari pertama masuk sekolah Lois sudah datang menjemput Giana. Lois hanya diam, dia masih merasa kesal. Lama mereka saling diam sampai akhirnya Giana mulai menceritakan tentang sekolahnya dan bertanya kegiatan Lois. Akhirnya Lois pun mulai melupakan rasa kesalnya. Ketika hari sudah sore, Giana pamit mau pulang. Karena jarak rumah Giana dan Lois dekat maka Giana tidak meminta Lois untuk mengantar. Tapi Lois tidak mengijinkan Giana pulang. Lois beralasan masih kangen, akhirnya Giana menemani Lois ngobrol lagi. Tiba-tiba Lois mendekati wajah Giana. Giana kaget reflek menghindar. Lois marah kemudian memegang wajah Giana dengan kedua tangannya dan memaksa ingin mencium bibir Giana. Giana meronta dan mendorong d**a Lois. Selama berpacaran, Lois beberapa kali ingin mencium Giana namun selalu bisa Giana tolak dengan halus. Lois yang merasa belum pernah berhasil mencium bibir Giana, menjadi semakin kasar dan memaksa. Giana terus menghindar membuat Lois semakin marah dan terus memaksa. Ini adalah ciuman pertamanya, Giana tidak mau melakukannya dengan paksaan atau dalam keadaan marah. Karena merasa Lois semakin memaksa akhirnya Giana menendang-nendang ke segala arah dan itu membuat Lois semakin kuat memegang tangan dan tengkuk Giana. Giana yang sudah merasa sangat terdesak pun memilih menggerakkan lututnya yang daritadi digunakan Giana untuk menahan badan Lois.Giana berusaha keras menggerakkan lututnya sehingga mengenai aset Lois. Seketika cengkraman tangan Lois terlepas dari tangan dan tengkuk Giana. Ketika Lois menjadi lemas dan melepas tangannya, Giana langsung mendorong Lois sampai Lois jatuh terduduk di lantai dan Giana langsung berlari keluar dari rumah Lois. Giana tidak mempedulikan panggilan Lois. Giana terus berlari sampai keluar cluster rumah Lois. Setelah diluar cluster Lois, Giana berjalan cepat kearah rumahnya. Dia tidak mau marahnya Lois akan membuat Lois melakukan hal-hal yang akan disesali kemudian. Giana marah karena dirinya sudah dilecehkan tapi dia memilih pergi. Karena Giana masih menyayangi dirinya sendiri. Giana terus berjalan sambil sesekali melihat kearah belakang takut Lois mengejarnya dengan menggunakan motor. Begitu sampai cluster rumahnya, Giana melambatkan jalannya dan mengatur napasnya. Karena sudah berada di cluster rumahnya, Giana sudah merasa aman. Begitu sampai halaman rumahnya, Giana langsung berlari masuk kedalam rumah. "Maaa..." teriak Giana dari depan pintu rumah. "Yaaa... ada apa kamu teriak-teriak Naaa ?? Sampe-sampe kok teriak-teriak?" tanya Mama Liana keheranan sambil menghampiri Giana. Giana langsung memeluk mamanya, dia langsung menyandarkan kepalanya di bahu mamanya. Giana merasa lega karena sudah di rumah bersama mamanya. Bayangan Lois yang memaksanya tadi masih terlintas dalam pikirannya. "Kenapa kamu? Tadi bilang di rumah Lois. Mana Loisnya? Ga nganter kamu? Kok baju kamu basah begini? Abis darimana kamu Naa?" berondong Mama nya karena bajunya basah keringat. Giana melepaskan pelukannya tapi masih memegangi tangan mamanya. "Mama jangan marah yaa. Aku mau cerita." "Kenapaaa?? Kamu bikin salah apa?? Ayo kamu ganti baju dulu baru cerita. Mama bikinin teh dulu." jawab Mama Liana lembut sambil mengusap punggung anaknya. "Iya maah... tapi Giana maunya coklat anget." "Iyaa mama bikinin. Ayo cepet salin dulu nanti masuk angin." Giana bergegas ke kamarnya untuk berganti baju. Ketika turun dari kamar, mama Liana masih di dapur. Giana langsung menghampiri mamanya untuk mengambil coklat hangat kemudian langsung duduk di meja makan. "Maa... mama pernah dilecehin ga?" "Haahh... dilecehin gimana maksudnya? Kamu dilecehin sama siapa? Dimana?" tanya mama Liana ga sabaran. "Iiihh... mamaaahhh......!!! Tadi Giana udah bilang mama jangan marah. Satu-satu nanyanyaaa!!!" jawab Giana sambil cemberut. "Aduuuhh... iya... iya... mama kaget aja Naaa. Yang penting kamu ga pa-pa kan?" "Giana ga pa-pa Maaa... Giana cerita dulu baru mama jawab. Jangan dipotong-potong maaahh!" "Iyaaa... ayo cepet ceritanya." "Iiisshh... dengerin ya. Tadi kan Lois jemput Giana di sekolah, terus dia bawa Giana keliling-keliling naik motor terus dia bawa Giana kerumahnya. Sampe dirumahnya, dia marah-marah bilang Giana selingkuh gara-gara sering liat aku pulang sama temen cowok terus ngobrol juga sama temen cowok. Aku kasih tau dia kalo semuanya temen, aku cuma mau bertemen sama siapa aja. Terus lagi ngobrol-ngobrol gitu tiba-tiba dia maksa mau cium bibir Giana. Giana dicengkrem gini nih (sambil memperagakan). Giana ga mau terus Giana lawan dorong dadanya. Eh dia mukanya langsung makin marah gitu terus makin maksa Giana. Giana takut... terus Giana tendang aja "itu" nya terus begitu pegangannya lepas, langsung Giana dorong sampe jatoh ke lantai. Terus Giana buru-buru lari keluar rumahnya. Abis keluar cluster juga Giana masih lari sama jalan cepet, udah sampe sini baru Giana jalan. Makanya baju Giana basah kuyub." jelas Giana sambil sesekali memperagakan kejadian tadi. "Ya ampun sayaaang... kamu ga pa-pa? Ga ada yang luka, ga ada yang sakit? Kamu tadi dipaksa ga ada yang sakit?" tanya Mama Liana khawatir. "Ga ada Maa... tapi Giana takut. Giana kesel. Giana marah. Giana ga suka. Giana mau putus aja." "Ya sudah... yang penting kamu ga kenapa-napa. Mulai sekarang jangan pernah ketemu Lois tanpa ada orang lain ya. Jangan mau diajak ketemu berdua apalagi kalo dirumahnya atau tempat sepi yaa. Ada apa-apa bilang Mama yaa. Kalo Mama ga bisa ditelpon, telpon Papa ya. Sesibuknya Papa juga pasti lebih utamain keluarga Naa. Jangan merasa nyusahin yaa. Mama Papa pasti selalu ada buat kamu. Yang penting selalu terbuka yaa, supaya mama papa bisa selalu bantu kamu kalau kamu ada kesulitan." jelas Mama Liana sambil memeluk Giana. "Iya Maaa... Giana sayang sama mama." "Mama juga sayang banget sama anak mama satu-satunya." Giana merasa lega setelah menceritakan semua pada mamanya. Giana senang karena dia mempunyai orangtua yang terbuka dan selalu mau mendengarkan semua ceritanya tanpa menuduh bahkan menghakimi anaknya. Mereka berdua tertawa sambil tetap berpelukan. Giana juga menceritakan tentang semua kegiatan di sekolahnya, teman-temannya bahkan guru dan juga penjaga sekolah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD