bc

FORGIVE ME

book_age18+
1.1K
FOLLOW
3.3K
READ
forbidden
possessive
sex
family
love after marriage
pregnant
goodgirl
stepbrother
bxg
first love
like
intro-logo
Blurb

Lexa Viviana Xavier perempuan yang berumur 27 tahun harus kehilangan masa mudanya karena harus bekerja dengan sangat keras karena harus membiayai pengobatan Ibunya yang sakit-sakitan.

Sampai dia bertemu dengan Diego Caprio Satioshi seorang pria berumur 36 tahun yang sudah mempunyai anak dan istri.

Lexa membantu Diego membuktikan bahwa istrinya berselingkuh di belakangnya. Tetapi disaat ia membantu Diego, fakta-fakta lain yang mengejutkan membuat hatinya terluka.

Apakah itu? Lalu bagaimana dengan nasib rumah tangga Diego? Lalu bagaimana dengan Diego yang sudah banyak membantu Lexa tapi sekaligus menyakitinya.

Saksikan kisah mereka!

chap-preview
Free preview
FM - BAB 1
“Sebaiknya kamu pulang saja, Ibu baik-baik saja disini sendirian.” Lexa menggelengkan kepalanya tidak menjetujui perkataan Ibunya. “Kalau Ibu perlu apa-apa bagaimana? Ibu hanya punya aku.” Rossie tersenyum simpul sambil menggenggam tangan anaknya itu dengan sayang. “Ibu tidak apa-apa percayalah. Ada banyak perawat yang akan jaga Ibu, kalau sesuatu terjadi mereka akan menghubungi kamu. Lebih baik kamu pulang aja.” Lexa menghembuskan nafasnya kasar. “Yasudah kalau begitu Ibu istirahat yang cukup ya.” Pesan Lexa. “Iya kamu juga jangan terlalu kecapekan jaga kesehatan ya. Maafin Ibu udah nyusahin kamu ya. Tyas bisa Ibu titip Lexakan?” Tanya Rossie pada Tyas sahabat dari Lexa. “Siap Ibu tenang aja, Ibu buruan sehat ya. Aku kangen masakan Ibu.” Kata Tyas manja sambil memeluk Rossie. Hubungan Tyas dengan Rossie memang seperti anak dan Ibu juga. Hubungan persahabatannya dengan Lexa memang sangat dekat sedari dulu. “Ibu jangan ngomong gitu. Ibu nggak pernah nyusahin aku, lagian Ibukan emang tanggungjawab aku. Jadi Ibu jangan ngomong kayak gitu, Ibu nggak pernah jadi beban buat aku.” Kata Lexa dengan kesal kalau Ibunya sudah berkata seperti itu. “Iya-iya maafin Ibu ya.” Lexa memeluk erat Rossie, seolah enggan melepaskan wanita paruh baya tersebut. “Ibu kami pulang dulu ya, kalau ada apa-apa kabarin ya Bu.” Pesan Tyas. “Iya makasih ya.” Jawab Rossie sambil tersenyum simpul kepada kedua anak perempuannya tersebut. Keduanya saling berpamitan sebelum pulang. Keduanya memilih berjalan kaki untuk pulang ke rumah Lexa. Karena dari rumah sakit ke rumah Lexa tidak begitu jauh. Kalau naik taxi akan memakan ongkos yang lumayan, lebih baik uangnya disimpan pikir mereka. Hidup di ibu kota tidaklah mudah, Lexa masih tamatan SMA. Dia sudah pernah melanjutkan kuliahnya, namun harus cuti sejenak karena dia butuh uang yang sangat banyak untuk uang obat-obatan dan perawatan Ibunya. Lexa harus bekerja dengan keras untuk mendapatkan uang, maka itu Lexa memilih cuti kuliah. Begitu juga dengan Tyas yang sudah hidup sebatang kara membantu Lexa dalam memenuhi kebutuhan kehidupan mereka. “Uang rumah sakit Ibu gimana cukup nggak?” Tanya Tyas, Lexa menggelengkan kepalanya. “Aku tadi udah check, kayaknya nggak bakalan cukup deh.” Jawab Lexa dengan sendu. “Pakai uang aku aja ya?” Usul Tyas. “Jangan, kamu udah bantuin aku buat menuhi kebutuhan hidup kita sehari-hari. Kalau kamu terus bantu aku, kamu nggak akan punya uang.” Lexa segan selalu membebankan Tyas. Karena sudah banyak bantuan yang Tyas lakukan untuk membantu Lexa. “Gapapa Lexa, ini demi Ibu. Ibukan juga Ibunya aku, jadi gapapa ya. Nanti kita bisa cari lagi uang bukan segalanya, kesehatan Ibu lebih pentingkan?” Lexa menggelengkan kepalanya menolak usul Tyas. Sahabatnya itu sudah banyak membantunya, untuk keperluan mereka sehari-hari saja ia sudah membebankan Tyas. Ia tidak mau dibebankan pada Tyas semuanya. “Aku masih bisa sendiri untuk Ibu, aku akan cari kerja lagi.” “Mau cari kerja dimana? Nggak gampang buat cari kerja hanya lulusan SMA, lagian kamu baru aja di pecatkan?” Benar saja Lexa baru saja di pecat karena tidak datang saat Ibunya Rossie tiba-tiba pingsan dan dia tidak masuk bekerja tanpa alasan yang jelas. Bagaimana bisa Lexa berpikir untuk izin saat ia saja masih terlalu panik saat Ibunya pingsan. “Nanti aku coba cari di internet.” “Yasudah kalau begitu. Malam ini kita makan apa? Kamu mau makan apa?” Tanya Tyas excited. “Makan mie aja yuk biar hemat.” Tyas langsung menatap Lexa dengan tajam. “Jangan terlalu sering makan mie, kesehatanmu akan jadi ancaman. Lihat tubuh kurusmu itu, apa kau nggak kasihan melihat tubuh kurus keringmu itu? Aku saja sangat miris melihatnya.” “Kalau kau hanya ingin mengejekku, mending diam saja.” Lexa berjalan lebih cepat meninggalkan Tyas membuat wanita itu tertawa dan segera berlari memeluk Lexa dengan erat. “Aku ingin makan ayam, lebih baik kita beli ayam.” “Lepaskan aku, makan saja kau sendiri.” “Huaaa aku tidak bisa makan tanpamu, mari kita makan bersama-sama.” “Enggak! Lepaskan!” “Aku tidak akan pernah melepaskanmu sampai kapanpun! I love you Lexa Xavier!” Teriak Tyas dengan kuat membuat orang sekitar melihat mereka dan salah sangka. Lexa keburu ilfeel tapi Tyas tidak peduli, seperti itulah persahabatan yang mereka jalin. ***** “Aubreyyy! Daddy pulang!” Teriak Diego. “Daddy!” Teriak Aubrey kegirangan mendengar suara Daddynya. Aubrey yang tadi sudah bersiap tidur kini langsung bangkit dan berlari keluar menemui Daddynya. “Jangan lari-lari sweety,” Tegur Diego ia tidak mau anaknya nanti jatuh karena berlari, tapi bukan Aubrey namanya kalau dia mendengarkan larangan Diego akan hal itu. Putri cantiknya itu terus berlari dan memeluk Diego ketika pria itu sudah berlutut dan merentangkan tangannya. “Yeayyy I miss you Daddy.” “I miss you too Sweety. Bagaimana kabarmu?” “Kabarku baik Dad. Daddy lama sekali pulangnya.” Diego tertawa melihat wajah cemberut Aubrey. “Maafkan Daddy karena pulang terlambat Sweety.” Diego memang baru saja keluar dari luar negeri karena ada perjalanan bisnis. Selama Diego pergi, Aubrey selalu menelvon Diego dan menyruhnya pulang. “Sayang, kamu udah pulang.” Sapa Chalondra. “Hai, bagaimana kabarmu?” Tanya Diego pada istrinya, Diego membawa Aubrey dalam gendongannya. “Kabarku baik.” Chalondra mengambil tas kerja milik Diego. Chalondra dan Diego sudah menikah selama delapan tahun dan masih memiliki satu anak. “Daddy harus menemaniku tidur malam ini.” Rajuk Aubrey membuat Diego tertawa. “Baiklah-baiklah, Daddy akan menemanimu tidur.” “Apa kamu udah makan? Mau ku siapkan makan malam?” Tanya Chalondra perhatian. “Terimakasih, aku sudah makan.” “Lebih baik kamu mandi dulu sebelum menemani Aubrey, aku akan siapkan air hangat.” “Gausah, aku bisa sendiri. Aku temani Aubrey saja, lebih baik kamu istirahat aja. Aku tahu kamu pasti lelah karena sudah menjaga Aubrey.” Chalondra hanya membalas Diego dengan senyuman. Diego memang orang yang mandiri dan sedikit cuek. “Sebelum tidur, apa kamu nggak penasaran sama yang Daddy bawa Sweety?” “Apa Daddy membawaku hadiah?” Diego menganggukkan kepalanya dengan sangat antusias. “Huaaa aku ingin melihatnya Daddy.” Jawab Aubrey dengan semangat. “Sebelum itu kamu harus kasih hadiah, cium Daddy dulu dong.” Ucap Diego manja pada anaknya. Dengan cepat Aubrey mencium seluruh wajah Diego dengan bertubi-tubi. Keduanya tertawa lepas, Diego selalu merasa terhibur saat melihat anaknya itu. Capeknya segera hilang saat melihat anak semata wayangnya itu. “Apa kamu juga bawa untukku?” Tanya Chalondra. “Ahhh iya maafkan aku, aku melupakannya.” Chalondra hanya membalas dengan senyuman ia bisa apa kalau suaminya melupakannya? Bukankah hal itu sudah biasa pikirnya. Ia hanya bisa mengerti sifat dari suaminya itu. “Baiklah kalau begitu mari kita ke kamar dan membuka hadiahmu sweety.” “Yeaayy asyik.” Diego mengambil tas yang dipegang Chalondra. “Tidurlah terlebih dahulu, aku menemani Aubrey.” Diego segera masuk ke dalam kamar anaknya sambil menggendong anaknya itu dan mengabaikan Chalondra. Wanita itu langsung masuk ke kamarnya ia merasa kesal sendiri karena di abaikan Diego. Chalondra mengambil handphonenya dan mengetikkan sesuatu disana dan tak lama Chalondra langsung meletakkan handphonenya di atas nakas. Ia memilih untuk tidur duluan saja dibandingkan menunggu Diego. ***** Ke esokkan harinya Lexa menatap ponselnya ia baru saja melihat isi rekeningnya yang sudah semakin menipis. Lexa tidak tahu harus dapat uang dari mana lagi untuk menebus obat Ibunya. Kalau mengharapkan dari hasil kerjanya di malam hari itu saja nggak akan cukup. Lexa langsung melihat lowongan kerjaan, dia berpikir harus bertindak cepat. Lebih cepat lebih baik dia mendapatkan pekerjaan, karena Ibunya tidak mungkin menunggu lama untuk operasi. Mata Lexa tertuju di sebuah lowongan yang sedang membutuhkan cleaning service, hanya itu yang bisa dia kerjakan karena tamatan SMA. Dengan cepat Lexa langsung bergegas mengurus keperluan yang diperlukan dan ia segera pergi. Menjadi tulang punggung keluarga, berat bagi Lexa. Tapi mau tidak mau ia harus melakukannya karena siapa lagi yang bisa diharapkan? Dia hanya hidup berdua saja dengan Ibunya. Ayahnya sudah lama meninggal karena sebuah kecelakaan mobil. Semenjak itu hidup Ibunya dan Lexa benar-benar berubah. Awalnya Ibunya yang menjadi tulang punggung keluarga, tapi Kesehatan Rossie semakin hari semakin buruk. Sampai dinyatakan bahwa Rossie mempunyai penyakit yang serius. Semenjak itulah Lexa yang harus menggantikan Rossie menjadi tulang punggung keluarga. Dengan sangat terburu-buru Lexa memasuki perusahaan tersebut guna memberikan berkas yang di bawanya. Karena hari ini akan menjadi hari terakhir lowongan tersebut di buka. Sedangkan Lexa baru melihatnya tadi pagi, jadi Lexa tidak mau menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Entah sudah beberapa kali Lexa menabrak orang karena dia terburu-buru dan tidak memeprhatikan jalanan. Hingga terakhir yang paling kuat, Lexa menabrak seorang pria hingga berkas dan handphone yang digunakannya jatuh. Begitu juga dengan pria tersebut yang sedang lari sambil menerima telephone juga harus terjatuh. “Maaf, maaf saya nggak sengaja. Saya minta maaf Pak.” Kata Lexa dengan penuh penyesalan, sambil ia membereskan berkas-berkasnya yang berjatuhan. Pria tersebut langsung bangkit berdiri dan memperbaiki pakaiannya yang sedikit berantakan karena akibat kecelakaan tersebut. “Iya saya juga minta maaf, karena saya juga lagi buru-buru.” Pria tersebut juga merasa dirinya salah karena memang dia sedang terburu-buru juga. “Sekali lagi maafkan saya Pak.” Ucap Lexa dengan penuh penyesalan. “Ya, saya duluan.” Pria tersebut langsung pergi dan mengambil handphonenya yang terjatuh dan pergi dengan masih berlari. Begitu juga dengan Lexa yang langsung mengambil handphonenya dan berkas-berkasnya dan kembali berlari. ***** “Tadi pagi pergi kemana? Aku bangun kamu udah nggak ada.” Kata Tyas pada Lexa yang baru saja pulang bekerja di malam hari. Selepas mengantar berkas tersebut dan langsung wawancara, Lexa langsung menuju ketempat kerjanya yang kedua. Perusahaan tersebut akan mengumumkan hasilnya dalam jangka waktu tiga hari kemudiaan. “Habis ngelamar kerja, tadi lihat ada lowongan.” Tyas merebahkan tubuhnya di sofa kecil yang ada di rumahnya. Tyas mengambil segelas air dan memberikannya pada Lexa. “Thank’s. Tadi ngelihat Ibu nggak? Udah gimana keadaan Ibu?” Lexa langsung bangkit untuk duduk dan menghadap Tyas. “Keadaan Ibu jauh lebih baik kok, tenang aja. Gausah khawatir sama Ibu, okay?” Lexa menganggukkan kepalanya dan meminum air yang sudah disiapkan Tyas. “Makan gih, tadi udah aku beliin buat makan malam.” “Thank’s Tyas. Mandi dulu ya.” Lexa langsung bergegas menuju kamarnya bersiap mandi. Dia ingin menelepon Ibunya terlebih dahulu, namun saat ingin membuka handphonenya ternyata tidak bisa. Lexa baru sadar ternyata itu bukan handphonenya, dia langsung melihat wallpaper yang tertera di handphone tersebut. Sebuah keluarga yang sangat harmonis. Seorang perempuan dan laki-laki beserta seorang anak kecil ditengah sedang bergandengan tangan menghadap kedepan. Lexa berpikir sejenak sambil melihat foto tersebut dan ia baru ingat pria tersebut adalah orang yang ditabraknya tadi. Dengan cepat Lexa keluar dari kamarnya membuat Tyas yang sedang minum terkejut dengan Lexa yang keluar tiba-tiba. “Apa harus terburu-buru? Nggak bisa santai aja? Ada apa?” Tanya Tyas kesal, karena minumnya akhirnya jatuh membasahi bajunya. “Sorry, pinjam handphone sebentar.” “Emang punyamu mana?” “Udah buruan pinjem.” Lexa mendesak sampai Tyas memberikan handphonenya. Handphone Lexa sepertinya tertukar dengan pria tadi, handphone mereka sama. Dimulai dari tipe dan warna handphone mereka bener-bener sama. Lexa langsung menekan nomernya di handphone Tyas. Panggilan pertama tidak terjawab, lalu Lexa kembali menelepon ia tidak menyerah tapi tetap tidak dijawab juga. Sampai panggilan yang ketiga barulah sambungan tersebut tersambung. “Hallo Pak,” Sapa Lexa langsung. “Hallo.” Pria tersebut jadi bingung. “Hallo Pak saya Lexa, saya yang punya handphone yang sama bapak sekarang. Handphone kita tertukar Pak, handphone Bapak ada sama saya. Bapak yang tadi pagi saya tabrakkan?” “Oh yaa?” Barulah pria tersebut mengerti pantes saja dia merasa aneh. Agar lebih pasti ia kembali melihat handphone yang digenggamnya itu dan melihat wallpaper handphone yang berbeda. Bahkan password handphonenya tidak bisa dimasukkan jelas itu bukan handphonenya. “Saya baru lihat, sepertinya yang kamu bilang benar.” “Iya Pak, maaf saya sudah lalai. Lebih baik kita besok segera bertemu Pak untuk menukar handphonenya.” “Baik, saya setuju. Besok datang ke café yang di depan kantor tadi jam sepuluh pagi. Saya tunggu disana.” “Baik Pak.” Lexa langsung mematikan handphonenya. Sedangkan Diego kembali memastikan handphone yang digenggamnya tersebut dan benar saja itu bukan miliknya. Yap pria yang tadi pagi ditabrak oleh Lexa adalah Diego Caprio Sataoshi. “Kenapa Pak?” Tanya Gyan Felix, asisten pribadi Diego. “Tidak apa, handphone saya tertukar tadi.” Gyan menaikkan alisnya bingung. “Pantes tadi saya menghubungi Bapak tidak di angkat, biasanya Bapak selalu angkat.” Diego menganggukkan kepalanya mengerti. Pantas saja dia merasa aneh, kenapa dari tadi seolah tidak ada yang menghubunginya. Padahal biasanya banyak sekali orang yang menghubunginya, apa lagi di hari kerja seperti ini. “Bapak ingin lembur malam ini?” Diego menutup berkas yang ada di depannya. “Tidak, saya akan pulang sekarang. Saya baru pulang kemarin, istri dan anak saya sudah menunggu di rumah.” “Baik, saya akan siapkan mobil Pak.” “Tidak perlu, kamu pulang saja. Saya akan pulang sama supir, tolong berkas yang kemarin saya bilang jangan lupa di siapkan ya. Saya mau lihat bagaimana progressnya besok.” “Baik Pak akan saya lakukan. Hati-hati di jalan Pak.” Diego menganggukkan kepalanya, dan segera berjalan keluar dari ruangannya membawa tas kerjanya. Gyan langsung merogoh kantongnya guna mengambil handphonenya mengetikkan sesuatu disana lalu ia segera pulang. ***** Sesuai dengan janji Lexa hari ini ia akan bertemu dengan Diego untuk menukarkan handphone mereka yang tertukar. Lexa memilih untuk berjalan kaki saja di bandingkan naik angkutan umum. Karena selain berolahraga ia ingin meminimalis pengeluarannya. Lagian Lexa memilih berangkat lebih cepat karena ingin berbelanja keperluan Ibunya. Setelah bertemu dengan Diego Lexa ingin menemui Ibunya di rumah sakit. Lexa singgah terlebih dahulu di salah satu swalayan untuk membeli keperluan Ibunya. Setelah merasa cukup ia membayar dan berjalan keluar. Lexa duduk sejenak di bangku yang disediakan di depan swalayan tersebut sambil meminum minuman soda yang baru saja di belinya. Pandangannya jatuh kepada seorang wanita yang sangat nggak asing baginya. Lexa melihat wanita tersebut berada di sebrang swalayan tersebut dengan seorang pria sambil bergandengan tangan. Bahkan pria tersebut tanpa malu memeluk wanita itu dengan erat bahkan mencium puncak kepala wanita tersebut. Lexa terus mengingat-ingat siapa perempuan tersebut kenapa dia tidak merasa asing. Entah mengapa Lexa langsung mengeluarkan handphone milik Diego yang ada di tasnya dan dia melihat wallpaper handphone tersebut dan ternyata benar. Wanita yang ada dilihatnya saat ini sama dengan wanita yang ada di wallpaper handphone tersebut. Tapi Lexa merasa heran karena pria yang sedang bersama wanita tersebut bukanlah pria yang sama dengan pria yang ada di wallpaper tersebut. Lexa yakin ada yang tidak beres. Pikirannya langsung tertuju kalau wanita tersebut sedang selingkuh karena sedang bersama pria lain yang bukan suaminya. Lexa ingin mengikuti wanita tersebut namun dia kalah cepat karena pasangan tersebut sudah pergi dengan menggunakan mobil. Dengan cepat Lexa berjalan menuju tempat yang dijanjikannya dengan pria tersebut. Lexa ingin bertanya lebih pasti siapa wanita ini sebenernya, kalau memang istrinya lalu kenapa wanita tersebut jalan dengan pria lain dan bahkan sampai semesra itu pikirnya. Dengan sedikit berlari Lexa menuju tempat tersebut dengan barang belanjaan yang dibawanya. Salahkan sikap peduli Lexa kepada orang banyak, karena memang Lexa orang yang sangat baik sellau peduli dengan banyak orang. Sesampainya di café tersebut Lexa langsung tahu pria tersebut dan langsung duduk di bangku kosong yang tersedia. “Saya Lexa Pak.” Kata Lexa dengan sedikit terengah-engah karena sehabis berlari. “Minumlah.” Ucap Diego sambil menyerahkan segelas es kopi yang sudah di pesannya untuk Lexa. “Kamu datang kesini dengan berlari?” Lexa menganggukkan kepalanya sambil mengelap peluh yang bercucuran dari keningnya dengan tisu yang ada di atas meja. “Ini handphone kamu.” Diego langsung meletakkan handphone milik Lexa di atas meja. Lexa langsung ingat dengan tujuan awalnya. Dengan cepat Lexa mengeluarkan handphone Diego dari tasnya dan menyerahkannya langsung pada Diego. “Pak, saya boleh bertanya?” Tanya Lexa langsung. Padahal Lexa saja tidak tahu siapa Diego, jangankan itu nama Diego saja dia tidak tahu. Tapi dia sudah mau tahu urusan Diego yang lainnya. “Tanya apa? Saya tidak punya waktu banyak.” Benar saja karena Diego adalah orang yang sibuk. Ia seorang direktur yang mengelola perusahaan keluarganya. Walaupun belum CEO karena Ayahnya masih ikut serta mengurus perusahaan keluarga mereka. “Maaf kalau saya lancang, tapi saya lihat wallpaper di handphone bapak. Kalau boleh tahu itu siapa Pak? Keluarga Bapak?” Tanya Lexa langsung to the point. “Kenapa kamu mau tahu?” Tanya Diego dingin. “Karena saya lihat perempuan yang ada di wallpaper itu tadi. Jadi saya penasaran.” “Dimana kamu ketemu istri saya?” Tanya Diego lagi, dengan begitu terjawab sudah keingin tahuan Lexa. “Jadi benar itu istri dan anak Bapak?” Diego menganggukkan kepalanya. “Wahhhh.” Lexa merasa speechless karena mengingat hal itu. Berarti dugannya benar bahwa wanita itu selingkuh. “Apa Bapak tahu kalau istri Bapak selingkuh? Tadi saya melihat istri Bapak bersama pria lain bermesraan.” Jelas Lexa membuat Diego tertawa. “Kamu mau mengerjai saya atau mau menipu saya?” Tanya Diego sarkas. “Tidak keduanya, saya serius saya melihat istri Bapak dengan pria lain. Mereka bahkan berpelukan Pak, istri Bapak selingkuh.” Kata Lexa dengan yakin. “Apa kamu punya bukti?” Lexa menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Saya mau ikuti tadi, tapi mereka langsung pergi. Tapi percaya sama saya Pak, saya nggak bohong.” “Istri saya tidak mungkin seperti itu, saya tahu apa yang dilakukan istri saya. Lagian kamu belum kenal saya tapi sudah ikut campur dengan urusan saya. Lebih baik kamu tidak usah ikut campur, bagaimana bisa saya percaya sama kamu. Saya saja tidak kenal dengan kamu.” Lexa menghela nafasnya kasar. “Pak tapi saya serius, saya nggak bohong. Saya nggak ada maksud apa-apa. Saya hanya mau Bapak tahu kebenarannya, saya nggak mau Bapak nantinya menyesal.” Lexa masih berusaha membujuk Diego agar percaya padanya. “Lebih baik pertemuan kita cukup sampai disini. Terimakasih buat handphonenya, saya udah bayar minuman ini kamu jangan bayar lagi. Saya harap ini pertemuan pertama dan terakhir kita, saya tidak mau bertemu dengan orang yang sudah ikut campur dengan urusan pribadi saya.” “Tapi Pak saya serius.” Lexa masih berusaha meyakinkan Diego dan menahan lengan Diego agar tidak pergi. Namun pria itu segera melepaskan tangan Lexa dan pergi begitu saja. Lexa hanya bisa pasrah karena Diego tidak percaya padanya. Padahal apa yang dilihatnya itu benar adanya. Diego merasa Lexa hanya mengatakan omong kosong. Ia yakin kalau Chalondra tidak mungkin melakukan hal itu. Ia tahu bagaimana Chalondra sangat tidak suka dengan orang asing. Lagian menurutnya Chalondra tidak akan pernah bermain api di belakangnya. Lagian Chalondra sedang pergi dengan asisten pribadinya membeli pakian untuk digunakan makan malam dengan keluarganya beserta dengan koleganya. Jadi Diego merasa Chalondra tidak akan mungkin bisa selingkuh. Apa lagi istrinya itu sangat padat jadwalnya belum lagi turun langsung mengurus putri semata wayang mereka. Jadi tidak akan mungkin, ia tidak suka dengan berita hoaks. Ia akan setuju jikalau ada bukti yang mendukung baru dia percaya. Dasar orang aneh pikir Diego. Baru kenal saja sudah ikut campur dengan urusan pribadi orang pikirnya. Sedangkan Lexa jadi bingung harus bagaimana lagi. Maka ia hanya bisa pasrah saja. Ia memilih berjalan menuju rumah sakit untuk mengunjungi Ibunya. Setidaknya ia sudah mengatakan apa yang dia ketahui dan dilihatnya. Kalau tidak di dengarkan dia mau bilang apa?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
12.7K
bc

My Secret Little Wife

read
96.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook