Bab-23

1092 Words
Menatap pintu apartemen terbuka Hanna pun tersenyum. Pria yang dia cintai telah pulang ke rumahnya. Menyiapkan secangkir kopi s**u kesukaannya yang tidak pernah disentuh, Hanna pun menghampiri Christian yang terlihat dingin di hadapannya. “Kamu baru pulang?” katanya basa basi lebih tepatnya mencari topik agar ada obrolan di antara mereka. Mengingat sudah dua Minggu ini Christian mendiamkan dirinya dan jarang pulang. Christian hanya berdehem, dia melepas sepatu yang dia pakai dan menyimpannya cepat. Dia melakukan apapun itu sendiri tanpa bantuan Hanna. Karena dalam pikiran Christian yang seharusnya melayaninya sekarang adalah Jesslyn bukan Hanna. “Kemarin malam aku pengen makan malam sama Jesslyn tapi dia nggak datang.” Celetuk Hanna tiba-tiba. Christian menghentikan langkahnya, membalik badan dan menatap Hanna dengan tajam. “Lalu?” “Katanya ketiduran. Padahal setelah bertemu waktu itu kita kayak nggak punya waktu untuk pergi bersama.” Christian tak bergeming, tak juga merespon cerita Hanna yang terus menerus membahas soal Jesslyn. Dimana wanita itu tidak lagi bisa bertemu dengan Jesslyn yang sibuk bekerja. Bahkan untuk sekedar minum kopi saja sulit. Itu pun kemarin mereka bisa minum kopi bersama karena wanita itu pergi ke kantor Sabian. Hanna dengan sengaja ingin menemui Jesslyn karena setelah kepulangannya dan setelah acara tunangannya pun mereka tak lagi bertemu. Itu sebabnya Hanna sangat merindukan wanita itu. Tapi yang ada kemarin malam ketika Hanna ingin mengajak makan malam bersama. Jesslyn tidak merespon apapun, dia tidak membalas pesan Hanna, tidak juga menerima panggilan masuk dari Hanna dengan alasan ketiduran. Aneh sih, tapi mungkin memang wanita itu tengah lelah makanya dia sampai ketiduran. “Mungkin pekerjaan dia banyak makanya capek.” Jawab Christian pada akhirnya. Dia sedikit tertarik dengan hal ini, kenapa Jesslyn harus berbohong. Dia bisa saja mengatakan pada Hanna jika semalam mereka bersama. Mungkin Jesslyn tidak ingin bertengkar dengan Hanna. “Mungkin ya. Atau nggak, akhir pekan gue mau ngajak dia piknik deh.” Dengan alis yang terangkat keatas Christian pun menatap Hanna heran. Jesslyn diajak piknik? Yang bener aja!! Hanna terus bercerita tentang apa yang akan mereka lakukan setelah piknik. Sedangkan Christian lebih sibuk mengirim pesan pada Jesslyn, tapi tak ada satupun pesan yang dibalas oleh wanita itu. Terbaca hanya tidak mengetik. Christian tak menyerah, dia lagi-lagi mengirim pesan pada wanita itu sampai puluhan kali. Dan pada akhirnya Jesslyn pun mengirim sebuah foto pada Christian dan membuat pria itu terkejut bukan main. Pria itu menelepon seseorang memastikan apakah benar adanya atau mungkin ada kebohongan diantara mereka. “Bang lo dimana?” tanyanya sambil melompat dari duduknya. *** Jesslyn duduk santai sambil menatap sekeliling. Banyak sekali maid yang menundukkan kepalanya dengan hitamnya ketika dia dan juga Sabian melewatinya. Agak aneh tapi mau bagaimana lagi, dia tidak mungkin memberitahu satu persatu orang untuk tidak melakukan hal ini. Mungkin ini adalah SOP pekerjaan mereka. “Mom … .” Jantung Jesslyn berhenti seketika untuk beberapa detik. Lalu menarik nafasnya panjang dengan agak sedikit kesulitan. Wanita cantik dengan penampilan sederhana menoleh dari tempat duduknya. Tersenyum lebar, sambil merentangkan kedua tangannya. Tanda jika wanita itu ingin dipeluk. Jesslyn kagum, meskipun usianya sudah tua tapi jujurly mukanya awet muda banget. Mungkin ngaruh juga secara finansial tidak hanya perawatan setiap hari atau apapun itu. Dan ya … dia tidak perlu repot mikir besok makan apa, atau mungkin kerja dulu gak sih baru beli barang kesukaan? Apalagi tadi ketika Jesslyn masuk wanita itu hanya duduk tenang sambil menatap majalah. Cita-cita Jesslyn ketika nanti dia berhasil menikah dengan Sabian. “Akhirnya kamu pulang juga Sabian. Mommy kangen bangat tau sama kamu.” Katanya dengan nada lembut. Disini Sabian hanya bisa tersenyum kecil, menarik tangan Jesslyn dan mengenalkan wanita itu pada ibunya. Dia adalah teman kantornya, Sabian pulang karena ada beberapa berkas penting yang harus dia ambil. Beberapa hari lalu dia lupa membawanya untuk pergi meeting. Itu sebabnya Sabian datang bersama dengan Jesslyn. Yoora memperkenalkan diri secara resmi. Begitu juga dengan Jesslyn, hanya saja suasana entah kenapa mendadak tidak enak. Tatapan Yoora tidak seperti tatapan ibu pada umumnya. Jesslyn yakin jika ini pertemuan pertama, tapi kenapa seolah Yoora sudah tahu siapa Jesslyn ya? Duduk dengan santai, Jesslyn hanya menatap Yoora yang kembali sibuk dengan majalahnya. Tidak ada obrolan apapun, Jesslyn juga tidak tahu harus bicara apa. Sampai akhirnya terdengar suara benda jatuh dari lorong yang Jesslyne lewati tadi. Yoora dan Jesslyn saling pandang, lalu bangkit dari duduk mereka berjalan bersama ke lorong itu. Mata Jesslyn membulat ketika menatap siapa yang jatuh. Dan ternyata orang itu adalah Christian. Pria itu menabrak troli yang dibawa pelayan hingga jatuh berantakan. “Kamu itu gimana sih, gak liat apa saya mau lewat.” Kata Christian kesal, terlihat jelas jika pria itu tengah marah pada pelayan yang menunduk takut. Jesslyn mendekat, wanita itu membantu pelayan itu dan menatap tajam ke arah Christian. “Lo itu yang gimana, udah tau ada orang lewat main tabrak aja. Nggak punya mata ya?” Christian mendengus, mengulurkan tangan minta dibantu oleh Jesslyn. Tapi yang terjadi sebuah tangan melingkar indah di lengan pria itu dan membantunya berdiri. Siapa lagi jika bukan Hanna. Dan Christian lupa jika dia datang ke tempat ini bukan hanya sendiri tapi juga dengan Hanna, yang tiba-tiba saja ikut datang ke rumah ibunya. Jangan tanya ekspresi Yoora ketika melihat Hanna datang. Wanita itu tersenyum dan memeluk Hanna. Jesslyn hanya membuang pandangannya, dia ingin pergi dulu tapi terlihat tidak sopan. Tapi jika dia berada disini dia hanya bisa menahan rasa sakit. Menarik nafasnya panjang Jesslyn menunduk, sudah pasti kedudukan mereka ini sama makanya mereka bertunangan. “Sayang akhirnya kamu kesini juga.” Ucap Yoora menangkup kedua pipi Hanna dengan lembut. “Iya Mom, tadi Tian bilang pengen ke rumah Mommy terus aku ikut. Kangen banget sama Mommy.” Yorra kembali memeluk Hanna dengan hangat. Barulah Hanna tahu jika ada Jesslyn disamping Yoora yang tengah membuang pandangan. Hanna melepas pelukan itu dan menghampiri Jesslyn. “Gue baru tau kalau itu Lo Jes.” Ucapnya memeluk Jesslyn. Mau tak mau Jesslyn pun memeluk balok Hanna. Tidak mungkin rasanya jika Hanna tidak tahu Jesslyn. Badan Segede gini masa iya tidak terlihat? Kecuali Hanna buta atau pura-pura buta ketika ada Jesslyn. Rasanya nggak mungkin kalau tiba-tiba enggak tau sih ya. Wanita itu tersenyum kecil dan melepas pelukannya. “Iya, soalnya tadi gue juga nggak liat lo datang sih.” Hanna tersenyum kecil, dia pun menarik Jesslyn untuk duduk di sofa panjang ini. Dan berbicara panjang lebar. Dimana Hanna ingin melangsungkan piknik dengan Jesslyn ditempat dulu dimana mereka sering mengunjunginya. Dan Jesslyn bisa mengajak Elina agar makin seru. Bukannya menjawab Jesslyn malah lebih fokus tatapan tajam Christian yang mengarah padanya, yang mampu membuat d**a Jesslyn sesak. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD