BAB 11 Perjuangan Drake Melawan Vampire

1210 Words
Jalan satu-satunya adalah lelaki m***m itu. “Tolong! Lelaki m***m cepatlah kemari!” teriak Kiana kencang dan saat itulah seorang lelaki bersayap mendarat dengan sempurna tepat di hadapan Kiana. Lalu berbalik menatapnya dengan wajah kesal. “Menyusahkan saja. Kau itu yah. sangat menyusahkan. Kau pikir aku babu yang bisa kau perintahkan seenaknya?” Lelaki itu memaki Kiana. “Bisa enggak sih kau tidak terlibat masalah. Aku_” Drake tiba-tiba menghentikan makiannya saat melihat kedua mata Kiana berkaca-kaca. Yang tadi marah dan kesal malah menjadi merasa bersalah. Drake menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sepertinya Kiana sedih di marahi olehnya. “Itu ... maafkan aku. Aku tidak bermaksud memarahimu aku hanya mencemaskan keadaanmu.” Lelaki itu pun balik meminta maaf. Ia tidak tahan jika melihat wanita di hadapannya menangis. “Jangan nangis yah. Aku tidak akan marah lagi ...” lelaki itu masih berusaha menenangkan Kiana yang akan menagis. Kiana memanyunkan bibirnya. Lalu memeluk tubuh Drake dan saat itulah gadis itu menangis. Drake menepuk punggung Kiana menengkannya. “Tenang sudah ada aku di sini dan maafkan aku yang telah memarahi mu tadi,” kata Drake lembut. Berusaha menenangkan Kiana. “Lelaki m***m ... akhirnya kau datang juga ...” Kiana mennagis sesenggukkan. Mendengar perkataan Kiana membuat Drake kembali kesal. Ia melepas pelukan Kiana dan ia bertambah kesal karena ada ingus wanita itu yang menempel pada tubuhnya. “Apa! Apa kau bilang tadi?” “Lelaki m***m ...” kata Kiana dengan wajah polosnya. Wajah lelaki itu semakin memerah. “Yak! Sampai kapan kau akan mengataiku seperti itu. Sekali lagi aku bukan lelaki_” Perkataan Drake terpotong saat tiba-tiba Kiana membekap mulutnya. Dengan kasar lelaki itu menepis tangan Kiana. “Apa yang kau lakukan!” pekiknya marah. “Bisakah kau pending marah mu dulu? Kita sekarang ini dalam bahaya. Kau tidak lihat banyak vampire yang telah mengepung kita.” Drake pun berbalik. Oh benar juga. Ia lupa jika mereka berada di medan bahaya. Ia belum membersekan vampire-vampire ini. Drake menatap Kiana lalu dengan penuh percaya diri lelaki itu berkata, “Kau tenang saja. Selama ada aku di sini semua akan aman terkendali.” Dan di akhiri dengan kedipan mata membuat wanita itu hampir muntah melihatnya. “Sini kau vampire-vampire. Akan ku berantas kalian semua!” pekiknya kesar. Drake kembali melebarkan sayapnya dan memasang kuda-kudanya untuk menyerang. Drake berteriak keras saat ia mulai bersiap-siap menyerang. Lelaki itu pun mulai menyerang dan mengalahkan satu persatu vampire yang ada di sana. “Ayo kita ke sana duduk,” kata Kiana menarik Riki untuk mencari tempat yang nayaman. Sambil duduk manis di sebuah kursi. Kiana dan Riki bertepuk tangan dan bersorak saat melihat Drake berhasil mengalahkan vampire itu satu persatu. “SEMANGAT! KALAHAKAN MEREKA!” Teriakan penyemangat Kiana mengema seakan-akan wanita itu sedang menoton ajang pertandingan. “Lelaki m***m! Semangat ... Lelaki m***m! Lelaki m***m! Semangat ...” Drake terdiam sejenak saat mendegar teriakan penyemangat Kiana yang seakan mengejeknya. “Yak! Kalian_” “Awas di belakanmu!” Lelaki itu pun menghentikan ucapannya dan berbalik saat mendengar peringatan dari Kiana dan benar saja ada vampire yang hampir menerkamnya. Lelak itu pun kembali berkutat dengan vampire-vampire tesebut. Dan sekali lagi Kiana berosak. “Lelaki m***m! Semangat lelaki m***m! Semangat ...” Drake terlonjak kaget mendengar teriakan penyemangat Kiana yang mengejeknya. Tapi, ia menghela napas dan bermasa bodoh. Membiarkan saja wanita itu berteriak sesukanya. Satu jam kemudian, Drake berhasil mengalahkan semua vampire-vampire yang ada di kota tersebut. Lelaki itu pun melangkah mendekati Kiana dan duduk sejenak untuk beristirahat. “Lelahnya ...” pekiknya sambil mengibas-ngiskan tangannya untuk memberikan sedikit angin pada tubuhnya. Kiana pun mendekat dan menepuk-nepuk pundak Drake untuk mengurutnya. Dulu ia sering melakukan itu pada neneknya saat kembali dari hautan. “Wah ... Kau sudah berjuang ... kau sungguh hebat ...” puji Kiana. Seketika kekesalan dan kemarahannya tadi pun sirna di gantikan dengan kesenangan. Lelaki itu tersipu. “Sepertinya Kiana terpesona dengan ketampananku. "Akan sangat bahaya jika Kiana menyukai aku. Inilah susahnya jika terlahir dengan wajah tanpan,” batin Drake narsis. Drake tiba-tiba mengangguk sendiri sambil berpikir. “Sepertinya aku harus menjelaskan pada Kiana jika aku menyukai orang lain deh,” batinnya. “Ada apa?” tanya Kiana saat lelaki itu senyum-senyum sendiri dari tadi. “Tidak ada. Ayo kita kembali ke hutan. Di sini sepertinya tidak aman. Aku takut masih ada vampire di sekitar sini.” “Baiklah. Ayo kita kembali ...” Lelaki itu pun melebarkan sayapnya. “Kalian berdua cepat naiklah.” “Riki naik lah dulu,” kata Kiana sambil membantu anak lelaki tersebut untuk naik di punggung Drake. Setelah itu barulah Kiana naik. Drake pun mulai terbang ke angkasa. Tapi .... “Tungu!” pekik Kiana kencang tiba-tiba. “Ada apa lagi sih?” “Barang-barangku masih ada di sana. Aku harus mengambilnya.” “Menyusahkan saja,” batin Drake lalu kembali ke desa. Wanita itu turun dari punggung Drake dan berlari masuk ke dalam banguan di mana barang-barangnya tertinggal tadi. Kiana pun beralih pada kandang Kelvin naga kecilnya. Seketika ia kembali murung dan sedih saat memikirkan naga kecilnya. Wanita itu pun mengambil kandang kecil yang sudah rusak itu. Dengan membawa kandang tersebut akan mengingatkanya selalu akan naga kecilnya. “Lama_”Semula lelaki itu ingin mengerutu saat Kiana kembali. Tapi ia terdiam saat melihat wajah murung wanita itu. “Ada apa dengannya,” batin Drake. Dengan wajah sedih Kiana naik di punggung Drake. Saat mereka terbang di angkasa. Kiana meluapkan segala kesedihannya. Ia menangis cukup kencang dan menyalahkan dirinya atas kematian naga kecilnya. Ia merasa bersalah dan menyesali keogisannya. “Kelvin mati kerena aku ... aku telah membunuhnya ...” racau Kiana di punggung Drake. “Ternyata ia menangisiku ...” Darke menghela napas. Sepertinya ia tidak bisa ikut bersama Kiana dengan wujud Drake. Dengan menjadi Kelvin sepertinya cukup membuat Kiana bahagia. Lelaki itu pun memutuskan untuk mencari kesempatan untuk pergi dan merubah dirinya menjadi Kelvin. Saat tiba di tempat peristirahan mereka semula Kiana masih saja menangis meratapi Kelvin. Wanita itu manatap api unggun yang telah di buat Drake beberapa menit yang lalu masih dengan air mata yang setia mengalir di wajahnya. Ia merasa sangat kehilangan. Di samping wanita itu ada Riki yang berusaha untuk menghiburnya. Sedangkan Drake, ia duduk manis di atas pohon besar tak peduli dengan keadaan Kiana yang masih menangis. Toh Kelvin belum mati. Wanita itu akan kembali ceria jika Kelvin kembali. Jadi ia tidak perlu merasa kasihan. *** Kicauan burung di pagi hari mengusik tidur Kiana. Dengan malas ia membuka kedua matanya yang membengkat setalah menangis tadi malam. Jantungnya kembali berdetak kencang saat mendapati tangan melingakar di perutnya. Amarah wanita itu pun membuncak saat lelaki yang ada di belakannya malah mengeratkan pelukannya saat ia mencoba melapas tangan lelaki tersebut. Kiana pun mendudukkan tubuhnya cepat dan menatap lelaki m***m di hadapannya yang masih tidur nyenyak. Kiana menyilangkan kedua tangannya sambil menunggu Drake bangun. Ia harus memberinya pelajaran. Tiga puluh menit kemudian. Drake melenguh pelan saat kedua matanya mulai terbuka secara perlahan. Saat itulah ia merasakan hawa membunuh di dekatnya. Secara perlahan Drake menatap Kiana. “Gawat,” batinnya. Drake pun mendudukkan dirnya. Ia berusah tersenyum. “Selamat pagi ...” ujarnya pelan sambil tertawa kaku. Kiana pun mengepalkan tangannya dan saat itu juga lah ia melayangkan sebuah tampara telak di wajah Drake. “Pagi pala lo!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD