bc

I Love You, Om!

book_age0+
3.2K
FOLLOW
30.3K
READ
love after marriage
age gap
arrogant
sensitive
boss
maid
drama
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Menjadi seorang wanita malam bukan impiannya. Yudia (25th) terpaksa menggunakan kecantikannya yang nyaris sempurna untuk menghasilkan uang. Hampir setiap malam Yudia melayani p****************g kelas atas. Yudia tahu pekerjaannya adalah dosa besar. Namun Yudia sadar ada dosa yang lebih besar dan tidak terampuni adalah mencintai Tuannya yang sudah membayar dirinya selama satu tahun. Bukan untuk menghangatkan ranjangnya, melainkan jadi pengasuh anaknya. Bagus! Sekarang dirinya turun kasta jadi pembantu.

Faiz Putra Adrian (45th) sikapnya berubah 180 derajat setelah perceraian dan kematian Ayu.

Ayu meninggal saat dirinya sudah mantap ingin kembali melupakan semua kesalahan Ayu demi puteranya, Keanu. Namun nahas, kecelakaan itu tidak bisa dihindarkan. Ayu meninggal setelah kritis dua hari. Faiz mendengar kabar bahwa separuh hati Ayu ada di seorang wanita malam. Faiz enggan menyentuh w************n itu. Faiz membayar wanita itu hanya untuk mendekatkan setengah hati Ayu pada puteranya.

Perjalanan satu tahun bersama mengubah semuanya. Akankah mereka saling jatuh cinta? Akankah Faiz berubah seperti sedia kala?

chap-preview
Free preview
Prolog
Yudia berdiri di depan cermin merias wajahnya senatural mungkin. Tidak terlihat senyum menggoda atau senyum menawan yang ditampilkan di sana. Yang teelihat hanyalah wajah suram dan murung. Paras indahnya yang bersinar tidak bisa menutupi wajah murungnya. Wanita jalang? Ya, itulah dirinya. Dia melayani banyak Pria kelas atas hanya satu malam. Hanya satu malam. Bukan menjadi simpanan. Uang yang mengalir bagai air terjun yang terus berjatuhan tumpah ruah. Yudia tersenyum getir. Mau Sampai kapan dirinya bekerja seperti ini? Bisa jadi sampai dirinya mati digerogoti penyakit kelamin mengerikan. Yudia menghela napas lelah segera berbalik menumpukan tubuh semampainya di meja rias. Bibir tebal kecilnya menggoda banyak Pria. Mata bulat indahnya yang bernetra cokelat terang mampu menyihir para Pria untuk terus berdatangan. Pipinya yang tirus dengan kulit kuning langsat mulus bersinar. Siapapun begitu melihat Yudia pasti akan merasa terhipnotis dengan kecantikan natural milik Yudia. "Di, bengong mulu kamu," Siena datang menyentak lamunan Yudia. Yudia tersenyum tipis kembali berbalik menghadap cermin. Memulas bibirnya lagi menggunakan lipblam supaya tidak kering. "Aku bukan bengong. Aku lagi menghitung uang di rekening yang sudah lama nggak dicek," kilahnya bersikap sesantai mungkin. Siena berdecak sebal menggeplak kepala Yudia keras membuat Yudia meringis kesakitan. "Sakit sialan!" umpat Yudia mengusap kepala belakangnya. "Habisnya sombong kamu nggak ketulungan, Di. Mentang-mentang banyak mulu pelanggannya." Siena melangkah menuju ranjang besar milik Yudia. Mata Siena memicing menatap Yudia penuh selidik. "Jangan-jangan kamu pakai susuk, ya?" tuduh Siena mengacungkan jari telunjuknya pada Yudia. Yudia berdecak melangkah mendekati Siena kemudian menggigit jari telunjuk Siena keras. "Heh! Ngapain pakai begituan. Yang penting service memuaskan, dodol!" sembur Yudia kesal pada Siena. Yudia memang banyak pelanggan, tapi bukan berarti dia menggunakan susuk atau sejenisnya. Yudia juga sudah memiliki apartemen mewah di kawasan elite. Apartemennya pun diisi dengan barang-barang mahal. Siena mencebik mengusap tangannya yang digigit. "Ya kan hampir setiap malam kamu kerja mulu," unjuk Siena merengut. Yudia menggelengkan kepalanya tak habis pikir. "Kamu kali yang nggak sip servicenya." Yudia duduk di sisi Siena. "Kerjaan kita ini kayak jualan, kalau jasanya bagus ya dari bibir ke bibir mereka promisikan kita," Yudia menatap Siena lekat, "ngerti?" Siena mengembuskan napasnya membalas tatapan Yudia mengangguk pelan. "Ya kali, Di. Kita mau maksiat nggak muncul rasa gugup sama sekali, sudah pastilah rasa kikuk ada," sahut Siena lesu. Yudia mengedik merangkak membuka tasnya mengeluarkan satu bungkus rokok mild putih beserta koreknya. Yudia mengeluarkan satu batang lalu menyelipkannya di antara bibir merah menggodanya memantik korek kemudian menyalakan rokoknya. Yudia menghisap rokoknya dalam lalu mengembuskan asapnya ke atas. "Makanya aku suka merokok, ngilangin rasa gugup juga, sih." Yudia sudah hancur, jadi tidak ada salahnya kalau dia merokok. Asal jangan narkotika saja, kalau minum bolehlah sekali-kali. Siena melirik Yudia sekilas. "Aku nggak bisa merokok, Di." Yudia menoleh meniupkan asapnya pada Siena usil. "Aku juga nggak bisa, tapi terbiasa karena sering mencoba," ujarnya sembari mengedipkan sebelah matanya. Yudia terkekeh pelan melirik jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 9 malam. Yudia segera bernjak dari duduknya memasukkan bungkus rokok ke dalam tas kecilnya. "Aku ada janji sama pelanggan baru. Aku tinggal, ya? Nanti kalau sudah mau keluar jangan lupa dikunci pintunya." Yudia membenahi pakaian seksi hitamnya kembali memoleskan lipstik pada bibirnya. Yudia mendekati Siena mengecup pipi Siena kiri-kanan sebelum melanggang keluar kamarnya. "Hati-hati, Di!" teriak Siena dari dalam kamarnya. "Ya!" Yudia balas berteriak sambil terus melangkah. Body Yudia bak gitar Spanyol, lekukan tubuhnya membuat setiap Pria nomal pasti kesulitan menelan ludahnya dan juga lupa berkedip. Tubuh Yudia tinggi, kulit mulusnya terekspos demi menarik perhatian p****************g. Malam ini Yudia sudah ada janji dengan pelanggan barunya yang sudah membookingnya seminggu lalu. Cara kerja Yudia memang begitu, booking seminggu sebelum mau bermain. Sudah lima tahun Yudia bergelut dengan dunia malam ini. Saat bersetubuh, Yudia selalu menggunakan pelindung. Menghindari resiko tertular penyakit dan kehamilan. Sampai dalam mobil, Yudia melihat ponselnya sekilas. Hotel Bydel Oke. Yudia melajukan mobilnya menuju hotel itu ditemani lagu klasik kesukaannya. *** "Kamar 312?" tanya Yudia pada resepsionis hotel. Resepsionis itu menatap sinis pada Yudia. "Atas nama?" dia balik bertanya dengan nada sinis. Yudia bisa merasakan aura menyebalkan resepsionis itu, tapi Yudia berusaha mengabaikannya, lebih tepatanya berusaha menjaga kuku-kukunya yang indah agar tidak rusak dipakai mencakar wanita menyebalkan di hadapannya itu. Astaga... Wajah sudah pas-pasan, resepsionis, menyebalkan pula. Gerutu Yudia dalam batinnya. "Faiz Putra Adrian," jawab Yudia cepat. "Mbak, pelacurnya Pak Faiz, ya?" ujar resepsionis itu terang-terangan. Yudia berdecak sebal. Membuang-buang waktu. "Kalau memang iya, Mbak mau apa? Mau gantiin Pak Faiz buat bayar saya? Enggak, kan?" balas Yudia jengah. Tangan Yudia terulur meminta card untuk aksesnya masuk. "Mana sini kuncinya." Resepsionis itu tercengo dengan respon Yudia. Yudia memutar bola matanya malas saat akhirnya resepsionis itu menberikan kuncinya. Yudia tersenyum manis dibuat-buat. Mencondongkan tubuhnya sedikit. "Mbak kurang kerjaan? Kebetulan apartemen saya butuh pembantu buat bersihin rumah, daripada ngurusin hidup orang lain," sarkas Yudia tersenyum miring kemudian. Yudia mengedipkan sebelah matanya sebelum melangkah meninggalkan meja resepsionis menuju lift yang ada di ujung. Yudia masuk ke dalam lift menekan angka lima. Pintu lift perlahan tertutup, Yudia menghela napas lelah. Telinganya memang sudah kebal mendengar kata p*****r atau Wanita jalang, dan apalah itu sejenisnya. Kalau moodnya sedang bagus, Yudia akan menanggapi hinaan itu dengan senyuman. Kalau moodnya sedang buruk, kuku-kukunya selalu patah dipakai mencakar orang yang menghinanya. Jangan coba-coba menghina Yudia melebihi batas wajar kalau tidak mau berakhir wajahnya penuh bekas luka. Lift berdenting, Yudia keluar dari lift berjalan menyusuri lorong hotel. Matanya melirik setiap pintu agar tidak terlewat pintu kamar nomor 312. Sampai di depan pintu, Yudia menempelkan card itu lalu pintu terbuka. Yudia masuk ke dalam kamar hotel yang bisa ia tebak kelas VIP. Hah... Helaan napas keluar dari bibirnya tanpa sadar. "Permisi?" Yudia semakin melangkah masuk ke dalam. Hening. "Permisi?" sekali lagi Yudia bersuara. Tidak ada orang. Yudia mengedik tak perduli melangkah menuju sofa merah maroon yang ada di sana. Yudia mendaratkan bokongnya di atas sofa empuk itu, lalu mengeluarkan satu batang rokok kemudian menyalakannya. Yudia menghisapnya dalam lalu mengembuskannya mengepulkan asap yang sangat ia suka. Saat Yudia kembali menghisap rokok tiba-tiba terdengar suara berat yang membuatnya tersedak. "Saya tidak suka melihat wanita perokok," katanya dengan nada dingin. Yudia terbatuk-batuk berusaha mematikan rokoknya pada asbak yang tersedia di atas meja. Wajah Yudia merah padam, tangannya terus menepuk-nepuk dadanya. "Uhuk!" Yudia menatap sengit pada Pria yang bersedekap berdiri menjulang tinggi menatapnya datar. Yudia menelan ludahnya susah payah melihat Pria tampan yang nyaris sempurna tanpa cacat sedikitpun. Manik hijau tua gelapnya begitu terlihat kelam, hidungnya yang mancung, bibirnya yang seksi dan tidak ketinggalan rahang tegasnya yang dipenuhi bulu-bulu halus. "Kamu dengar?" Yudia tersadar menggelengkan kepalanya pelan. Yudia berdiri menatap tajam Pria di hadapannya. Sial! Perasaan tubuhnya sudah terbilang tinggi, tapi mengapa dia masih harus mendongak untuk beradu tatap dengan Pria di hadapannya ini. "Saya nggak perduli anda suka atau tidak. Kita kan cuman satu malam, lagipula melakukan seks tidak sambil merokok," tukas Yudia berani. Pria itu menarik sebelah alisnya tersenyum miring menatap Yudia meremehkan. "Siapa memang yang mau melakukan seks?" tanyanya datar. Kening Yudia mengerut. "Kita," jawabnya cepat, "bukannya anda memanggil saya untuk memuaskan anda?" lanjutnya bingung sendiri. Kalau bukan seks apalagi? Kuda-kudaan? Pria itu menyeringai mundur beberapa langkah. "Saya tidak suka menyentuh w************n," ucapnya lagi membuat Yudia terdiam. Hening, kemudian Yudia tetawa keras membuat kening Pria itu mengerut. "Apa yang lucu?" tanyanya setengah menggeram. Yudia mengehentikan tawanya menunjuk pada Pria itu. "Anda," unjuknya kembali melanjutkan tawanya. Pria itu berdecak sebal mendekati Yudia membuat Yudia waspada mundur ke belakang beberapa langkah. "Langsung saja," Yudia menarik sebelah alisnya mengejek. "Oke, langsung saja. Saya tahu tipe anda itu tipe-tipe lemah syahwat. Saya mengerti," sergahnya kemudian melepaskan resleting gaunnya. Pria itu menggeram kesal. "Sialan! Maksud saya langsung pada inti pembicaraan," ucapnya sedikit menggunakan nada tinggi. Yudia berdecak sebal. "Oke, tenang, Pak. Anda sudah renta, nanti kasihan kalau harus stroke mendadak karena darah tinggi anda naik. Santai, Pak. Santai." Yudia sebenarnya tak kuasa menahan tawa melihat ekspresi Pria di hadapannya. "Saya tidak setua itu," kilah Pria itu tak terima. Yudia menganggukkan kepalanya paham. "Iya, saya tahu Bapak tidak setua itu, tapi lebih tua iya." Yudia kembali tergelak memegangi perutnya yang sakit. Astaga... Baru pertama kali seumur dia bekerja di dunia malam dia menemui Pria dingin sok jual mahal ini. Senang sekali ternyata bisa menggoda Pria dingin menyebalkan ini.  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tuan Bara (Hasrat Terpendam Sang Majikan)

read
114.5K
bc

I Love You Dad

read
283.2K
bc

Turun Ranjang

read
579.1K
bc

SEXY LITTLE SISTER (Bahasa Indonesia)

read
308.4K
bc

I LOVE YOU HOT DADDY

read
1.1M
bc

SEXRETARY

read
2.1M
bc

Bukan Ibu Pengganti

read
526.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook