Bab-18

1104 Words
Sebenarnya tidak begitu Jesslyn tanggapi, tapi dia juga menyesal setelah mengatakan hal itu pada Sabian. Seolah disini yang kelihatan cintanya cuma Jesslyn bukan Christian. Kan yang ngejar dia Christian kenapa jadinya semalam dia curhat isi hatinya pada Sabian. Sialan memang!! Belum lagi pria itu meminta Jesslyn untuk membantunya melupakan Avasa? Orang Jesslyn saja masih terbayang-bayang Avasa apalagi Sabian. Dan lagi … ucapan itu kenapa begitu aneh di telinga Jesslyn, apa mungkin selama ini Sabian itu menyukai Avasa secara diam-diam? Dan kenapa Jesslyn tidak peka dengan sikap itu? Mengusap dagunya dengan jari Jesslyn seraya berpikir banyak kemungkinan selama ini. Apalagi waktu Avasa meninggal Sabian yang terlihat sangat terpukul. Dia sampai tidak pergi ke kantor selama satu bulan kehidupannya berubah total, lebih dingin, lebih kejam dan lebih tidak peduli apapun. Dan sekarang dia meminta Jesslyn untuk membantunya? Bukannya terasa aneh? Atau mungkin setelah Avasa mati dia ingin berpaling pada Jesslyn? Wah … keren!! Ide bagus juga sih, jadi kayak tidak dapat adiknya Sabi lah dapat abangnya. Lagian ATM Sabian juga unlimited kayak punya Christian. Jesslyn tidak perlu bekerja, dia hanya perlu duduk manis sambil menikmati secangkir coklat panas kesukaannya dengan majalah fashion brand terkenal. Ah betapa indahnya dunia Jesslyn setelah ini. Bruak … Sesuai jatuh di sampingnya membuat Jesslyn terjingkat kaget dengan tangan yang langsung menyentuh dadanya. “Heh setan Lo ngapain tiduran disana?” Ucap Jesslyn spontan dengan mata yang melotot dengan tatapan yang tidak percaya. Bagaimana tidak percaya jika tiba-tiba saja si Yuka datang dengan membawa berkas banyak dan tiduran di lantai ruangan Jesslyn. Memangnya tidak ada tempat lain apa selain lantai ruangan Jesslyn untuk tidur? Ya, Jesslyn akui tempat ini terlalu nyaman dan dingin jika untuk tidur. Hanya saja kenyamanan itu tiba-tiba lenyap saat Christian datang dengan wajah sendunya. “Ini bocah kenapa juga datang kesini, siapa sih yang ngundang.” Dumel Jesslyn mengusap beribu sabar dalam hatinya. Sudah pasti harinya akan jauh lebih buruk ketimbang kemarin. Yuka meringis kesakitan, dia bangkit dari tidurnya sambil menatap ulang berkas yang jatuh dilantai. “Gue gak tiduran ya, gue didorong dari belakang sampai gue terjengkal.” seketika itu juga Jesslyn langsung menatap Christian dengan curiga. Selain dia memangnya ada lagi yang berdiri di belakang Yuka. “Gue kesini sesuai permintaan lo, minta dicariin karyawan yang bisa Lo geb— apa sih!!” Yuka menepis tangan Jesslyn yang membungkam mulutnya, tatapannya seolah tidak terima dengan apa yang wanita itu lakukan. “Geb apa?” Christian menyahut membuat Yuka meringis dan pergi dari ruangan ini dengan cepat, meninggalkan Jesslyn dan juga Christian berdua aja. “Maksud dia apa? Geb apa? Gebetan?” Ujar Christian dengan nada kesalnya. Jesslyn mendengus. “Lo kenapa sih kesini? Kemarin kayaknya gue bilang kerja yang bener, cari duit yang banyak, ngapain kesini lagi.” “Gue berubah pikiran.” kata Christian. Kenapa dia harus mengikuti kata Jesslyn. Mau kerja atau tidak nyatanya Christian sudah kaya dari lahir. Tinggal mengedipkan mata semua yang dia inginkan terpenuhi. Dia tidak perlu capek-capek bekerja karena ada banyak orang yang mau bekerja di bawah dia. Christian bisa menggunakan mereka dan untuk apa juga Christian harus capek-capek akan hal itu? “Duh … dia udah sadar kalau kaya.” Gumam Jesslyn. “Gue denger yaa.” Jesslyn tak menghiraukan hal itu, dia mencebikkan bibirnya, menyibakkan rambutnya dan mencoba untuk kembali fokus pada pekerjaannya. Lebih baik dia bekerja ketimbang harus meladeni Christian yang mulai gila itu. *** Suara nyanyian membuat wanita itu menutup telinganya. Dia melirik Christian yang hampir tiga jam tidak bergerak dari tempatnya. Memang dia duduk di sana dengan tangan yang terlipat di d**a sambil bernyanyi terus menerus. Jesslyn memalingkan pandangannya ketika tak sengaja pandangan mereka bertemu. Sedangkan dalam hati Jesslyn ingin sekali pria itu pergi dari hadapannya sekarang juga. “Lo nggak ada niatan apa gitu dari sini?” Christian menatap aneh, menurunkan kakinya lalu memiringkan kepalanya heran. “Apa?” “Jangan balik tanya dong, minimal ngapain kek ketimbang nganggur gitu.” Christian mendengus. “Gue merem setahun juga gak mungkin miskin. Gue kerja ya tiap hari, tapi hari ini lagi males banget. Pengennya nungguin calon istri kerja, takutnya kek kemarin ditinggal bentar udah ada yang nemenin.” Jesslyn menarik nafasnya panjang, oke kalau begini gak akan ada hasilnya. Pertama dia udah sadar kalau dia kaya raya tujuh turunan alien gak akan miskin. Kedua Jesslyn sangat sangat tersindir dengan ucapan itu entah ketika dia bersama dengan Andy atau mungkin ketika dia bersama dengan Sabian semalam. “Calon istri lagi di rumah tuh, masak, nemenin tidur, nungguin pulang kerja tiap hari.” Christian memutar bola matanya malas. “Gue nggak pernah anggap dia calon istri ya. Berapa kali sih harus gue bilang kalau gue maunya elu bukan yang lain.” “Dan nyatanya yang menyandang status itu si Hanna bukan gue. Kalau lo lupa??” Jesslyn menatap beberapa map kerjaannya yang baru saja si berikan oleh Yuka. “Kalau lo mau bilang gue terpaksa itu cuma alasan. Lo bisa nolak, Lo bisa bilang kalau lo gak suka dia. Atau nggak Lo bisa cari alasan lain yang dimana pertunangan itu nggak bisa terjadi. Tapi apa? Mau bilang gak ada alasan tapi Lo seolah menikmati banget jadi calon suami Hanna. Gue yang nggak pernah dikasih status dari dulu begini kayak apa? Cuma diminta nunggu doang tanpa adanya kepastian. Sekalinya ada nyakitinnya gak kira-kira.” Jesslyn nampak kesal dia langsung pergi begitu saja dari hadapannya Christian. Tidak peduli jika pria itu akan mengejar atau mungkin membuat gaduh satu kantor pun juga Jesslyn tidak peduli lagi. Baru juga berhasil keluar dari pintu ruangannya, Christian menarik tangan Jesslyn dan mendorongnya ke arah dinding kaca. Mata pria itu sedih dia tidak suka hal itu terjadi. Dia tidak suka ucapan Jesslyn yang menyiratkan seolah Christian bukanlah orang yang dia tunggu. Tapi yang terjadi Christian juga tersiksa dengan semua ini. Dia ingin Jesslyn tapi dia tidak bisa berbuat banyak hal. “Minggir nggak gue mau pergi!! Gue nggak mau liat muka lu lagi. Gue benci sama lo, Tian!!” Teriak Jesslyn mendorong tubuh pria itu dan tak bergeming sama sekali. Awalnya Christian hanya diam saja, sampai akhirnya hatinya tersayat sakit ketika mendengar isakan tangis dari Jesslyn. Buru-buru pria itu merengkuh tubuh Jesslyn dan memeluknya. “Maaf Ai, gue minta maaf. Untuk saat ini gue beneran butuh Lo di samping gue. Gue akan usahakan semuanya demi Lo. Gue nggak mau janji lagi tapi gue akan buktiin. Apapun yang terjadi kedepannya gue tetep pilih Lo. Gue lagi usahain Lo disini.” Murahannya hati Jesslyn, baru gini aja dia sudah mengangguk kecil dalam pelukan Christian. Dia akan menunggu sekali lagi, jika tidak ada hasilnya mungkin dia akan membuka hati untuk pria lain. Sabian mungkin? Atau Andy? ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD