FM - BAB 4

2424 Words
“Pak, ini Lexa yang akan bekerja untuk Bapak secara khusus di lantai ini.” Kata Lidya memperkenalkan Lexa pada Diego. “Ya, saya udah tahu dia.” Lexa hanya tersenyum dan mengganggukkan kepalanya pelan saat pandangan keduanya bertemu. “Ingat pesan saya tadi pagikan? Kamu harus apa?” Tanya Diego pada Lexa, wanita itu menganggukkan kepalanya membuat Lidya bertanya apa yang dikatakan Diego pada Lexa. “Baiklah, kamu ajarin dia sampai tahu apa yang harus dikerjakannya.” Lidya menganggukkan kepalanya. “Siap Pak, selama satu minggu ini saya akan pantau dia secara khusus.” Setelah itu Lexa dan Lidya keluar dari ruangan Diego, wanita itu akhirnya bisa bernapas lega karena apa yang ditakutkannya akhirnya tak terjadi. Lexa takut kalau Diego menolaknya tadi. “Pak Diego bilang apa tadi emang sama kamu?” Tanya Lidya tiba-tiba membuat Lexa kaget. “Ohh itu Pak Diego bilang semangatnya harus bagus dan bertanggungjawab, kalau enggak nanti bisa langsung di pecat nggak akan dibantu sama sekali.” Lidya tertawa mendengarnya. “Pak Diego emang gitu, suka ngancem buat kita takut. Tapi aslinya sebenernya nggak gitu kok, kamu tenang aja.” Lexa hanya tersenyum simpul menanggapi Lidya. “Hanya itu aja?” Tanya Lidya lagi, Lexa mengganggukkan kepalanya. Mana mungkin Lexa bilang mengenai ikut campur dengan urusan orang lain, nanti bakalan ditanya lagi kenapa bisa berkata seperti itu bukan? Bakalan susah urusannya, apalagi semua orang tahunya kalau istri dari pimpinan mereka adalah orang yang baik. “Ayo kamu saya kasih tahu harus ngapain.” Ajak Lidya ke ruangannya. ***** “Sayang,” Panggil Chalondra manja. Ia baru saja tiba di apartment Gyan dan pria itu ternyata mandi. Maka Chalondra langsung saja menyiapkan dirinya, ia membuka bajunya dan meninggalkan lingerie seksi yang memang sudah di pakainya dari rumah. Ia sengaja memberikan hadiah untuk Gyan, maka sudah menyiapkan hal itu. Setelah itu Chalondra langsung saja naik ke atas ranjang menunggu Gyan dan berpose dengan sangat menggoda agar Gyan meliriknya juga dengan tak sabar. Maka begitu Gyan keluar dari kamar mandi masih hanya dengan menggunakan handuk langsung saja tergoda melihat Chalondra yang ada di atas ranjangnya. Memanggilnya dengan manja dan berpose sangat sexy. “Bagaimana? Kamu suka? Ini hadiah karena kamu udah sabar dan selalu mencintaiku. Apalagi ini hari kebebasan kita, bukannya udah lama kita tidak melakukannya? Apalagi kemarin sempat tertunda. Kamu merindukanku?” Tanya Chalondra lagi dengan sensual sambil membuka pahanya lebar tanda bahwa ia siap menunggu Gyan datang. Maka tanpa pikir pajang Gyan langsung saja membuka handuknya hingga jatuh ke lantai. Chalondra tersenyum senang saat melihat kepunyaan Gyan yang sudah berdiri tegak di depannya dan Gyan naik ke atas ranjang. Chalondra langsung saja menyambut Gyan dengan ganas dan peraduan bibir terjadi. Chalondra langsung saja mengalungkan tangannya di leher kekar Gyan. Tangan pria itu sudah memeluk Chalondra dengan erat. Keduanya berlutut di atas ranjang, keduanya sudah sama-sama dikuasai oleh nafsu. Gyan langsung saja merobek lingeri milik Chalondra dan mendorong wanita itu hingga berbaring di atas ranjang. Chalondra tersenyum senang karena Gyan sudah mulai bermain kasar dengannya. Ia suka kalau Gyan sudah seperti ini. Maka Chalondra membantu Gyan supaya menanggalkan lingerie yang sudah dirobeknya itu. “Biar aku saja, jangan mengganggu pekerjaanku.” Desis Gyan marah membuat Chalondra semakin tersenyum senang. “Baiklah, lakukan apapun yang mau kamu lakukan, aku akan menerimanya. Kali ini aku nggak akan memimpin dan melarang. Aku juga nggak akan terima berapapun yang kamu mau. Lakukan semuanya dengan cara yang kamu inginkan,” Ucap Chalondra dengan sensual dan pasrah, senyum nakal Gyan mengembang. Kalau sudah seperti itu maka Chalondra tidak akan bisa berbuat apa-apa lagi, Gyan akan melakukannya sampai ia benar-benar puas. Walaupun sebenernya Gyan tidak akan pernah buat kalau itu tentang Chalondra. Bahkan semenjak menjadi orang pertama bagi Chalondra, Gyan tidak pernah menikmati tubuh wanita lain selain Chalondra. Maka hanya Chalondralah satu-satunya wanita di dalam hidupnya. “Kamu benar-benar nakal.” Desis Gyan saat melihat Chalondra tidak lagi menggunakan penutup di bagian atas, Chalondra tersenyum senang melihat mata Gyan yang menatapnya. “Aku memang nakal dan itu hanya denganmu.” Balas Chalondra dengan mesra, ia memang sengaja tidak menggunakannya dari rumah agar mudah. Makanya dari parkiran menuju apartement Gyan, wanita itu menutupinya dengan tangannya agar tidak ketahuan kalaupun harus berpapasan dengan orang. Chalondra melipat tangannya di depan d**a. “Baiklah, kita akan memulai permainan. Kau milikku.” Desis Gyan. Setelah mengatakan itu Gyan langsung saja menyerang Chalondra dengan buas. Ia tak memberi ampun wanita itu sama sekali, begitu banyak tempat dan gaya mereka lakukan. Bahkan hanya dengan permianan tangan dan bibir Gyan saja wanita itu sudah mendapatkan kepuasannya. Tidak hanya itu, Gyan meninggalkan banyak jejak di tubuh Gyan. Chalondra tidak melarang, karena mau seberapa banyakpun yang Gyan tinggalkan Diego tidak akan pernah tahu itu. Entah sudah berapa kali Chalondra mendapatkan kepuasannya sendiri karena Gyan dan ia masih menginginkannya lagi dan lagi. Begitu juga dengan Gyan yang tak pernah lelah dan bosan kalau itu Chalondra. Hanya saja Gyan tahu kalau mereka perlu beristirahat, apalagi Chalondra karena sudah menyerangnya berkali-kali. Gyan selalu bisa membuat seorang Chalondra puas dan menginginkan lagi dan lagi. Pria itu sangat mahir dan tahu bagaimana membuat Chalondra senang. Apalagi kalau dirinya sudah bermain kasar. Maka ruangan tadi penuh dengan erangan dan jeritan dari Chalondra. Hal itu semakin membuat Gyan senang karena berhasil membuat Chalondra menjeritkan namanya tanda bahwa wanita itu mencapai kenikmatannya. Setelah merasa cukup, maka keduanya berbaring sambil berpelukan dengan mesra menikmati kebersamaan. “Kamu nginepkan?” Tanya Gyan sambil mengelus rambut panjang Chalondra. Wanita itu berada di atas dadanya. “Nggak bisa Gyan, aku harus pulang. Ada Aubrey di rumah, lagian nanti Aubrey bisa aja bilang sama Diego kalau aku nggak pulang. Belum lagi asisten rumah tangga bakalan bingung kalau aku nggak pulang. Nanti kalau Diego tahu dia bakalan curiga lagi.” Gyan menghembuskan napasnya kasar. “Kamu aja yang ikut aku pulang ke rumah yuk, kalau kamu nginepkan emang udah biasa walaupun Diego di rumah. Kita lanjutkan lagi nanti di rumah.” Goda Chalondra sambil mengedipkan matanya. “Enggak ahh, kamar aku nggak kedap suara bahaya kalau orang bisa sampai tahu. Mau di kamar kamu juga aku nggak kamu, itu kamar kalian. Lagian aku nggak mau melakukannya di tempat kalian biasa melakukannya.” Chalondra menatap Gyan sendu. “Kamu kenapa ngomongnya gitu? Kamu tahu sendirikan kalau aku sama Diego udah nggak pernah lagi melakukannya. Kamu tahu sendiri kalau Diego itu terlalu sibuk bekerja dan dia lupa sama aku. Dia hanya ingat sama anaknya aja, aku hanya melakukannya sama kamu aja.” “Siapa yang tahukan? Hanya kamu dan Diego yang tahu fakta itu bener atau enggak. Lagian Diego pria normal dan dia pasti punya kebutuhan, mana mungkin dia nggak tergoda sama kamu.” Chalondra menghembuskan napasnya panjang. “Aku juga bingung kenapa dia nggak pernah sentuh aku lagi. Apa aku kurang menggoda? Apa aku kurang sexy? Padahal aku udah terus goda Diego, bahkan telanjang sekalipun tapi Diego tetap saja fokus sama pekerjannya. Mengingatnya saja membuatku kesal.” “Berarti kamu menginginkannya?” Tanya Gyan tak suka. “Dulu iya, tapi sekarang udah enggak. Semenjak ada kamu aku hanya butuh kamu nggak mau yang lain. Bagi aku kamu sudah lebih dari cukup, karena kamu tahu buat aku senang. Kamu tahu bagaimana cara untuk memberikanku kenikmatan yang luar biasa.” Ucap Chalondra dengan sensual sambil menciumi d**a Gyan. “Kalau begitu jangan menginginkan apapun lagi dari Diego, cukup milikku saja.” Chalondra menganggukkan kepalanya mengiyakan. “Sudah pasti, aku hanya mau melakukannya sekarang sama kamu aja.” Goda Chalondra lagi, padahal sebenernya Chalondra sedang berbohong. Tetap saja Chalondra menginginkan Diego, bagaimanapun Chalondra sempat kagum dengan pria itu. Bohong rasanya kalau ia tak menginginkan Diego lagi. Hanya saja Chalondra capek karena terus di tolak oleh Diego. Kalau ada cara membuat Diego kembali menyentuhnya pasti akan dilakukannya. Chalondra mau kalau Diego bertekuk lutut di hadapannya seperti dulu. Apa karena dia sudah berhasil memberikan Diego anak, makanya pria itu tidak menginginkannya lagi? Hal itu sempat terpikir oleh Chalondra. Mana mungkin juga Chalondra jujur pada Gyan apa yang sebenernya di rasakannya, karena Gyan sangat cemburu sekali dengan Diego. Makanya Chalondra harus berbohong, karena ia membutuhkan Gyan juga untuk memenuhi kebutuhan yang tak di dapatkannya itu dari Diego. Hal itu jugalah yang membuat Chalondra akhirnya bermain aman dengan memakai pengaman agar tidak hamil anak Gyan. Kalau sampai ia hamil anak Gyan, maka semuanya akan berantakan termasuk rencana mereka. Karena Diego langsung tahu kalau itu bukan anaknya. Kalau mau digugurkan tidak akan mungkin, karena Gyan akan tahu. Pria itu menginginkan anak juga dari Chalondra. Selama ini Gyan tidak mau pakai pengaman karena itu, maka hanya Chalondralah yang menjaga dirinya sendiri untuk memakainya dengan pengaman agar tidak hamil anaknya Gyan. Karena bagaimanapun Chalondra tahu apa yang diinginkan Gyan. Bahkan pria itu ingin mengungkapkan hubungan mereka. Hanya saja, selama ini Chalondra yang memohon untuk menyembunyikannya sampai semuanya berjalan dengan sesuai rencana. “Diego udah pergi?” Tanya Gyan. “Udah, tadi aku dengar waktu Aubrey ngobrol dengan Daddynya. Oh iya bagaimana sama rencana kita?” Tanya Chalondra sambil mendongakkan kepalanya menatap Gyan. “Sabar, aku udah punya rencana bagus. Kalau mau ngelakuin hal besar gitu harus hati-hati nggak boleh gegabah. Soalnya kamu tahu sendiri bagaimana suamimu itu, sangat detail dan perfect. Kita nggak bisa sembarangan, jadi harus cari waktu yang tepat. Nggak usah khawatir, aku sudah memikirkan bagaimana caranya. Kamu tunggu saja, aku juga mau semua ini segera berakhir. Aku mau jadikan kamu seutuhnya milikku, supaya nggak ada lagi yang ganggu kita.” Kata Gyan dengan kesal, Chalondra tersenyum dan mengelus d**a terbuka milik Gyan itu. “Iya kamu juga harus sabar okay? Aku juga bakalan sabar kok supaya kita bisa sama-sama.” “Kamu menggodaku lagi?” Desis Gyan. “Menurutmu?” Tantang Chalondra sambil membuka selimut yang di pakai mereka. “Jangan salahkan aku, kalau aku malah buat kamu nggak bisa pulang malam ini.” Desis Gyan dan hendak menyerang Chalondra kembali namun wanita itu menahan Gyan. “Jangan lakukan itu, sebelum aku pulang kita bisa melakukannya sekali lagi. Aku akan memberimu hadiah, besok aku janji akan datang lagi dan kita akan melakukannya.” Setelah Chalondra mengatakan itu Gyan langsung saja menyerang Chalondra membuat wanita itu berteriak saat Gyan malah membalikann tubuhnya dan membuatnya telungkup. Gyan langsung saja menyerangnya dari belakang dan sebelum itu Gyan mengekplore seluruh tubuh Chalondra bagian belakang sampai tidak ketinggalan jejak. Gyan benar-benar selalu tak pernah puas kalau itu tentang Chalondra yang sebenernya tak bisa ia miliki lagi sepenuhnya. ***** “Hallo, kamu lagi di mana?” Tanya Diego pada Chalondra yang sedang memakai baju itu setelah menghabiskan malam yang panjang dengan Gyan. Chalondra hendak pulang, namun Diego malah menghubunginya. “Aku lagi di luar ketemuan sama temen, kamu udah sampai ya?” Tanya Chalondra dengan semangat, di satu sisi ia senang karena Diego menghubunginya saat mereka jauh seperti ini. Chalondra melirik Gyan sejenak sehingga pandangan keduanya bertemu. Dengan melihat saja Gyan tahu kalau yang menghubungi itu pasti Diego. “Udah.” Balas Diego dengan singkat. “Kamu masih lama pulangnya?” Tanya Diego lagi dan membuat Chalondra kesenangan karena di perhatikan seperti itu. Apalagi ini memang sudah malam, sangat tak wajar sebenernya. Tetapi Chalondra memang terbiasa pulang malam seperti ini, karena menghabiskan waktu dengan Gyan. “Ini udah mau pulang kok, mau jalan ke mobil kamu telepon aku. Khawatir ya karena aku pulang malam?” Tanya Chalondra dengan semangat. “Aku mau ngobrol sama Aubrey, tadi aku telepon ke rumah nggak ada yang angkat. Jadi aku pikir kamu di rumah tadi. Kalau kamu udah sampai rumah kabarin aku ya? Aku mau lihat Aubrey sebelum tidur.” Seketika Chalondra kesal dengan alasan Diego itu. Tadinya ia senang karena berpikir Diego sedang mengkhawatirkannya. Ternyata harapannya salah, lagi dan lagi Diego hanya perduli dengan anaknya bukan dengan dirinya. “Iya, bentar lagi aku pulang. Nanti kalau udah di rumah aku kabarin kamu.” Jawab Chalondra dengan memelas, Gyan sadar akan perubahan nada suara Chalondra. “Yaudah hati-hati.” Pesan Diego, walaupun di pesankan seperti itu Chalondra tak lagi semangat. “Kamu udah makan? Kamu ud—” Belum lagi Chalondra menyelesaikan perkataannya, namun Diego sudah mematikan sambungan tersebut membuat Chalondra semakin kesal. Selalu saja seperti itu, kalau sudah menyampaikan apa yang diinginkan maka Diego akan mengakhirinya. Padahal Chalondra ingin mereka berkomunikasi seperti pasangan pada umumnya. “Kenapa?” Tanya Gyan sambil mendekati Chalondra yang terlihat kesal. Gyan sengaja tidak menggunakan pakaiannya kembali ketika mendekati wanita itu. Sehingga kepunyaannya terasa di bagian belakang Chalondra, karena pria itu memeluknya dan menciumi punggung terbukanya karena dress yang digunakannya belum di tarik ke atas. “Seperti biasa, Diego selalu mengesalkan.” Kata Chalondra sambil melempar handphonenya ke sofa. “Tolong naikkan.” Pinta Chalondra sambil melirik ke belakang melihat Gyan. Senyum Gyan mengembang dan menaikkan reseleting dress milik Chalondra. Setelah itu wanita itu kembali berbalik dan melihat kepunyaan Gyan yang berdiri. “Bisa menenenangkannya sebentar?” Tanya Gyan dengan senyuman penuh arti. “Maafkan aku sayang.” Chalondra mengelus pipi Gyan dan menatap pria itu dengan mesra. “Kamu tahu menenangkannya nggak mudah, aku sudah bilang kalau mau pulang sama Diego. Jadi besok aja ya? Malam ini kamu menenangkannya sendiri bisakan? Lagian kamu nggak pernah bisa puas deh kayaknya.” “Nah itu kamu tahu, aku emang selalu gila kalau itu udah sama kamu. Hanya sama kamu aja kayak gini.” Chalondra tertawa. “Karena aku satu-satunya wanita di hidupmu,” Ucap Chalondra dengan bangga. “Ya, kamu benar. Baiklah, silahkan pulang.” Gyan melepaskan wanita itu. “Besok malam kita makan malam yuk? Udah lama kayaknya kita nggak pergi makan malam.” Gyan merapikan rambut Chalondra yang sedikit berantakan. “Tapi kamu janji mau menemaniku besok malam di sini, apa kamu lupa?” Chalondra tersenyum. “Tenang aja, besok dari pagi aku udah kesini supaya kamu senang.” Ucap Chalondra sambil mengedipkan matanya. “Aku akan batalkan jadwalku untuk besok, supaya bisa satu harian sama kamu. Dari pagi menurutku cukup bukan? Malamnya kita makan malam, aku udah penuhi kemauan kamu. Harus gantian dong sayang.” Ucap Chalondra sambil mengecupi d**a terbuka milik Diego. “Jangan semakin menggodaku, atau kamu sama sekali tak ku izinkan untuk pulang.” Desis Gyan membuat Chalondra jadi tertawa. Wanita itu mundur beberapa Langkah dan mengangkat tangannya ke atas. “Baiklah-baiklah, aku akan mundur. Kalau begitu aku pulang, sampai bertemu besok.” Chalondra mengambil tas dan handphonenya yang di lemparnya tadi. “Okey, hati-hati. Maaf aku nggak bisa antar kamu ke parkiran, aku harus menyelesaikan adikku.” Chalondra tertawa dan mengganggukkan kepalanya. “It’s okay.” Setelah itu Chalondra keluar dari apartement Gyan. Diego memang membuatnya kesal, namun lagi dan lagi ada Gyan yang bisa menghiburnya kembali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD