BAB 12 Ramuan Obat Kiana

1135 Words
Kini Kiana duduk termenung menatap kandang Kelving yang telah hancur, ia masih meratapi kepergian naga kecilnya. Sedangkan Drake, duduk manis di atas pohon sambil memegangi pipinya yang terdapat bekas tanparan. Riki pun mendekati Kiana. “Kak, makan yah. Tidak baik jika tidak makan.” Anak lelaki itu masih berusaha membujuknya. Akan tetapi, wanita itu masih enggan untuk makan. Ia tak berselera makan setelah kehilangan Kelvin naga kecilnya. Drake menghembuskan napas berat sebelum ia melompat turun dari pohon dan duduk di samping Kiana. “Kelvin belum mati. Bisa jadi naga kecilmu itu sedang terbang mencarimu.” Kiana menatap Drake. “Tapi kan_” “Jika memang Kelvin mati maka kau pasti menemukan mayatnya. Tapi kau tidak menemukannya kan? Berarti ada kemungkinan ia sedang mencarimu.” Kiana terdiam. Perkataan Drake ada benarnya. Masih ada harapan. Seketika wajahnya kembali cerah dan tersenyum senang. Melihat senyuman Kiana membuat lelaki itu ikut bahagia. “Kalau begitu aku harus memperbaiki kandangnya dengan begitu Kelvin tidak bisa lari lagi.” Perkataan Kiana seketika membuat senyum Drake menghilang. Ia telah membiarkan dirinya terkurung di kandang yang kecil dan sempit nantinya. Drake pun kembali ke tempanya dengan wajah cemberut. “Ada apa?" tanya Kiana dengan wajah polos tanpa dosa. “Tidak ada,” ujar Drake cuek. Hatinya sangat kesal melihat wanita itu. Sehingga ia memutuskan untuk tidur saja. Kiana menatap Drake lalu beralih menatap buah-buahan yang ada di hadapannya. Ia tidak perduli dengan lelaki tersebut. Kiana pun makan dengan lahab bersama Riki sesekali mereka mengobrol dan tertawa bersama membuat Drake merasa terganggu dengan mereka. Lelaki itu mendudukkan dirinya dan menatap keduanya dengan kesal. “Bisakah kalian makan dengan tenang? Aku mau tidur dan kalian berdua sangat ribut.” Setelah itu Drake kembali berbaring. “Baiklah ... kami tidak akan ribut lagi.” Kiana memperhatikan Drake telah tertidur pulas di atas pohon ia hampir lupa dengan luka lelaki itu. Ia belum memberinya obat. Sebuah ide jahil tiba-tiba terbesit dalam pikirannya. Kiana dan Riki saling bertatapan dan tersenyum menyeringai. *** Di sisi lain, Drake tengah bermimpi indah tentang kenangannya dulu. Flashback Drake terbang di atas langit menghindari tiap-tiap anak panah yang meluncur ke arahnya. Di bawahnya banyak manusia yang kini memegang panah yang telah di berikan racun. “Cepat panah naga itu!” sebuah teriakan yang sangat ia benci. Ia tidak tahu apa salah dengannya. Ia tidak pernah mencelakai manusia. Tapi, kenapa ia selalu di buru. Ia hanya mencoba untuk mencari teman. Akan tetapi, yang ia dapat hanyalah luka. Saat itulah ia sangat membenci manusia. Tiap kali ia melewati perbatasan manusia maka ia akan diserang seperti saat ini. Padahal ia hanya ingin mencari makan. Tanpa Drake sadari sebuah anak panah meluncur dengan cepat ke arahnya dan mengenai salah satu sayapnya. Drake meringis kesakitan. Ia menatap benci para manusia itu sebelum terbang menjauh. Mencari tempat yang aman untuk menyembuhkan lukanya. “Sial ... racun dari panah ini mulai menyebar,” batinnya. Pandangannya mulai kabur dan ia tidak bisa mempertahankan kesadarannya. Beberapa detik kemudian, lelaki itu pun terjun bebas ke darat saat ia sudah tidak punya tenaga untuk terbang. Tubuhnya membentur pohon-pohon dan bebatuan membuat tubuhnya semakin terluka parah. Drake pun tidak sadarkan diri. Tiba-tiba ia mencium aroma yang sangat enak. “Enak sekali,” batinnya. Namun, ia enggan untuk membuka kedua matanya. Ia malah memperbaiki tidurnya dan merasa nyaman dengan aroma memabukkan yang ada di sekitarnya. Aroma yang mirip dengan bunga mawar. Baru kali ini ia mencium aroma seperti ini. Namun, tiba-tiba .... “Arkh.” Lelaki itu memekik kesakitan. Flashback end “Arkh.” Lelaki itu memekik kesakitan dan membuka kedua matanya seketika. Ia melihat Kiana dan Riki sedang mengikatnya kencang. Kedua tangannya terikat ke belakan dan kedua kakinya terikat menyatu. Tubuh atasnya yang tidak memakai baju merasa tidak nyaman karena harus berbaring di tanah. “Yak! Apa yang kalian lakukan cepat lepaskan aku!” kata Drake marah. Wanita itu telah membangunkannya dari mimpi indahnya. Mimpi saat pertama kali ia bertemu dengan Daisy. “Maafkan aku. Aku hanya melakukan apa yang di perintahkan, Kak Kiana,” kata Riki merasa bersalah. Drake pun menatap Kiana. Namun wanita itu malah menatapnya sambil tersenyum-senyum atau lebih tepatnya menyeringai. Membuatnya takut dengan apa yang akan gadis itu lakukan padanya. “Apa yang akan kau lakukan ...” lirihnya takut. “Kau lihat saja ...” Kiana pun mengambil tumbuhan obat yang ia dapat kemarin lalu memasukkannya ke dalam mulutnya mengunyahnya cukup lama. Setelah obat dalam mulutnya sudah siap di gunakan Kiana pun menaiki tubuh Drake menatap luka yang ada di punggung lelaki itu. Lelaki itu berusha memberontak. Berusaha melepaskan ikatan tali pada tangannya. Dengan cepat Kiana pun memegangnnya. Lelaki itu melirik Kiana dari ujung matanya dengan tatapan horor. “Apa yang kau lakukan. Cepat turun dari tubuhnya!” pekik Drake takut. Drake berbalik menatap Kiana yang masih mengunyah. Wanita itu menyeringai menatapnya dan saat itulah wanita itu memuntahkan apa yang ada dalam mulutnya tepat di luka Drake. Tumbuhan hijau berlendir memenuhi punggungnya. Drake pun memekik jijik. Obat itu telah bercampur dengan air liur Kiana yang berlendir dan memenuhi tubuhnya yang tidak terbalut baju. “Menjijikkan sekali. Dasar wanita sialan. Lihat saja nanti .. tunggu pembalasanku!” maki Drake. Tapi Kiana tetap tersenyum senang melihat wajah marah Drake yang sangat lucu. Lelaki itu sama sekali tidak menyeramkan malahan sangat lucu. Terdengwr suara erqngan kesakitan. Drake pun memekik dan kembali memberontak saat tiba-tiba Kiana menepuk-nepuk punggungnya tepat di lukanya yang telah di olesi obat. “Dengan ini kau bisa cepat sembut ...” Seketika Drake pun terdiam. Membiarkan Kiana merawat lukanya. Wajahnya pun memerah. Ia kembali mengingat kejadian kamarin. “Sepertinya Kiana betul-betul mulai menyukaiku. Jadi orang tampan susah juga. Sebaiknya aku harus mengatakan yang sejujurnya jika aku menyakai orang lain sebelum cinta Kiana semakin besar untukku,” batinnya tersenyum-tersenyum dan menangguk-ngangguk sendiri. “Ada apa?” tanya Kiana. “Tidak ada apa-apa,” jawab Drake sembil tertawa pelan. Wanita itu pun turun dari tubuh Drake dan manatap hasil perbuatannya. “Sepertinya sudah berses.” “Bisakah kau melepaskan tali ini sekarang juga?” “Tidak bisa. Tunggu obat itu bereaksi baru di lepas. Kau tahu. Kau itu tidur seperti kerbau. Berguling kesana kemari. Tak hanya itu suara ngorokmu sangat besar. Bisakah kau mengecilkan volumenya?” Drake mengela napas. “Baiklah. Aku turuti apa maumu.” Akhirnya lelaki itu pun pasrah. tak lama kemudian Drake pun kembali tertidur pulas akibat obat yang ada tubuhnya mulai bekerja. Tak hanya Drake Riki juga ikut tidur di samping Drake. Kiana tersenyum dan mengambil baju lelaki itu dan meletakkannya di punggu Drake. Dengan begitu lelaki penyelamatnya tidak akan kedinginan. Lalu menyelimuti Riki. Setelah itu Kiana pun kembali membuat kandang baru untuk Kelvin. Kandang yang lebih kuat terbuat dari kayu. Sehingga hewan yang ada di dalamnya tidak ke luar dengan mudah. Semoga saja ia bisa menemukan naga kecilnya kembali. Ia tidak sabar untuk menceritakan pengalamannya pada kelvin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD