“Jelasin!!!”
Satu kata yang mampu membuat Jesslyn mati kutu. Dia tidak tahu harus menjelaskan dari mana, jika saja malam itu mereka tahu mungkin mereka juga akan memaki Jesslyn dan juga Christian.
Rhea yang penasaran pun meminta Jesslyn untuk cepat buka mulut. Berita ini sudah menyebar seantero, dan semua orang tahu jika Christian baru saja bertunangan dengan Hanna. Kenapa mereka seyakin ini jika wanita yang dicium Christian itu adalah Jesslyn, karena tidak ada wanita lain yang dekat dengan Christian kecuali Jesslyn dan juga Jessica. Kalau Jessica tidak mungkin, mereka hanya sebatas teman, dan jarang bertemu. Sedangkan Jesslyn?
“Itu bukan gue!!” elak Jesslyn.
“Meskipun lo pake topi, masker, kacamata pun gue gak akan buta Jes kalau itu elo. Cincin nih yang lo pake sama yang kayak di foto. Lo pikir kita berteman cuma satu atau dua hari apa.” celetuk Elina.
“Tau nih, gue tau itu elo. Karena yang Deket sama Tian itu cuma elo Jes, dan itu nggak mungkin Hanna. Karena Tian nggak akan mau melakukan hal itu sama Hanna. Apalagi Lo tau tujuan Christian itu untuk unboxing lo. Dan selama lo disentuh dia lo sama sekali gak nolak.”
Jesslyn terpojok, dia tidak ada pilihan selain menjelaskan apa yang terjadi. Bohong sama mereka juga percuma, mereka sudah pasti tahu kalau itu Christian dan Jesslyn. Tidak mungkin Christian tiba-tiba saja membawa orang lain dalam mobilnya. Hanna saja tidak pernah duduk di samping Christian apalagi wanita lain.
Pelan tapi pasti Jesslyn menjelaskan apa yang terjadi kemarin malam. Dia tidak menyangka jika berita ini akan heboh di media sosial. Dipikirannya hanya ada Hanna, bagaimana hancurnya wanita itu melihat orang yang dia cintai mencium wanita lain. Belum lagi keluar Hanna dan juga keluarga Christian yang mungkin meminta pria itu untuk menjelaskan kejadian ini. Dan kali ini Jesslyn merasa takut jika pria itu menyebut namanya satu kali dan masuk ke masalah besar mereka.
Semoga saja Christian tidak menyebut namanya.
“Lo cuma sekedar ciuman doang kan sama Tian? Atau mungkin melakukan hal lebih?” tanya Elina yang seolah tidak yakin dengan cerita Jesslyn.
“El … They couldn't possibly do that in the car. Kaca mobil Tian cukup terang untuk menembus lampu.” jelas Rhea yang tahu pikiran Elina kemana-mana.
Elina memutar bola matanya malas. “And there are a lot of people who do that.”
“Termasuk lu sama Noah di toilet kantor?” sindir Rhea.
Mata Elina mendelik dengan sempurna, lalu memukul lengan Rhea dengan gemas memintanya untuk segera diam. Ini bukan apa-apa tapi antara Elina dan Noah tidak ada hubungan apapun. Di toilet itu juga mereka tidak melakukan apapun, meskipun dirinya dikunci secara sadar disana. Mereka hanya berdebat saja selebihnya tidak.
Jesslyn mendengus, menatap Elina dan juga Rhea yang malah memilih bertengkar disana. Yang awalnya dari Noah dan Elina yang terkunci di toilet hingga mereka yang berburu makeup diskonan. Bukannya mendapat solusi yang ada Jesslyn pusing sendiri disini.
Memilih untuk pergi, tapi Elina lebih dahulu menarik tangan Jesslyn hingga membuatnya menatap aneh.
“Duduk!!!” serunya, hingga Jesslyn melonggo. “Lo belum jelasin apapun ya ke gue, enak banget lo mau pergi begitu aja. Nggak bisa yaaa!!” ujarnya kembali.
Jesslyn memijat pelipisnya pusing, menatap Elina dan juga Rhea dengan muak. “Lo berdua diam deh, gue lagi pusing bukannya dihibur malah bikin gue stres.”
“Mba Rhea noh yang bikin greget.” elak Elina
Rhea yang tidak terima pun langsung menyerang Elina kembali. Dia hanya bilang sesuai apa yang terjadi. Elina sama Noah memang terkunci di toilet itu benar. Bukan apa-apa terus salahnya dimana, sedangkan disini yang memiliki status jelas hanya Rhea saja. Elina dan Jesslyn lebih suka hubungan yang tidak memiliki status tapi saling memiliki. Mana ada!!!
Tidak tahan dengan hal itu, Jesslyn memilih untuk pergi. Wanita itu benar-benar pusing melihat mereka. Apalagi Elina yang sangat tidak terima dengan semua ini.
Mengambil tasnya Jesslyn memilih pergi, dia sudah stres jangan sampai dia gila hanya karena kedua temannya. Sayangnya hal baik tidak berpihak datangnya. Langkah kaki wanita itu berhenti, menatap seseorang di lobby kantor yang tersenyum ke arahnya sambil melambaikan tangannya.
“Hai Jesslyn … .” Sapanya dengan nada lembut tapi menyakitkan.
***
Disinilah mereka, duduk berdua di sebuah coffee shop tapi lebih memilih memesan coklat dingin dan juga cake keju kesukaan Jesslyn akhir-akhir ini. Wanita itu mencoba untuk tersenyum meskipun ogah-ogahan tapi tidak masalah, ketimbang kelihatan banget kalau dia tidak suka.
“Jess Lo beneran nggak papa keluar kantor dijam kerja?” tanya orang itu dengan suara lembut.
“Enggak kok, santai aja.”
Hanna mengangguk kecil menatap ponselnya beberapa kali. Dan hal itu mampu membuat Jesslyn sedikit curiga, gelagat Hanna tidak seperti biasanya. Ada rasa gelisah dan semacamnya. Meskipun Jesslyn tahu, mungkin wanita itu ingin bertanya banyak hal tentang Christian atau mungkin karena berita kemarin?
Menarik nafasnya dan mencoba untuk biasa saja, Jesslyn melirik Hanna yang nampak tak tenang. Dan hal itu lama kelamaan membuat Jesslyn tidak suka.
“Lo kenapa sih, kayak nggak tenang gitu.” Tanya Jesslyn akhirnya. Dia cukup terganggu dengan sikap Hanna.
Hanna tersenyum kecil. “Nggak kok, nggak papa. Cuma takut kalau lo kena marah Sabian aja karena bolos di jam kerja.”
Jesslyn memutar bola matanya malas. “Masalah itu lo gak perlu takut, Sabian nggak mungkin marah sama gue.”
“Kenapa begitu?”
Sedikit tertawa dia menjelaskan jika Sabian itu paling anti dengan Jesslyn. Dia paling tidak mau dekat dengan wanita itu, karena menurut Sabian, Jesslyn adalah wanita yang harus dijauhi karena bisa membuat kepalanya ingin pecah. Jadi, tidak mungkin tiba-tiba dia datang, lalu marah-marah tidak jelas pada Jesslyn, mana mungkin!
Mendengar hal itu Hanna pun tertawa kecil. “Sepertinya gue ketinggalan banyak berita tentang lo, Jes.”
“Banyak banget pake B yang banyak.”
Hanna tertawa kecil, menyesap kopi yang dia pesan sampai dingin. “Lucu banget sumpah. Ceritanya apa aja sih?”
Tidak ada banyak cerita, semuanya tentang Sabian. Hanya itu saja, yang dimana Jesslyn terobsesi ingin menjadi istri Sabian. Dia hanya suka menggoda pria itu saja tidak lebih.
Sedangkan disini, wanita itu sedikit berbagi cerita dengan Jesslyn tentang dirinya. Jesslyn tentu tahu jika selama ini Hanna begitu mencintai dan menginginkan Christian sebagai pendamping hidupnya. Sayangnya, pria itu lebih dulu mencintai wanita lain sebelum dia benar-benar datang. Dan Hanna belum tahu siapa wanita yang beruntung dicintai Christian secara ugal-ugalan. Dia begitu beruntung bisa merasakan cinta yang tulus dan juga seluruh hati Christian. Jujur saja Hanna iri dengan wanita itu.
Jesslyn hanya mampu meremas ujung roknya dengan gugup. Apa-apaan ini kenapa tiba-tiba banget bahas Christian diantara mereka. Padahal Jesslyn pikir mungkin Hanna hanya bosan dan mencari teman untuk minum kopi bersama. Tapi yang terjadi? Mungkin … dia ingin bertanya wanita yang bersama Christian semalam yang heboh pagi ini. Semua televisi, berita internet membahas tentang pria itu dan juga dirinya. Wajar saja, atau mungkin Hanna berpikir jika wanita itu dirinya?
Jika iya posisinya sudah tidak aman lagi!! Dia harus meminta pria itu untuk menjauh agar tidak menimbulkan permasalahan yang fatal.
****