BAB 38

1069 Words
           “Reikart ...” Desis Drake geram sambil mengepalkan kedua tangannya. Ia tak pernah lupa dengan lelaki yang sangat dicintai oleh Daisy. Seseorang yang juga menjadi dalang kematian wanita yang sangat ia cintai. Seorang lelaki penyihir dan telah hidup lama selama ratusan tahun.            Dia kira lelaki itu sudah lama meninggal. Tapi, ternyata dia salah. Lelaki penyihir itu juga telah menggunakan kekuatan ilmu hitam untuk memperpanjang kehidupannya. “Di Mana, Tuanmu?”  drake menatap mereka dengan dingin dan mengintimidasi. Ia tak masih bisa lupakan apa yang telah terjadi. “Kau mencariku.” Seseorang tiba-tiba muncul di belakannya. Seorang lelaki paruh baya. Wajah lelaki sudah sedikit keriput. Drake berbalik dan menatap lelaki itu mengejek. “Tak kusangka kau sudah menjadi kakek-kakek ringkik.” “Walau aku sudah tak muda lagi. Tapi, kekuatanku tetap sama. Aku  masih kuat seperti dulu.” Dan dalam hitungan detik lelaki tua yang bernama Reikart itu pun menyerang Drake dengan kekuatan penuh. Tak membiarkan lelaki itu beristirahat walau sejenak. Para bawahan Reikart hanya menonton pertarungan tersebut. Meraka masih setia menunggu perintah dari tuannya. Bereakkkk Terdengar suara keras saat Drake terpental jauh dan membentur dinding batu hingga roboh setelah satu jam  lamanya mereka bertarung sengit. Reikart berdir dengan wajah sombong menatap Drake.  “Ternyata kau tak berubah. Sejak dulu kau masih tak bisa mengalahkanku.” Drake pun beridiri setelah menghapus sedikit darah yang keluar dari mulutnya dengan tangan kanannya. Lelaki itu menatap Reikart marah dan kesal. Dari dulu ia tak pernah bisa mengalahka lelaki itu. Baik dalam hal kekuatan mau pun dalam percintaan. Hal itu lah yang membuat Drake sangat membencinya. “Sebenarnya apa yang kau ingin kan? Untuk apa kau menyuruh orang-orangmu untuk mengikutiku?” “Sebenarnya, aku tak ingin menemuimu lagi setalah apa yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Tapi, karena aku dengar keturuan terakhir sang dewi telah bangkit. Maka, aku menemuimu ...”Drake seketika mengepalkan tangannya saat itu juga saat mendengar kata keturunan terakhir. Melihat tangan Drake yang mengepal membuat Reikart menyeringai senang. “Sepertinya keturuan terakhir sang dewi benar-benar telah muncul.” “Di mana dia?” tanya Reikart dingin. “Aku tidak tahu.” “Bohong.” “Aku benar-benar tidak tahu dan jika pun aku tahu aku tak akan pernah memberitahukanmu keberadaanya.” “Kau ...” desis Reikart marah. Dan dalam hitungan detik keduanya kembali bertarung sengit. Hingga malam pun tiba, pertarungan mereka masih berlanjut. Drake berusaha mengalahkan lelaki tua di hadapannya. “Saatnya,” batin Drake saat menemukan sebuah titik lemah dari Reikart. Dan saat itu lah Drkae menyumburkan sihir api yang sangat besar. Menyadari ada api mengarah padanya Reikart pun menghindar. Keduanya kini saling bertatapan penuh kebencian. Reikart pun menatap anak buahnya. “Apa yang kalian lakukan! Cepat bunuh dia!” pekiknya. Reikart tak menduga jika pertarungannya dengan Drake akan memerlukan waktu yang sangat lama. Tak seperti dulu, saat Deisy ada di sisinya ia bisa mengalahkan siapa pun dengan mudah. Tapi Deisy telah meninggal dan kini ia harus mendapatkan keturunan terakhir sang dewi untuk menambah kekuatannya. Drake masih bergulat dengan bawahan Reikart. Lelaki itu mulai kewalahan setelah berjam-jam mengahadapi para penyihir itu. Diam-diam Reikart membuat sebuah pola berbentuk bintang yang sangat besar tanpa Drake sadari karena sibuk mengahadapai bawahanya. Lelaki itu tersenyum menyeringai setelah pola segerlnya berhasil ia buat. Reikart memberikan sebuah kode pada salah satu bawahannya untuk menarahkan Drake ke pola segel tersebut. Mengerti maksud tuannya, para bawahan itu pun bertarung kesekuat tenanga dan mengiring Drake ke tempat pola segel itu. Dan saat lelaki itu masuk ke dalam segel. Para bawahan Reikart pun berpencar secara bersamaan.  Drake ingin mengejar salah satu bawahan Reikart. Tapi, saat lelaki itu akan keluar dari pembatas pola sebuah cahaya biru tiba-tiba memenjarakannya. “Sial ...” desis Drake kesal menyadari dia dalam bahaya. Rerikart sekali lagi tersenyum menyeringai lalu mulai membacakan mantra sihir penyegel. “Dominator Caelorum, Domine Princeps Terrae. O Aer Et Petur Operator. Claudite Et Nolite Dimittere Quod Volo.(wahai penguasa langit. Wahai penguasa bumi. Wahai penguasa udara dan wahai penguasa petir. Kurunglah dan jangan lepaskan apa yang aku hendaki).” Selama pembacaan mantra penyegel Drake semakin memberontak kala cahaya biru itu semakin terang dan semkin tinggi hingga ke langit dan ia terkurung di tengah-tengah cahaya itu. “Reikart!!! Lepaskan aku!!” pekiknya marah. Ia tak boleh terkurung. Kiana akan dalam bahaya tanpa dia di sisinya. Dan saat perapalan mantra berakhir. Sebuah kotak besi keluar dari tanah, tak hanya itu. empat rantai besi seketika membelenggu kedua tangan dan kakinya secara bersamaan. “Tidak ... lepaskan aku ...!” “Reikart ...” “Tidak ... “ lirih Drake saat kotak besi itu pun tertutup secara sempurnya lalu masuk ke dalam tanah membawanya. Cahaya buru yang menjuntai ke langit pun ikut menghilang. “Akhirnya lelaki sok jangoan itu berhasil aku tangkap.” Reikart menatap para bawahannya. “Ayo kembali ke markas. Saatnya untuk mengintrogasi lelaki itu.” setelah itu angin berhembus kencang saat Reikart dan para bahawannya menghilang. ****            Bunyi air yang mentes-netes di lantai sangat terdengar jelas di ruangan itu. Suasanya sangat sunyi dan sepi. Tak ada siapa pun di ruangan itu selain seorang lelaki yang kini terduduk meringkuk di sebuah ruangan yang di kelilingi oleh besi-besi yang kuat. Kedua kaki dan tangannya pun terbelenggu oleh rantai.      Gelap dan berbau aneh. Itulah yang Drake rasakan saat pertama kali ia membuka kedua matanya. Lelaki itu menelusiri tiap-tiap isi ruangan yang bercahaya remang tersebut. “Sepertinya aku berada di ruang bawah tanah,” batinnya. Saat lelaki itu menggerakkan tubuhnya. Bunyi dari rantai besi yang membelenggunya mengeluarkan suara yang menggema di rungan itu. Sangat sunyi dan sepi. sehingga saat bergerak sedikit saja ia bisa mendengar suara gerakannya.            Malam telah berganti siang, dan siang telah berganti malam. Saat ini Drake tidak tahu sudah berapa lama ia terkurung di rungan yang penggap itu. Ruangan yang sangat tertutup dan sulit terjangkau oleh cahaya matahari membuatnya kesulitan menghitung hari.            Ia mulai kehausan dan kelaparan. Tubuhnya sangat lemah setelah pertarungan sengit dengan Reikart. Tapi, di banding dengan kesehatannya. Ia lebih mencemaskan Kiana yang ada di luar sana. Ia tak tahu bagaimana keadaan wanita itu tanpanya.            Apakah ia baik-baik saja?            Ataukah ia dalam bahaya?            Ia tak tahu bagaimana keadaan Kiana saat ini. Sehingga membuat lelakitu Frustasi dan tiap jam lelaki itu terus mencoba untuk melepas rantai yang membelenggu walau ia tetap mendapatkan hasil yang sama.            Tubuhnya sangat lelah setelah beberapa kali memberontak. Hingga akhirnya. “Kiana ...” lirih lelaki itu sebelum akhirnya kegelapan kembali menghampirinya. FLASHBACK END TBC  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD